Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham dan waran seri I PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) dan KIOS-W pada Selasa (17/10/2017).
Mengutip laman BEI, suspensi ini dilakukan dalam rangka cooling down. Penghentian sementara perdagangan saham KIOS dan waran seri I KIOS-W tersebut dilakukan di pasar reguler dan tunai untuk memberikan waktu memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham KIOS dan waran seri I KIOS-W.
Baca Juga
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan," ujar Kadiv. Pengawasan Transaksi BEI Irvan Susandy.
Advertisement
Berdasarkan data RTI, waran seri I KIOS sudah naik 28,52 persen sepanjang 2017. Harga waran seri I KIOS mencapai Rp 1.690 pada perdagangan kemarin. Harga saham KIOS naik 24,71 persen menjadi Rp 2.120 per saham pada 16 Oktober 2017.
Sebelumnya saham PT Kioson Komersial Indonesia Tbk akan tercatat di BEI pada 5 Oktober 2017. Perseroan menawarkan 150 juta saham ke publik dengan harga saham yang ditawarkan Rp 300 per saham dengan nilai nominal Rp 100.
Meski terdapat kebijakan suspensi dari BEI, Kioson melihat peningkatan harga kumulatif ini sebagai refleksi minat yang tinggi investor retail di Indonesia ke perusahaan startup teknologi.
"Kioson adalah emiten pertama dari startup teknologi yang sahamnya bisa dibeli investor retail di Indonesia. Artinya, minat investasi ke startup teknologi memang sangat tinggi selama ini, namun tidak tersalurkan. Kami berharap minat yang tinggi ini bisa memberikan motivasi bagi startup lain untuk mempertimbangkan untuk melantai di pasar modal Indonesia," ujar Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk, Jasin Halim seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Incar Pendapatan Rp 500 Miliar
PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS), perusahaan e-commerce resmi akuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi (Narindo), perusahaan agregator e-voucher dan layanan digital lainnya.
Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk Jasin Halim menuturkan, akusisi saham sebanyak 99 persen akan perkuat laba bersih perseroan. Perseroan juga menargetkan pertumbuhan pendapatan sebanyak 1.900 persen secara year on year menjadi Rp 500 miliar pada akhir 2017.
"Akuisisi berperan strategis untuk perkuat infrastruktur kami di daerah melalui aset yang sudah dimiliki Narindo. Dengan keberadaan Narindo yang fokus di agregator e-voucher, artinya Kioson telah menjaga bisnis perusahaan sejak dari hulu, sehingga kami harapkan dapat melihat ini akan mengamankan bottom line Kioson," kata Jasin.
Dengan akuisisi ini, Narindo juga terbantu dalam distribusi berbagai layanan digital yang disediakan perusahaan.
"Hal ini akan membantu kami untuk memberikan skala yang lebih menjanjikan dan pada akhirnya membantu pasokan layanan digital Narindo," kata CEO PT Narindo Solusi Komunikasi Bernard Martian.
Selain menguntungkan Kioson dan Narindo, pasokan yang lebih pasti ini juga akan membantu mitra-mitra kios usaha mikro di kota lapis kedua Indonesia.
"Kioson selalu berupaya untuk membangun kepercayaan bahwa layanan digital dapat membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan dan memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasokan layanan yang baik akan membantu kami mendorong inklusi digital di kota-kota lapis kedua di Indonesia," jelas Jasin.
Melalui akuisisi ini, Narindo juga akan mendorong pertumbuhan layanan-layanan digital selain penyediaan e-voucher pulsa.
"Kami akan mendorong diversifikasi layanan yang kami sediakan melalui platform digital di Kioson. Semakin variatif layanan yang tersedia, semakin mudah pula masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya," ungkap Bernard. Dengan menawarkan layanan sebagai platform Online-to-Offline (O2O), Kioson mengambil peran sebagai jembatan antara underserved market dengan layanan digital, sehingga bisa meningkatkan jumlah masyarakat yang belanja online.
Berdasarkan hasil survei indikator TIK 2015 dari Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia, dari total pengguna internet sebanyak 93,4 juta orang, baru sekitar 8,7 orang yang aktif sebagai online shopper. Selain itu, jumlah pengguna internet di kota-kota lapis kedua (rural area) baru mencapai 17,3 persen - menyisakan potongan pasar yang besar dan belum tersentuh pelaku industri.
Advertisement