Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada awal pekan ini. Harga komoditas dinilai akan memengaruhi laju IHSG.
Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya, menuturkan, pola gerak IHSG akan terlihat cukup aman dalam konsolidasi wajar pada awal pekan. Kondisi kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut memberikan sentimen cukup bagus terhadap pola gerak IHSG.
William menambahkan, kuatnya harga komoditas dan masih berlangsungnya aliran dana investor asing yang masuk ke bursa saham juga turut menopang proses IHSG.
Advertisement
Baca Juga
"Fluktasi harga komoditas masih akan memberikan warna terhadap pola gerak IHSG. Hari ini IHSG berpotensi menguat," ujar William dalam ulasannya, Senin (15/1/2018).
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi, mengatakan, IHSG akan cenderung melemah di kisaran 6.325-6.510. Lanjar menilai pola pergerakan secara teknikal yang cenderung tertekan membayangi IHSG. Hal itu jika IHSG tidak sanggup berada kembali di atas moving averaga (MA) lima harian di 6.377 dengan target koreksi jika terjadi aksi jual hingga posisi di 6.258.
Pada perdagangan saham Jumat, 12 Januari 2018, IHSG melemah 16,27 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.370,06. Sektor pertambangan dan konsumer menjadi penahan pelemahan pada saat sektor pertanian, aneka industri, dan infrastruktur menekan IHSG. Namun, investor asing membeli saham Rp 325,38 miliar.
Untuk pilihan saham pada awal pekan, Lanjar memilih saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Adapun William memilih saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Sepi Sentimen pada Akhir Pekan Lalu
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi menjelang akhir pekan ini. Namun, IHSG berbalik arah ke zona merah.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 12 Januari 2018, IHSG melemah 16,27 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.370,06. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,23 persen ke posisi 1.082,51. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Ada sebanyak 199 saham melemah sehingga menekan IHSG, sedangkan 149 saham menguat dan 131 saham diam di tempat. Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.409,17 dan terendah 6.359,83.
Total frekuensi perdagangan saham sektiar 315.828 kali dengan volume perdagangan 14 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,7 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 311,22 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.343.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham tambang naik 0,85 persen dan sektor saham barang konsumsi mendaki 0,22 persen. Sementara itu, sektor saham pertanian melemah 0,86 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri susut 0,83 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 0,74 persen.
Saham-saham yang mencatatkan top gainers antara lain saham TINS naik 8,59 persen ke posisi Rp 885, saham TRAM melonjak 6,36 persen ke posisi Rp 234, dan saham PNBS melonjak 5,71 persen ke posisi Rp 74.
Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham IKAI turun 34,64 persen ke posisi Rp 117, saham CASA melemah 20 persen ke posisi Rp 168, dan saham DEWA tergelincir 7,41 persen ke posisi Rp 50.
Bursa Asia pun sebagian bervariasi kecuali indeks saham Jepang Nikkei susut 0,24 persen. Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,94 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,34 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,11 persen, indeks saham Singapura naik 0,18 persen, dan indeks saham Taiwan melonjak 0,68 persen.
Analis PT Binaarta Sekuritas, Reza Priyambada, menuturkan, dari internal cenderung sepi sentimen. Pelaku pasar memanfaatkan penguatan IHSG sebelumnya untuk aksi ambil untung.
"Belum ada sentimen terbaru. Pelaku pasar masih lanjutkan aksi jual usai menguat signifikan," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, bursa Asia cenderung konsolidasi juga berdampak ke IHSG.
Advertisement