Saham Andalan di Tahun Monyet Api

IHSG diperkirakan akan menembus level 4.900 sampai akhir tahun.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 08 Feb 2016, 20:25 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2016, 20:25 WIB
Pengamat Ekonomi Beberkan Bumerang Untuk Jokowi
Pegawai Bursa Efek Indonesia mengamati pegerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta, Rabu (22/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Pergantian tahun baru China (imlek) telah berlangsung pada hari ini. Adanya tahun baru menjadi harapan bagi banyak orang agar kehidupannya menjadi lebih baik. Tidak hanya kesehatan, keberuntungan namun juga dalam hal keuangan.

Analis LBP EnterprisesLucky Bayu Purnomo mengatakan, dalam hal perdagangan saham beberapa sektor saham masih menjadi primadona pada tahun ini. Sektor saham tersebut antara lain, consumer goods, properti, perbankan dan infrastruktur.

Dia merinci, untuk consumer goods merekomendasikan saham PTIndofood Sukses MakmurTbk (INDF), PTIndofoodCBP Sukses MakmurTbk (ICBP), dan PTUnilever IndonesiaTbk (UNVR).

Kemudian, Lucky menuturkan untuk sektor properti memilih PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menjadi unggulan untuk sektor perbankan.

"Infrastruktur PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)," katanya kepada Liputan6.com, Senin (8/2/2016).

Dia mengatakan, pergerakan saham tahun ini dipengaruhi sentimen oleh kebijakan perekonomian pemerintah. Lucky mengatakan, selama ini pemerintah terus-menerus mengeluarkan paket ekonomi. Dia bilang, yang dinanti pelaku pasar adalah realisasi dari kebijakan tersebut.

"Kita lihat kebijakan yang dikeluarkan dampaknya ada apa belum. Apakah perilaku realisasi cepat atau pasif. Kita harus rasional," ujarnya.

Dia menuturkan, IHSG diperkirakan akan menembus level 4.900 sampai akhir tahun. "Level IHSG akhir tahun 4.900. Apakah mungkin 5.000 harus disertai sentimen kebijakan ekonomi," tutupnya. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya