Saham Caterpillar dan Nvidia Bebani Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan didorong peringatan dari Caterpillar Inc dan Nvidia Corp.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jan 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2019, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan didorong peringatan dari Caterpillar Inc dan Nvidia Corp sehingga menambah perhatian mengenai melambatnya ekonomi China. Selain itu, penerapan tarif impor yang pengaruhi  keuntungan perusahaan AS.

Pada penutupan perdagangan saham Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 0,85 persen ke posisi 24.527,55. Indeks saham S&P 500 terpangkas 0,79 persen ke posisi 2.643,83. Indeks saham Nasdaq merosot 1,1 persen menjadi 7.085,69.

Saham Caterpillar, produsen alat berat terbesar di dunia merosot sembilan persen usai laba kuartalannya meleset dari perkiraan wall street. Ini didorong melemahnya permintaan di China dan biaya produksi pengangkutan lebih tinggi. Saham Caterpillar alami penurunan besar sejak Agustus 2011.

Sementara itu, saham Nvidia anjlok 14,8 persen usai perseroan memangkas estimasi pendapatan kuartal IV sekitar USD 500 juta karena melemahnya permintaan chip game di China dan penjualan pusat data lebih rendah dari perkiraan.

Indeks semikonduktor Philadelphia merosot 2,41 persen. Sedangkan indeks saham teknologi S&P 500 turun 1,77 persen di wall street.

"Pelaku pasar memiliki optimism pada pekan lalu terhadap pendapatan ketika sejumlah hasil cukup baik. Sekarang sudah hilang semua. China menjadi bagian besar dari gambaran kinerja keuangan banyak perusahaan," ujar Rick Meckler, Partner Cherry Lane Investments, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (29/1/2019).

Selain bebani sentimen investor global, data China menunjukkan pendapatan di perusahaan-perusahaan industri menyusut selama dua bulan berturut-turut pada Desember.

Ini didorong melemahnya harga dan aktivitas pabrik di tengah perang dagang yang berkepanjangan dengan Amerika Serikat (AS).

 

Harapan Investor terhadap Negosiasi AS-China

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Ketika tanda-tanda perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia menjadi mencolok, investor menaruh harapan untuk kompromi antara pemerintahan AS dan Beijing pada pertemuan akhir pekan ini.

"Dengan ekonomi China yang berjuang seperti itu dan dengan perusahaan yang merasakan dampaknya, AS juga mulai menyadari bahwa ada cukup motivasi untuk menyelesaikan transaksi. Ini hanya masalah kapan,” kata Ryan Nauman, Market Strategist Informa Financial Intelligence.

Meski pun pendapatan sebagian besar telah melampaui harapan wall street, membantu indeks saham S&P 500 naik sekitar 12 persen dari posisi terendah pada Desember. Selain itu, kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan juga menurunkan harapan.

Dengan wall street yang berada di tengah sentimen hasil kinerja keuangan kuartalan pekan ini, 72,6 persen perusahaan melaporkan kinerja melampaui estimasi laba.

Sejak musim laporan dimulai pada dua pekan lalu, perkiraan analis untuk pertumbuhan laba kuartal IV tetap stabil sekitar 14 persen. Namun, harapan pertumbuhan pendapatan 2019 turun menjadi 5,6 persen dari 6,3 persen.

Sembilan sektor saham dari total 11 sektor saham indeks saham S&P 500 cenderung tertekan. Saham Amazon.com, saham Apple Inc dan Microsoft Corp turun lebih dari satu persen. Saham teknologi tersebut menekan indeks saham S&P 500 dan Nasdaq.

Indeks saham sektor energi S&P susut 1,4 persen seiring harga minyak yang tertekan usai perusahaan AS menambah rig untuk pertama kali pada 2019. Ini beri sinyal produksi minyak akan meningkat. Saham Amgen Inc turun 4,1 persen dan bebani indeks biotek Nasdaq.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya