Liputan6.com, Jakarta - PT United Tractors Tbk (UNTR) berencana merevisi rencana penjualan yang akan dinaikkan hingga 30 persen. Namun, rencana ini masih menunggu hasil kinerja batu bara pada kuartal I 2021.
"Keputusan untuk menaikkan koreksi sell plan kami nanti kita tunggu dulu sampai kuartal 1 ini terjadi. Mudah-mudahan kalau itu terjadi indikasinya akan bergerak agar signifikan naik dari rencana 10 persen mungkin menuju ke level antara 20 atau 30 persen dari tahun lalu,” ujar Direktur PT United Tractors Tbk, Iman Nurwahyu dalam press conference, Jumat (9/4/2021).
Iman menuturkan, keyakinan ada peluang kenaikan tersebut didukung dengan fakta perseroan akan memiliki produk baru yang digadang lebih kompetitif dari produk-produk sebelumnya. Di sisi lain, meningkatnya rencana kenaikan ini juga dipengaruhi kenaikan harga batu bara yang relatif stabil.
Advertisement
Baca Juga
"Sungguh bersyukur, ternyata harga batu bara stabil naik. Kegiatan konstruksi juga masih terus mendominasi operasional alat berat. Sehingga boleh jadi kita akan mengoreksi naik atas rencana penjualan kita,” kata dia.
Iman menyebutkan pangsa pasar tahun lalu yang berada pada kisaran 5.500, dan rencana penjualan perseroan sebesar sekitar 1.500, dengan proyeksi pasar yang akan mengalami kenaikan 10 persen.
"Pada sekitar bulan Oktober hingga November tahun lalu kita memproyeksikan market itu akan naik sekitar 10 persen, jadi mengarah kepada level 7.000an. Sehingga kita juga meletakkan rencana penjualan kita tahun ini akan di 1.700-an naik sekitar 10 persen sebesar naiknya pasar dari 1.500 something menuju 1.700,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Cerai dengan Adaro, Bagaimana Langkah Anak Usaha UNTR?
Sebelumnya, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) akan mengakhiri kontrak dengan anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Indonesia pada 31 Juli 2021.
Presiden Direktur PT United Tractors Tbk, Frans Kesuma mengaku saat ini perseroan belum memiliki calon pelanggan baru sebagai pengganti Adaro.
"Sampai saat ini kalau dari PAMA untuk customer yang baru yaitu memang belum ada,’ ujar Frans dalam press conference, Jumat, 9 April 2021.
Di sisi lain, Frans mengatakan, pelanggan dari PAMA merupakan merupakan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Sementara sejumlah perusahaan pemegang PKP2B akan segera habis masa lisensinya.
"Kita tahu juga PKP2B hampir semuanya akan habis masa lisensinya, dan itu akan diperpanjang tahun ini dan tahun depan,” kata dia.
Alih-alih mencari pelanggan baru, Frans mengatakan PAMA tengah mempertimbangkan untuk menggenjot volume produksi dari pelanggan eksisting. Selain mempertimbangkan keterbatasan pelanggan besar, Frans menilai kondisi penambangan batu bara kini telah menunjukkan perbaikan.
"Untuk PAMA, mengingat bahwa memang cukup terbatas customer yang besar, maka yang sedang dipertimbangkan atau yang diharapkan adalah penerapan volume dari customer eksisting. Tentu sangat memungkinkan kalau kita melihat bahwa kondisi sekarang batubara cukup cukup menjanjikan atau recovery dibandingkan dengan tahun 2020 ya,” ujar dia.
Perseroan berencana meningkatkan volume produksi dari pelanggan eksisting, Hal ini sebafai antisipasi belum ada pelanggan baru untuk PAMA.
"Untuk customer yang baru untuk PAMA itu belum ada rencana. Rencananya adalah bagaimana bisa meningkatkan volume produksi dari customer yang sekarang juga sudah menjadi customer PAMA,” tutur dia.
Advertisement