Sumber Energi Andalan Bikin Anak Perusahaan, Buat Apa?

PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) juga menegaskan bila pendirian AGP adalah berusaha dalam bidang aktivitas kantor pusat dan aktivitas konsultasi manajemen.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 24 Mar 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2021, 07:00 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA), perusahaan bergerak di perdagangan dan ekspor impor resmi mendirikan anak perusahaan bernama PT Andalan Group Power (AGP). Hal ini disampaikan persero melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pendirikan anak perusahaan itu sesuai akta Pendirian Nomor 1 Tanggal 1 dan 2 Maret 2021 yang dikeluarkan Notaris Elizabeth Karina Leonita S.H., M.KN "Telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 12 Maret 2021 No. 0017588.AH.01.01.Tahun 2021," tulis perseroan secara tertulis.

Dalam informasi tersebut, perseroan juga menegaskan bila maksud dan tujuan pendirian AGP adalah berusaha dalam bidang aktivitas kantor pusat dan aktivitas konsultasi manajemen. Untuk mengetahui lebih jelas terkait sruktur permodalan PT AGP, berikut rinciannya:

1. Modal Dasar sejumlah 2.000 lembar saham dengan nilai nominal per saham sebesar Rp. 1.000.000.-

2. Modal Disetor dan Ditempatkan sejumlah 500 lembar saham dengan nilai nominal per saham sebesar Rp. 1.000.000.

Susunan Pemegang Saham:

1. Perseroan, memiliki 495 saham atau setara dengan 99 persen dari keseluruhan saham AGP.

2.   PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk, memiliki 5 saham atau setara dengan 1 persen dari keseluruhan saham AGP.

"Pendirian AGP tidak menimbukan dampak yang material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha Perseroan," tulis informasi yang sama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan IHSG pada 23 Maret 2021

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu beranjak dari zona merah pada perdagangan saham Selasa, 23 Maret 2021. Aksi jual investor asing menekan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG melemah 0,77 persen atau 48,41 poin ke posisi 6.252,71. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,40 persen ke posisi 940,52. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 357 saham melemah sehingga menekan IHSG. 151 saham menguat dan 129 saham diam di tempat. Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.342,13 dan terendah 6.245,99.

Total frekuensi perdagangan saham 1.230.979 kali dengan volume perdagangan saham 19,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11 triliun. Investor asing  melakukan aksi jual Rp 195,05 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di kisaran 14.440.

Sebagian besar sektor saham melemah sehingga menekan IHSG. Sektor saham pertanian naik 1,43 persen. Sementara itu, sektor saham industri dasar melemah 1,9 persen, dan catat penurunan terbesar. Diikuti sektor saham konstruksi tergelincir 1,36 persen dan sektor saham infrastruktur merosot 1 persen.

Saham-saham yang catat top gainers antara lain saham ZBRA naik 25 persen, saham POLI melonjak 24,86 persen, saham BGTG melambung 18,06 persen, saham SKLT bertambah 14,29 persen, dan saham MTWI meroket 13,19 persen.

Saham-saham yang masuk top losers antara lain saham PTIS turun 6,96 persen, saham TURI merosot 6,92 persen, saham FORU melemah 6,91 persen, saham MIDI susut 6,9 persen, dan saham ERTX tergelincir 6,9 persen.

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBRI sebanyak Rp 96 miliar, saham INDF sebesar Rp 33,2 miliar, saham TOWR sebesar Rp 16,9 miliar, saham BTPS sebesar Rp 11,1 miliar dan saham ASII sebesar Rp 9,7 miliar.

Sedangkan saham-saham yang dilepas investor asing antara lain saham BBCA sebesar Rp 242,4 miliar, saham ICBP sebesar Rp 31,5 miliar, saham BMRI sebesar Rp 27,4 miliar, saham TLKM sebesar Rp 26,2 miliar dan saham EMTK sebesar Rp 24,7 miliar.

Bursa saham Asia pun sebagian besar tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,34 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,01 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,61 persen.

Lalu indeks saham Thailand merosot 0,18 persen, indeks saham Shanghai turun 0,93 persen, indeks saham Singapura susut 0,01 persen dan indeks saham Taiwan melemah 0,07 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah faktor yang pengaruhi IHSG. Salah satunya proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2021. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar -1 persen dan -0,1 persen. Selain itu, ia menilai, pelaku pasar prihatin dengan kenaikan kasus COVID-19 secara global.

"Memanasnya hubungan bilateral antara AS dengan China disikapi negatif oleh pelaku pasar," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, wacara Presiden AS Joe Biden untuk menaikkan tarif pajak juga mendapatkan respons negatif pelaku pasar. Ditambah pemerintah memperpanjang kebijakan PPKM Mikro hingga 5 April 2021. "Perkembangan mutasi COVID-19 dikhawatirkan pelaku pasar," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya