Wall Street Bervariasi, Indeks Saham Dow Jones Kembali Cetak Rekor

Pada penutupan wall street, indeks saham Dow Jones naik 98 poin ke posisi 33.171 pada perdagangan Senin, 29 Maret 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Mar 2021, 09:31 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2021, 05:39 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 29 Maret 2021. Indeks saham Dow Jones mencapai rekor baru meski saham bank turun karena margin call.

Pada penutupan wall street, indeks saham Dow Jones naik 98 poin ke posisi 33.171. Indeks saham S&P 500 turun 0,09 persen menjadi 3.971 setelah turun 0,8 persen. Indeks saham Nasdaq tergelincir 0,6 persen menjadi 13.059.

Saham ViacomCBS dan Discovery bergejolak setelah tekanan jual yang terjadi pada pekan lalu. Kedua perusahaan itu diyakini akan terkena likuidasi paksa atas posisi yang dipegang oleh perusahaan keluarga Archegos Capital Management. Hal itu berdasarkan sumber yang ketahui kondisi tersebut, dilansir dari CNBC, Selasa (30/3/2021).

Saham Discovery turun 1,6 persen, sementara saham ViacomCBS melemah 6,7 persen. Kedua perusahaan masing-masing telah susut 27 persen selama aksi jual yang terjadi.

Di tempat lain, saham Boeing naik 2,3 persen di tengah kabar Southwest Airlines telah menambahkan 100 pesanan untuk pesawat jet 737 Max. 30 pesawat jet pertama dijadwalkan dikirim pada 2022.

Saham Credit Suisse melemah 11,5 persen seiring perseroan memperingatkan akan hadapi pukulan “signifikan” untuk kuartal I 2021 karena harus keluar dari posisi hedge fund. Nomura juga memperingatkan kalau bisa terkena sehingga mendorong sahamnya turun 14 persen.

Saham bank bebani indeks saham Dow dengan saham Morgan Stanley turun 2,6 persen, saham JPMorgan Chase susut 1,6 persen. Pelemahan saham bank terjadi karena imbal hasil obligasi pemerintah naik tipis pada pekan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Investor Menunggu Rencana Presiden AS Joe Biden soal Infrastruktur

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Menurut Bespoke Investment Group, meski saham terpukul dari keterpurukan Archegos, situasinya tidak mungkin berdampak permanen pada pasar yang lebih luas.

Pada Jumat pekan lalu, indeks saham acuan reli ke posisi tertinggi dengan indeks saham Dow Jones ditutup naik 450 poin. Indeks saham S&P 500 menguat 1,7 persen, dan mencapai penutupan rekor tertinggi. Indeks saham Nasdaq naik 1,2 persen.

Pelaku pasar pun bersiap untuk volatilitas yang tinggi seiring ada libur pada pekan ini. Di sisi lain, kenaikan imbal hasil obligasi AS baru-baru ini juga dapat membuat manajer investasi menyesuaikan portofolionya.

Indeks saham Dow Jones dan S&P 500 masing-masing telah naik 7,2 persen dan 4,2 persen pada Maret. Sementara itu, indeks saham Nasdaq tergelincir satu persen karena investor merealisasikan keuntungan seiring kenaikan imbal hasil obligasi.

Investor sedang menunggu pembaruan dari Presiden AS Joe Biden tentang rencana infrastrukturnya yang dapat menelan biaya USD 3 triliun. Joe Biden diharapkan mengungkapkannya pada Rabu pekan ini saat perjalanan ke Pittsburgh.

Rilis Data Ekonomi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Pskai menuturkan, Biden berencana meluncurkan dua paket dalam beberapa bulan mendatang. Pertama mencakup infrastruktur. Kedua, mencakup kesehatan dan perawatan keluarga.

“Pasar tidak menempatkan peluang yang sangat tinggi pada cetak biru infrastruktur, atau pajak ini membuahkan hasil dan sementara Biden mungkin tidak akan mendapatkan semua yang dia minta, Demokrat dan Gedung Putih sangat berniat untuk meloloskan sejumlah tagihan substansial dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Pendiri Vital Knowledge, Adam Crisafulli.

Adapun wall street tutup untuk merayakan libur Jumat Agung. Akan tetapi, laporan data tenaga kerja pada Maret 2021 masih dijadwalkan untuk dirilis. Ekonom memperkirakan 630 ribu pekerjaan pada Maret, dan tingkat pengangguran turun menjadi enam persen dari sebelumnya 6,2 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya