Semester I 2019, Investor Korea Selatan Tuntaskan Merger Dua Bank asal RI

Industrial Bank of Korea (IBK), bank yang dikelola pemerintah Korea Selatan memperoleh persetujuan akuisisi dua bank di Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jan 2019, 11:50 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2019, 11:50 WIB
Ilustrasi Bank Dunia
Ilustrasi Bank Dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Industrial Bank of Korea (IBK), bank yang dikelola pemerintah Korea Selatan memperoleh persetujuan akuisisi dua bank di Indonesia. Langkah akuisisi itu merupakan upaya memperluas bisnis di Asia Tenggara.

Mengutip laman Korea Times, seperti ditulis Senin (7/1/2019), IBK menyatakan kalau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyetujui pengambilalihan bank Agris dan Mitraniaga oleh IBK.

Sebelumnya pada November 2017, IBK menandatangani perjanjian bersyarat dengan Bank Agris. Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perjanjian itu terkait akuisisi saham Bank Agris sekitar 4.590.996.480 lembar saham atau 87,34 persen dari total saham perseroan.

Dengan akuisisi tersebut, IBK menjadi pemegang saham mayoritas dan pengendali dengan memiliki 87,34 persen saham, kemudian PT Dian Intan Perkasa sebesar 1 persen atau 52.772.089 saham, dan masyarakat sebesar 11,66 persen atau 612.408.075 saham.

Sebelum akuisisi tersebut, kepemilikan saham Bank Agris antara lain PT Dian Intan Perkasa sebesar 82,59 persen, Benjamin Jiaravanon sebesar 0,26 persen dan masyarakat sebesar 17,13 persen.

IBK pun hanya membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menyelesaikan pengambilalihan saham dan juga akuisisi bank lain pada saat yang sama.

"IBK adalah bank asing pertama yang menerima persetujuan dari otoritas keuangan Indonesia untuk akuisisi dua bank lokal pada saat yang sama,” tulis IBK dalam siaran pers, seperti dikutip dari Korea Times.

"Kami percaya bank akan ciptakan sinergi dalam menarik lebih banyak pelanggan dan memperluas jaringan bisnis di kawasan ini. IBK akan terus memperluas jaringan globalnya untuk membantu masuknya perusahaan domestik ke pasar negara berkembang," tulis IBK.

IBK menambahkan akan segera memproses merger antara dua bank di Indonesia. Hal ini untuk mendirikan IBK Indonesia pada akhir semester I 2019.

Bank Agris dan Bank Mitraniaga memiliki kantor pusat di Jakarta. Dua bank tersebut juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Agris memiliki 23 jaringan bisnis di Indonesia, dan Mitraniaga memiliki 13.

Meski ukurannya kecil, Agris mengoperasikan bisnis valuta asing. Berkat bisnis itu, IBK akan segera membantu bisnis ekspor dan impor perusahaan Korea Selatan dengan mitra Indonesia.

CEO IBK, Kim Do-jin menekankan pentingnya bisnis global sebagai mesin pertumbuhan masa depan. Sebagai bagian dari upaya bank untuk mengatasi pasar keuangan Korea Selatan yang jenuh, sejak itu IBK berusaha keras untuk menciptakan “the IBK Asia Financial Belt” di bawah kepemimpinan Kim.

 

Akuisisi Bank di Indonesia Pertama Kali dalam Sejarah IBK

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Langkah IBK untuk akuisisi dua bank di Indonesia merupakan hal pertama dalam sejarah IBK.

Selain gencar memperluas bisnis di luar negeri, IBK juga aktif mendukung perusahaan rintisan di Korea Selatan dan perusahaan-perusahaan kecil dengan melakukan investasi yang berani.

Pada 2017, IBK mengumumkan rencana ambisiusnya untuk memberikan pinjaman senilai 100 triliun won atau sekitar USD 89 miliar untuk lima tahun ke depan bagi perusahaan rintisan negara tersebut. Ini sebagai bagian dari rencana bisnis masa depan bank untuk mendukung perusahaan rintisan dan menciptakan lebih banyak pekerjaan.

"Bank-bank komersial dahulu memerankan peran untuk mendukung keuangan perusahaan. IBK bertujuan memperluas peran menjadi mitra keuangan yang terlibat lebih aktif untuk mempromosikan keberhasilan dalam bisnis," kata Kim.

Pada perdagangan saham Senin 7 Januari 2019, saham Bank Mitraniaga turun 3,36 persen ke posisi Rp 230 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 13 kali dengan nilai transaksi Rp 48,9 juta.

Sementara itu, saham Bank Agris melonjak 12,78 persen ke posisi 300 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 13 kali dengan nilai transaksi Rp 9,5 juta.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya