Penguatan Dolar AS dan Harga Minyak Angkat Bursa Asia

Pergerakan wall street dan penguatan dolar Amerika Serikat mempengaruhi bursa Asia pada Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Mar 2017, 09:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2017, 09:00 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang3
Beberapa orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks pasar saham terbesar di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/2015). Meskipun Nikkei mengalami kenaikan pada Jumat pagi, tetapi tertutupi oleh penurunan tajam di Fast Retailing Co. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Singapura - Bursa Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini didorong kenaikan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street.

Namun, indeks dolar AS naik dipengaruhi sentimen investor fokus terhadap janji presiden AS Donald Trump untuk dorong pertumbuhan ekonomi.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,25 persen seiring yen melemah. Indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,5 persen dan indeks saham Australia mendaki 0,1 persen.

Pergerakan wall street kemarin mempengaruhi laju bursa Asia. Indeks saham Nasdaq naik 0,5 persen. Diikuti indeks saham S&P. Sedangkan indeks Dow Jones cenderung mendatar.

Presiden AS Donald Trump meminta dukungan terhadap rencana soal anggaran kesehatan. Rencananya anggota kongres meminta pemungutan suara soal itu.

"Bila gagal mendapatkan persetujuan dari legislatif maka pasar akan bereaksi negatif dalam jangka pendek. Namun ini jadi kesempatan untuk beli saham," ujar James Woods, Analis Rivkin Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/3/2017).

Di pasar uang, indeks dolar AS naik 0,1 persen ke level 99,77 usai sentuh level terendah dalam 7 pekan. Mata uang pound sterling melemah 0,1 persen ke level US$ 1,24 usai penyerangan di gedung parlemen Inggris.

Saat ini investor sedang menunggu keputusan bank sentral Taiwan soal suku bunga. Di pasar komoditas, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,4 persen menjadi US$ 48,26 per barel di pasar Asia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya