Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menembus level 14.000 per dolar Amerika Serikat menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal pekan ini. IHSG menyentuh level 4.100 pada sesi pertama perdagangan saham.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (24/8/2015), IHSG susut 189,57 poin (4,37 persen) ke level 4.146,37. Level ini terendah sejak 2013. Indeks saham LQ45 melemah 5,13 persen ke level 689,92. Seluruh indeks saham acuan tertekan hingga siang ini.
Baca Juga
Ada sebanyak 285 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 15 saham menguat dan 39 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 180.785 kali dengan volume perdagangan saham sekitar 3,044 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,79 triliun.
Advertisement
Pada siang ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.241,91 dan terendah 4.111,11. Secara sektoral saham, sektor saham industri dasar turun paling tajam mencapai 7,62 persen, disusul sektor saham perkebunan melemah 7,36 persen, dan sektor saham konstruksi melemah 5,51 persen.
Investor asing terus melakukan aksi jual juga menambah tekanan ke IHSG. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 331 miliar. Pelaku pasar modal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 300 miliar.
Saham-saham yang menggerakkan indeks saham dan mencatatkan keuntungan antara lain saham MBSS naik 4,07 persen ke level Rp 486, saham BNII mendaki 3,03 persen ke level Rp 170 per saham, dan saham PADI menanjak 3,09 persen ke level Rp 500 per saham.
Saham-saham kapitalisasi besar mencatatkan penurunan terbesar antara lain saham PGAS turun 10,64 persen, saham SMGR melemah 9,72 persen, saham PTPP tergelincir 6,38 persen, dan saham WIKA susut 8,92 persen.
Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditambah pelemahan ekonomi global dan Indonesia berdampak negatif ke IHSG.
Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 24 Agustus 2015.
Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada 24 Agustus 2015.
Ia menilai, level IHSG ini cukup mengkhawatirkan. Apalagi sentimen IHSG melemah ini ditambah bursa saham Shanghai anjlok sekitar 8 persen.
"Sedangkan kalau sektor industri dasar turun tajam karena data aktivitas manufaktur China jelek. Ditambah nilai tukar rupiah melemah," kata Hans, saat dihubungi Liputan6.com.
Hans pun memperkirakan, IHSG akan berada di level support 3.837-4.100 pada pekan ini. Sedangkan resistancenya di level 4.200-4.300. (Ahm/Gdn)