Wall Street Tumbang Akibat Aksi Jual Investor

Wall Street melemah setelah harga konsumen AS pada April 2016 kemarin mencatatkan kenaikan terbesar dalam tiga tahun terakhir.

oleh Arthur Gideon diperbarui 18 Mei 2016, 04:31 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2016, 04:31 WIB
Wall Street
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Wall Street terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penyebab utama Pelemahan Wall Street adalah aksi jual karena para investor melihat bahwa kemungkinan besar Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) akan segera menaikkan suku bunga.

Mengutip Reuters, Rabu (18/5/2016), Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) melemah 180,73 poin atau 1,02 persen ke level 17.529,98. Indeks S&P 500 juga turun 19,45 poin atau 0,94 persen ke level 2.047,21. Sedangkan Indeks Nasdaq melemah 59,72 poin atau 1,25 persen ke angka 4.715,73.

Harga konsumen AS pada April 2016 kemarin mencatatkan kenaikan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Pendorong kenaikan harga konsumen AS tersebut adalah kenaikan harga bensin dan juga sewa properti.

Dengan adanya data tersebut menunjukkan bahwa angka inflasi di AS sudah sejalan dengan target yang ditentukan oleh the Fed. Bank Sentral AS memang menargetkan inflasi terus naik sehingga bisa menjadi dasar keputusan untuk menaikkan suku bunga di tahun ini.

Langkah Bank Sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga di tahun ini juga lebih kuat dengan adanya pernyataan dari pejabat the Fed yang mengatakan bahwa kenaikan suku bunga bisa dilakukan pada Juni atau Juli ini.

Dalam target semula, the Fed memang berencana menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini. Namun rencana tersebut sedikit berubah karena adanya gangguan dari ekonomi global yang pemulihannya sangat lambat. 

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CME FedWatch, keyakinan dari para broker saham akan rencana kenaikan suku bunga meningkat. Pada Senin kemarin hanya 42 persen dari para broker yang disurvei yang yakin bahwa the Fed akan menaikkan bunga pada November.

Namun sehari kemudian setelah keluarnya data harga konsumen AS dan pernyataan dari pejabat the Fed tersebut, jumlah broker yang yakin the Fed akan menaikkan bunga pada November meningkat menjadi 58 persen atau di atas separuhnya. Hal tersebut membuat pelaku pasar melakukan aksi jual sehingga menekan Wall Street.

"Data yang ada dan komentar dari pejabat the Fed menjadi isyarat bagi pelaku pasar bahwa indeks telah berada di atas harga pasar," jelas Senior Fixed Income Investment Specialist Aberdeen Asset Management, New York, AS, Patrick Maldari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya