Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawasi saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Hal itu seiring terjadi penurunan harga dan peningkatan aktivitas saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).
Mengutip keterbukaan informasi ke BEI, Selasa (3/7/2018), informasi terakhir mengenai emiten adalah informasi mengenai penyampaian laporan keuangan tahunan pada 30 Juni 2018. Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham AISA itu, bursa sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini.
Oleh karena itu, para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan tercatat apabila rencana itu belum mendapatkan persetujuan RUPS dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Advertisement
Baca Juga
"Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan ada pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di pasar modal," ujar Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Lidia M.Panjaitan dalam keterbukaan informasi BEI.
Berdasarkan data RTI, saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk turun 59,87 persen sepanjang tahun berjalan 2018. Saham AISA ditransaksikan di posisi Rp 191 per saham. Saham AISA sempat berada di level tertinggi Rp 740 per saham dan terendah Rp 190 per saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,5 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 617.918 kali.
Bila melihat transaksi sepekan selama 25-29 Juni 2018, saham AISA turun 33,70 persen ke posisi Rp 244 per saham. Nilai transaksi Rp 432,8 miliar. Total frekuensi perdagangan saham 61.459 kali. Pada 2 Juli 2018, saham AISA susut 21,72 persen ke posisi Rp 191 per saham.
Kinerja Tiga Pilar Sejahtera Food pada 2017
Hingga 2017, perseroan mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 565,10 miliar dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 581,03 miliar. Penjualan bersih susut 24,8 persen dari Rp 6,54 triliun pada 2016 menjadi Rp 4,92 triliun pada 2017.
Beban pokok penjualan turun menjadi Rp 4,29 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,86 triliun. Laba bruto merosot 62,79 persen menjadi Rp 626,23 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,68 triliun.
Perseroan alami rugi usaha Rp 548,75 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 1,28 triliun. Melihat kondisi itu, perseroan alami rugi per saham 171,47 pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya 184,39.
Liabilitas perseroan naik menjadi Rp 5,31 triliun pada 31 Desember 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,99 triliun. Ekuitas perseroan turun menjadi Rp 3,40 triliun pada 31 Desember 2017. Perseroan kantongi kas Rp 181,61 miliar pada 2017.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement