Saham ESSA Melambung Setelah Teken Pengembangan Amonia Biru

PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mengumumkan penandatanganan MoU tentang pengumpulan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon untuk produksi amonia baru (blue amonia) di Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Mar 2021, 18:36 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2021, 12:30 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) melonjak signifikan pada perdagangan saham Jumat, 19 Maret 2021. Lonjakan saham ESSA itu di tengah sentimen perseroan teken Nota Kesepahaman (MoU) tentang pengumpulan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon untuk produksi amonia biru (blue ammonia di Indonesia.

Mengutip data RTI, saham ESSA naik 18,79 persen ke posisi Rp 354 per saham. Saham ESSA dibuka stagnan Rp 298 per saham. Saham ESSA berada di level tertinggi Rp 364 dan terendah 286 per saham.Total frekuensi perdagangan saham 29.730 kali dengan nilai transaksi Rp 178 miliar.

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik terbatas 0,13 persen ke posisi 6.356,16. Sebanyak 295 saham melemah, 176 saham menguat dan 168 saham diam di tempat. Total transaksi harian saham Rp 13,8 triliun.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ESSA mengumumkan penandatanganan MoU  tentang pengumpulan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon untuk produksi amonia baru (blue amonia) di Indonesia.

MoU tersebut diteken pada 18 Maret 2021. Melalui anak usaha ESSA yaitu PT Panca Amara Utama akan bekerja mengembangkan produksi amonia rendah karbon di Indonesia yang juga dikenal sebagai amonia biru bersama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (Jogmec), Mitsubishi Corporation (MC) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Amonia saat ini banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk, plastik dan bahan kimia di seluruh dunia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Bahan Bakar Masa Depan

Dalam beberapa tahun terakhir, peran Amonia sebagai bahan bakar masa depan telah berkembang pesat karena kandungan hidrogennya yang tinggi, nol emisi CO2 pada saat pembakaran, serta pengiriman logistik yang aman.

ESSA berencana menggunakan teknologi CCUS guna mewujudkan produksi Amonia Biru di Pabrik Amonia di Banggai, Sulawesi Tengah.

Presiden Direktur & Chief Executive Officer ESSA, Vinod Laroya mengungkapkan, pihaknya berkomitmen berinvestasi dalam pengembangan energi untuk masa depan yang berkelanjutan.

"Kami merasa terhormat dapat bekerja sama dengan para mitra yang mempunyai rekam jejak yang kuat serta komitmen yang sama terhadap kelestarian lingkungan. Pabrik Amonia Banggai kami adalah pabrik pertama di dunia yang menggunakan teknologi Amonia terbaru dan menjadikan Indonesia terdepan dalam produksi Amonia.,” ujar dia,

Melalui Amonia Biru, Perseroan berharap dapat membuka jalan bagi Indonesia menjadi yang terdepan dalam menyediakan bahan bakar masa depan.


Teken MoU

PT Panca Amara Utama (PAU), bersama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC) dan Institut Teknologi Bandung (“ITB”) menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) untuk pengembangan produksi Amonia rendah karbon di Indonesia, yang juga dikenal sebagai Amonia Biru.

Nota kesepahaman tersebut mencakup peran dan ruang lingkup masing-masing pihak dalam studi kelayakan bersama yang akan dilakukan tahun depan dengan tujuan untuk mewujudkan Produksi Amoniak Biru di Pabrik Amonia PAU di Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Amonia saat ini digunakan sebagai bahan baku pupuk, plastik, dan bahan kimia di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, peran Amonia sebagai sumber energi bersih generasi berikutnya telah berkembang pesat karena kandungan hidrogennya yang tinggi, zero emisi CO2 selama pembakaran, serta pengiriman logistik yang aman.

PAU berencana menggunakan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) untuk merealisasikan produksi Blue Ammonia.

Sebagai salah satu pabrik Amonia terbaru dan paling efisien di dunia, PAU ingin berperan untuk membantu Pemerintah Indonesia mencapai target pengurangan emisi CO2 sebesar 29 persen pada 2030 dan Jepang mengumumkan menjadi karbon netral pada 2050.

PAU, JOGMEC dan MC, bersama dengan ITB yakin bahwa kemitraan ini akan memberikan manfaat bagi Jepang dan Indonesia dalam menyediakan energi yang terjangkau dan bersih, menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi, dan menuju masa depan yang berkelanjutan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya