Liputan6.com, Jakarta - Praktisi sekaligus inspirator investasi Ryan Filbert berbagi kisah mengenai kesuksesannya bergelut dengan pasar modal.
Ryan sapaannya, masuk dunia pasar modal pada 2004. Sejak investasi di saham pada 2004, kini dia memperoleh keuntungan dengan imbal hasil rata-rata 8-12 persen per tahun. Dia mengatakan, dari saham pula mampu mendapatkan apartemen dan ruko.
Baca Juga
"Yang jelas punya saham itu bisa ambil dua apartemen di Tanjung Duren, di Karawaci. Saya bisa ambil ruko," ujar dia, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Advertisement
Ryan mengakui, masuk ke pasar modal tak semulus yang dibayangkan orang. Bahkan, pihaknya mengakui sempat mengalami kerugian ketika komoditas jatuh sekitar tahun 2008.
"Tahun 2008 saya rugi di Amerika, saya menjalankan option market, aset saya hilang 60 persen," tutur dia.
Baca Juga
Namun, dia belajar dari kesalahannya. Dia mengatakan kesalahan waktu itu hanya memperhitungkan likuiditas saham tanpa memperhitungkan fundamental emiten. Jadi, ketika pasar ambruk dia menerima kerugian.
"Waktu tambang rontok saya justru fight saham tersebut saya salah seharusnya switch saham lain," kata dia.
Dia mengubah sudut pandangnya dalam investasi saham. Menurut Ryan, dalam saham yang memiliki likuiditas baik belum pasti menguntungkan. Maka dari itu, dia juga mesti mempertimbangkan kinerja emiten.
Usai rugi pada 2008, pihaknya rutin memantau laporan keuangan emiten pada 2009. Menurut dia, saham yang bagus jika emiten tak memiliki utang, pendapatan yang bagus, laba yang terjaga, serta rutin membagi dividen.
"Saya fokus 18 saham, rebalancing, jadi portofolio rebalancing berkala ketika laporan yang dirilis apakah memiliki valuasi yang baik. Semenjak 2009 saya mulai ke value investing sebelumnya saya masuk yang likuid saja, cara belajar investasi," tutur dia.
Ryan mengatakan, pihaknya telah menjual aset propertinya yang terdiri dari apartemen dan ruko pada 2013 menimbang tingginya harga properti. Dia bilang, hasil dari penjualan tersebut untuk kembali ke pasar saham.
Proyeksi Saham
Ryan mengatakan, saham sektor perbankan dan properti akan menjadi primadona di pasar modal Indonesia.
Dia juga bilang, sektor infrastruktur menjadi sektor yang menjanjikan sejalan dengan fundamental perekonomian. Namun demikian, pihaknya mengaku sedang tidak melakukan perdagangan jangka pendek.
"Jujur saya tidak trading, tapi kalau saya disuruh trading saya masuk infrastruktur. Potensi swing dipengaruhi pasar tapi dia mengalami apresiasi harapannya sejalan fundamental ekonomi. Jujur saya tidak trading. Market koreksi saya masuk, kemarin koreksi kecil masuk," tandas dia. (Amd/Ahm)