Liputan6.com, Jakarta - PT Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas) mencatatkan pertumbuhan investor sebesar 75 persen pada 2020, secara year on year (YoY).
Plt. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim mengatakan, pertumbuhan ini sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya investasi. Hal tersebut tak lain untuk menopang kebutuhan di tengah perekonomian yang menantang sepanjang pandemi COVID-19, serta untuk tetap membangun masa depan keuangan yang mapan.
Baca Juga
"Mandiri Sekuritas mencatatkan pertumbuhan nasabah sekitar 75 persen di tahun 2020 secara year-on-year (YoY). Dimana sekitar 90 persen nasabah melakukan transaksi secara daring menggunakan platform MOST (Mandiri Online Securities Trading),’ ujar Silva dalam video konferensi, Rabu (24/2/2021).
Advertisement
Silva menilai, investasi saham mulai menjadi pilihan karena perubahan gaya hidup masyarakat yang mengurangi mobilitas. Di sisi lain, hal ini sejalan dengan akses teknologi yang kian mudah, aplikasi online trading dan learning (edukasi), informasi yang transparan, serta nilai investasi yang relatif terjangkau.
"Ke depan kami melihat bahwa layanan ritel akan terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya literasi finansial masyarakat di Indonesia,” kata Silva.
Adapun pada 2021, Mandiri Sekuritas menargetkan pertumbuhan investor baru sebesar 50 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada 24 Februari 2021
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bangkit dari zona merah pada perdagangan saham Rabu, 24 Februari 2021 Akan tetapi, investor asing masih melakukan aksi beli di pasar reguler.
Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,35 persen atau 21,75 poin ke posisi 6.251,05. Indeks saham LQ45 susut 0,89 persen ke posisi 950,71. Seluruh indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 275 saham melemah sehingga menekan IHSG. 198 saham menguat dan 169 saham diam di tempat.
Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.294,14 dan terendah 6.223,64. Total frekuensi perdagangan saham 1.418.995 kali dengan nilai transaksi Rp 16,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 217,62 miliar di seluruh pasar.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 1,35 persen dan sektor saham keuangan mendaki 0,46 persen. Sektor saham industri dasar melemah 2,22 persen, dan catat penurunan terbesar. Disusul sektor tambang turun 1,65 persen dan sektor saham aneka industri tergelincir 1,3 persen.
Saham-saham yang catat kenaikan besar atau top gainers antara lain saham FORU naik 34,81 persen, saham YELO melonjak 34,44 persen, saham INCP menanjak 34,41 persen, saham BBHI meroket 24,71 persen dan saham GDYR melambung 24,57 persen.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham EDGE turun 7 persen ke posisi Rp 23.600 per saham, saham CLAY merosot 6,97 persen ke posisi Rp 1.335 per saham, saham VRNA susut 6,96 persen ke posisi Rp 107 per saham, saham SKBM tergelincir 6,9 persen ke posisi Rp 324 per saham, dan saham GLOB turun 6,8 persen ke posisi Rp 298 per saham.
Sementara itu, saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham TLKM sebanyak Rp 302,4 miliar, saham BBTN sebanyak Rp 116,9 miliar, saham BBRI sebanyak Rp 35,9 miliar, saham BBNI sebanyak Rp 16 miliar, dan saham MYOR sebanyak Rp 8,5 miliar.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham ASII sebanyak Rp 120,6 miliar, saham BBCA sebanyak Rp 110,4 miliar, saham ICBP sebanyak Rp 48,5 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 27,1 miliar, dan saham INDF sebanyak Rp 18,8 miliar.
Advertisement