Wall Street Kembali Terkapar, Ketidakpastian Soal Stimulus AS Jadi Penyebabnya

Kekhawatiran atas kenaikan kasus virus Covid-9 menjadi pendorong pelemahan Wall Street.

oleh Athika Rahma diperbarui 22 Sep 2020, 06:19 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2020, 06:00 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street atau bursa saham di New York Amerika Serikat (AS) terkapar pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan bursa saham di AS ini adalah kekhawatiran memburuknya pandemi Covid-19 serta ketidakpastian akan pengucuran stimulus AS.

Mengutip CNBC, Selasa (22/9/2020), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 509,72 poin atau 1,8 persen dan ditutup di 27.147,70. Untuk S&P 500 kehilangan 1,2 persen sehingga melemah ke 3.281,06. Sedangkan Nasdaq Composite ditutup melemah 0,1 persen menjadi 10.778,80 setelah lonjakan saham teknologi di akhir hari.

Pada satu titik, Dow telah turun lebih dari 900 poin. S&P 500 turun sebanyak 2,7 persen.

Penurunan Wall Street pada Senin ini menorehkan dua tanda. Pertama adalah pertama kalinya sejak Februari S&P 500 membukukan kerugian selama empat hari berturut-turut. Kedua Dow Jones mengalami hari terburuk sejak 8 September ketika turun 2,3 persen.

Pelemahan pada hari ini menambah kesuraman yang terjadi sepanjang September. S&P 500 turun lebih dari 6 persen selama bulan ini dan Dow telah kehilangan 4,5 persen. Nasdaq Composite telah jatuh 8,5 persen untuk periode yang sama.

Kekhawatiran atas kenaikan kasus virus Covid-9 menjadi pendorong pelemahan Wall Street. Inggris dilaporkan mempertimbangkan lockdown untuk menghentikan peningkatan infeksi.

Ilmuwan terkemuka Inggris mengatakan bahwa, tanpa tindakan lebih lanjut, tingkat infeksi virus yang berasal dari China di Inggris bisa menyentuh 50 ribu per hari.

Di Wall Street, saham yang akan terpukul paling parah dari tindakan lockdown antara lain Carnival Corp yang anjlok 6,7 persen. Southwest Airlines dan Delta Air Lines masing-masing turun 5,8 persen dan 9,2 persen.

“Ini masalah kesehatan dan kita masih belum membuat kemajuan apa pun,” kata Brad Kinkelaar, analis dari Barrow Hanley.

“Kita masih belum memiliki vaksin, masih belum ada obatnya dan masih mencari cara untuk mengatasi krisis ini," lanjut dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Stimulus

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Di Washington, negosiasi untuk RUU stimulus virus Covid-19 sangat rumit setelah pengesahan Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg, yang dapat mengarah pada proses pencalonan yang pahit menjelang pemilihan.

Presiden Donald Trump mengatakan dia akan mencalonkan seseorang minggu ini untuk mengambil kursi Ginsburg. Partai Republik dan Demokrat berada di jalan buntu sejak Juli soal RUU ini.

Sementara itu, ketegangan antara AS dan China terus meningkat. Kementerian Perdagangan China merilis ketentuan yang telah lama ditunggu-tunggu tentang apa yang disebut "daftar entitas yang tidak dapat diandalkan," sehari setelah AS mengumumkan larangan WeChat dan TikTok.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya