Wall Street Kembali Tergelincir karena Kekhawatiran Perang Dagang

Trump mengatakan bahwa siap untuk mengenakan tarif pada semua barang impor dari Cina senilai USD 500 miliar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 21 Jul 2018, 05:06 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2018, 05:06 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street harus berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) karena peningkatan kekhawatiran perang dagang. Kinerja kuartalan yang positif dari beberapa emiten tidak mampu mendorong bursa saham AS ke zona hijau.

Mengutip Reuters, Sabtu (21/7/2018), Dow Jones Industrial Average turun 6,38 poin atau 0,03 persen menjadi 25.058,12. Untuk S&P 500 kehilangan 2,66 poin atau 0,09 persen menjadi 2.801,83. Sedangkan Nasdaq Composite turun 5,10 poin atau 0,07 persen menjadi 7.820,20.

Jika dihitung secara mingguan, Wall Street masih membukukan kinerja yang positif. Dow Jones Industrial Average membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, sementara S&P 500 juga naik untuk minggu ketiga berturut-turut.

Saham Microsoft Corp mencapai rekor tertinggi dan mengakhiri perdagangan dengan naik 1,8 persen didorong oleh kinerja keuangan yang kuat. Microsoft terus mempersempit jarak dengan Apple Inc dan Amazon.com untuk bisa mencapai kapitalisasi pasar di angka USD 1 triliun.

Penguatan saham Microsoft ini memberikan dukungan terbesar kepada S&P 500 dan Nasdaq.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pernyataan Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat melempar bola Piala Dunia pemberian Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Ibu Negara AS Melania Trump (AFP PHOTO)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat melempar bola Piala Dunia pemberian Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Ibu Negara AS Melania Trump (AFP PHOTO)

Sayangnya, kinerja positif ini tertebani dengan pernyataan dari Presiden AS Donald Trump. Ia mengatakan bahwa AS siap untuk mengenakan tarif pada semua barang impor dari Cina senilai USD 500 miliar.

Pernyataan tersebut sebagai langkah proteksionis yang telah mendorong tindakan pembalasan dari mitra dagang AS di seluruh dunia.

Analis SlateStone Wealth LLC, New York, Robert Pavlik, mengatakan bahwa saat ini investor masih terbagi menghadapi sikap dari Trump tersebut.

Di satu sisi ada yang menganggap bahwa langkah yang dilakukan oleh Presiden AS ini merupakan sebuah tindakan yang memicu resesi global. "Di lain pihak ada yang beranggapan bahwa Presiden Trump sedang mencoba untuk bernegosiasi dengan pihak luar untuk mendorong pertumbuhan industri dalam negeri," jelas dia.

Sebelumnya, Trump juga mengulangi kritiknya terhadap kenaikan suku bunga yang direncanakan oleh Bank Sentral AS dengan menulis pernyataannya tersebut di akun Twitter. Trump menganggap bahwa pengetatan kebijakan moneter AS akan mengurangi keuntungan perdagangan AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya