Bank Syariah Indonesia Beroperasi, Saham BRIS Melompat 14,75 Persen

Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) ditutup naik 14,75 persen ke posisi 2.800 per saham pada Senin, 1 Januari 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Feb 2021, 17:28 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 16:35 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk resmi beroperasi pada Senin, 1 Februari 2021. Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) tampak bertenaga.

Mengutip data RTI, saham BRIS ditutup naik 14,75 persen ke posisi 2.800 per saham. Saham BRIS sempat berada di level tertinggi 2.960 dan terendah 2.270 per saham. Saham BRIS dibuka menguat 10 poin ke posisi 2.450. Akan tetapi, penguatan tak bertahan lama hingga ke zona merah. Akan tetapi, saham BRIS kembali berbalik arah ke zona hijau hingga penutupan sesi kedua.

Adapun total frekuensi perdagangan saham 149.873 kali dengan nilai transaksi Rp 2 triliun.

Penguatan saham BRIS ini terjadi di tengah laju IHSG yang juga perkasa. IHSG melonjak 3,5 persen atau 205,19 poin ke posisi 6.067,54. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat tertekan. Bahkan IHSG sempat sentuh level terendah 5.735,46. Akan tetapi, pelemahan IHSG sementara hingga akhirnya bangkit ke zona hijau. IHSG pun sentuh level tertinggi 6.070,73.

Indeks saham LQ45 menguat 3,87 persen ke posisi 947,30. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat. Sebanyak 350 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 163 saham melemah dan 123 saham diam di tempat.

Pada Senin pekan ini, total frekuensi perdagangan 1.884.555 kali dengan volume perdagangan 22,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 24 triliun. Investor asing jual saham Rp 491,47 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri turun 0,51 persen. Sektor saham tambang naik 6,67 persen, dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar menguat 6,58 persen dan sektor saham infrastruktur menanjak 4,96 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

IHSG Melambung 3,5 Persen, Ini Penyebabnya

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sempat tertekan pada awal sesi perdagangan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan Senin, (1/2/2021).

Mengutip data RTI, IHSG melonjak 3,5 persen atau 205,19 poin ke posisi 6.067,54. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat tertekan. Bahkan IHSG sempat sentuh level terendah 5.735,46. Akan tetapi, pelemahan IHSG sementara hingga akhirnya bangkit ke zona hijau. IHSG pun sentuh level tertinggi 6.070,73.

Indeks saham LQ45 menguat 3,87 persen ke posisi 947,30. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat. Sebanyak 350 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 163 saham melemah dan 123 saham diam di tempat.

Pada Senin pekan ini, total frekuensi perdagangan 1.884.555 kali dengan volume perdagangan 22,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 24 triliun. Investor asing jual saham Rp 491,47 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri turun 0,51 persen. Sektor saham tambang naik 6,67 persen, dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar menguat 6,58 persen dan sektor saham infrastruktur menanjak 4,96 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah sentimen yang dukung penguatan IHSG. Pertama,  inflasi stabil di Indonesia.  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Januari sebesar 0,26 persen. Menurut catatan BPS, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.

Kedua, tren positif dari PMI manufaktur Indonesia. Purchasing manager’s index (PMI) manufaktur Indonesia dari market periode Januari 2021 tercatat naik 52,2 lebih tinggi dari periode Desember 2020 sebesar 51,3.”Ketiga harga komoditas dunia,” kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya