Rupiah Melemah, IHSG Bakal Terjun ke Zona Merah

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang koreksi pada perdagangan saham Kamis (6/12/2018).

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Des 2018, 06:20 WIB
Diterbitkan 06 Des 2018, 06:20 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang koreksi pada perdagangan saham Kamis (6/12/2018). Hal tersebut dipengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

IHSG melemah 0,32 persen atau turun sebanyak 19.74 poin ke level 6.133.12 pada penutupan perdagangan saham Rabu 5 Desember 2018. Penurunan IHSG antara lain disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah tercatat terkoreksi 0,78 persen ke posisi Rp 14.403 per dolar AS. Inilah yang menyebabkan investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 709,16 miliar. 

Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi Taulat memperkirakan, tekanan rupiah terhadap IHSG masih akan berlanjut pada perdagangan saham Kamis pekan ini. IHSG bakal terkoreksi dengan diperdagangkan pada level support dan resistance di 6.065-6.160.

Di sisi lain, Lanjar menambahkan, harga telur ayam yang diprediksi naik menjelang akhir tahun hingga Rp 25 ribu per kilogram (kg) akan menjadi sentimen positif bagi saham-saham poultry (peternakan). Adapun emiten di sektor ini diantaranya adalah PT Malindo Feedmil Tbk (MAIN). 

Ia menambahkan, kenaikan harga crude palm oil (CPO) dan rencana Indonesia melanjutkan pembebasan pungutan ekspor CPO akan berdampak positif terhadap biaya pengiriman CPO. Ini menjadi katalis positif bagi emiten-emiten yang bergerak di bisnis CPO.

Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada memaparkan, melemahnya rupiah membuat pergerakan pasar obligasi dalam negeri berpeluang kembali terkoreksi. Akan tetapi, pergerakan imbal hasil obligasi AS yang cenderung bergerak turun paling tidak dapat dimanfaatkan untuk menjadi sentimen positif bagi pergerakan indeks.

"Ini menyebabkan pelemahan IHSG masih dapat lebih tertahan pada perdagangan saham hari ini," kata dia.

Adapun pada hari ini, IHSG bakal bertengger di zona negatif dalam kisaran 5.955-6.226. 

Untuk saham-saham rekomendasi, Lanjar menganjurkan untuk dapat mencermati PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Malindo Feedmil Tbk (MAIN), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Sedangkan Reza menyarankan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), serta PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

 

Gerak IHSG pada Perdagangan Kemarin

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah sepanjang perdagangan saham Rabu pekan ini. Aksi jual investor asing menekan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (5/12/2018), IHSG merosot 19,74 poin atau 0,32 persen ke posisi 6.133,12. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,66 persen ke posisi 979,45. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 236 saham melemah sehingga menekan IHSG. 171 saham menguat dan 122 saham diam di tempat. Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.133,12 dan terendah 6.064,83.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 432.860 kali dengan volume perdagangan 10 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,5 triliun. Investor asing jual saham Rp 509,55 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke Rp 14.390.

Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 1,61 persen, sektor saham industri dasar mendaki 1,7 persen dan sektor saham manufaktur menguat 0,13 persen.

Selain itu, sektor saham aneka industri merosot 1,71 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi melemah 0,78 persen dan sektor saham keuangan tergelincir 0,67 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham TFCO naik 24,78 persen ke posisi Rp 705 per saham, saham SQMI menguat 24,38 persen ke posisi Rp 505 per saham, dan saham BIPI mendaki 24 persen ke posisi Rp 62 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham NUSA merosot 25 persen ke posisi Rp 372 per saham, saham AKPI tergelincir 17,98 persen ke posisi Rp 730 per saham, dan saham IMJS susut 14,29 persen ke posisi Rp 630 per saham.

Bursa saham Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,62 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 0,62 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,53 persen.

Selain itu, indeks saham Shanghai tergelincir 0,61 persen, indeks saham Singapura turun 0,37 persen dan indeks saham Taiwan melemah 1,65 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, para pelaku pasar global masih wait and see dan menantikan langkah nyata dari Amerika Serikat (AS) maupun China untuk akhiri kisruh perdagangan bebas di antara kedua negara tersebut. “Sementara itu, untuk sentimen domestik masih minim,” kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya