Wall Street Jatuh Terkena Sentimen Kekhawatiran Ekonomi China

Indeks saham Dow Jones melemah 1,92 persen ke level 16.001 di awal pekan dipicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap ekonomi China.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Sep 2015, 04:30 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2015, 04:30 WIB
Wall Street
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Kekhawatiran terhadap ekonomi China sehingga berpotensi mempengaruhi keputusan kapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) telah menekan bursa saham AS di awal pekan.

Indeks saham Dow Jones turun 1,92 persen ke level 16.001,89. Diikuti indeks saham S&P 500 melemah 2,57 persen ke level 1.881,77. Indeks saham Nasdaq merosot 3,04 persen ke level 4.543,97.

Di awal pekan ini, indeks saham acuan jatuh juga dipicu oleh sektor saham farmasi dan bioteknologi. Hal itu lantaran calon kandidat presiden dari partai Demokrat Hillary Clinton mengkritik harga obat sehingga menekan sektor saham farmasi dan bioteknologi.

Indeks saham Nasdaq bioteknologi pun mencatatkan penurunan enam persen, terburuk dalam satu hari sejak 2011. Di antara sektor saham di S&P, sektor saham kesehatan mencatatkan pelemahan tajam mencapai 3,84 persen."Sektor saham kesehatan dan China telah memukul pasar saham," ujar Richard Weeks, Direktur Pelaksana Hightowe Advisors, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (29/9/2015).

Sentimen negatif lainnya juga datang dari China. Keuntungan industri perusahaan di China jatuh 8,8 persen. Data ekonomi tersebut menekan saham-saham energi dan produsen bahan baku. Di sisi lain belanja konsumen AS naik lebih dari yang diharapkan pada Agustus. Ini juga memicu spekulasi kalau kenaikan suku bunga dapat dilakukan pada 2015.

Meski demikian, kontrak untuk membeli rumah menurun sehingga menunjukkan kalau pasar perumahan dapat kehilangan momentum.Spekulasi soal kenaikan suku bunga AS masih membayangi pelaku pasar. Bank sentral AS telah menahan suku bunga pada pertemuan September dipicu kekhawatiran ekonomi global terutama China. Namun, pimpinan bank sentral AS New York William Dudley menyarankan bank sentral untuk segera menaikkan suku bunga pada Oktober.

"Banyak investor berpikir kalau The Fed bingung. Mereka menempatkan diri dengan mengatakan menaikkan suku bunga pada saat ini atau akhir tahun ketika data ekonomi dirilis terbukti sebaliknya," jelas Mohannad AAMA, Direktur Pelaksana Beam Capital Manaegement LLC.

Sementara itu, miliarder Carl Icahn mengatakan, suku bunga The Fed rendah telah menciptakan gelembung atau "bubble" di pasar untuk properti dan obligasi atau surat utang.Adapun saham Apple turun 1,97 persen sehingga menyeret indek saham S&P ke zona merah setelah melaporkan penjualan iPhone terbaru mengecewakan. Volume perdagangan saham tercatat 8,3 miliar saham di bursa saham AS di awal pekan ini. Angka itu di atas rata-rata harian saham sekitar 7,2 miliar saham dalam dua hari. (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya