Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini. Hal itu didorong aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (10/12/2018), IHSG melemah 14,99 poin atau 0,24 persen ke posisi 6.111,36. Indeks saham LQ45 susut 0,27 persen ke posisi 974,98. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.121,78 dan terendah 6.078,63. Ada sebanyak 255 saham melemah sehingga menekan IHSG. 138 saham menguat dan 133 saham diam di tempat.
Advertisement
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 325.880 kali dengan volume perdagangan 10,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,8 triliun. Investor asing jual saham Rp 672 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.549.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,40 persen dan sektor saham industri dasar naik 0,19 persen.
Sektor saham aneka industri merosot 0,87 persen,dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham keuangan susut 0,43 persen dan sektor saham barang konsumsi tergelincir 0,23 persen.
Saham-saham pendatang baru pun cetak penguatan terbesar. Saham SOTS naik 69,70 persen ke posisi Rp 280 per saham, saham URBN melonjak 50 persen ke posisi Rp 1.800 per saham, dan saham MDIA mendaki 21,43 persen ke posisi Rp 153 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham DEAL merosot 24,95 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham NUSA turun 24,76 persen ke posisi Rp 158 per saham, dan saham HERO melemah 16,30 persen ke posisi Rp 770 per saham.
Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng susut 1,19 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 1,06 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 2,12 persen, dan bukukan penurunan terbesar.
Kemudian indeks saham Thailand turun 0,23 persen, indeks saham Shanghai merosot 0,82 persen, indeks saham Singapura turun 1,24 persen, dan indeks saham Taiwan susut 1,16 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah faktor pengaruhi pelemahan IHSG. Dari internal, ada harapan kinerja penjualan ritel domestik per Oktober akan turun menjadi 3,9 persen dari 4,8 persen.
Dari sentimen eksternal, pengumuman data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang di bawah harapan para pelaku pasar. Selain itu, penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou di Kanada yang berpotensi meningkatkan ketegangan perang dagang AS dengan China.
“Hal-hal tersebut memberikan sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan bursa saham secara global,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
IHSG Tertekan di Awal Sesi Perdagangan
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada awal perdagangan saham Senin pekan ini. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 14.520.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin 10 Desember 2018, IHSG merosot 23,25 poin atau 0,38 persen ke posisi 6.103,09.
Pada pukul 09.00, IHSG susut 17,22 poin atau 0,28 persen ke posisi 6.109,95. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,17 persen ke posisi 0,34. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 90 saham melemah sehingga menekan IHSG. Kemudian 75 saham menguat dan 116 saham diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.115,09 dan terendah 6.097,43.
Total frekuensi perdagangan saham 16.626 kali dengan volume perdagangan 197 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 236 miliar.
Investor asing jual saham Rp 38 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 14.520.
Sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham kontruksi naik 0,48 persen dan sektor pertambangan naik 0,37 persen.
Sektor saham aneka industri tercatat turun 0,57 persen, sektor saham manufaktur melemah 0,31 persen dan sektor saham industri dasar melemah 0,32 persen.
Saham-saham yang mendaki antara lain saham SOTS naik 69,70 persen ke posisi Rp 280 per saham, saham URBN menanjak 50 persen ke posisi Rp 1.800 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tergelincir sehingga menekan IHSG antara lain saham NUSA merosot 16,19 persen ke posisi Rp 175 per saham, saham HDTX susut 8,67 persen ke posisi Rp 136 per saham.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement