Pelita Samudera Shipping Catat Pendapatan Turun 9,25 Persen pada 2020

PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) mencatat pendapatan USD 68,4 juta pada 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Apr 2021, 11:55 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2021, 11:55 WIB
Ilustrasi laporan keuangan.
Ilustrasi laporan keuangan. (Photo by Serpstat from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) mencatatkan penurunan pendapatan dan laba sepanjang 2020.

Adapun perseroan fokus pada diversifikasi komoditas angkut multi kargo untuk merambah pangsa pasar potensial termasuk pasar internasional pada 2020. Strategi PT Pelita Samudera Shipping Tbk dengan mengoptimalkan utilisasi aset yang dimiliki.

Hal ini di tengah melesunya pasar ekspor dan domestik akibat situasi pandemi COVID-19 yang menekan industri global, terutama jatuhnya permintaan komoditas batu bara. 

Di tengah kondisi tersebut, Perseroan mencatat pendapatan USD 68,4 juta pada 2020. Pendapatan itu  turun 9,25 persen dari periode sama pada 2019 sebesar USD 75,3 juta.

Pendapatan itu seiring tarif angkutan rata-rata mengalami kenaikan sebesar 10 persen menjadi USD 2,74/metrik ton dari USD 2,49/metrik ton pada 2019. Di sisi lain, perseroan membukukan total volume pengangkutan sebesar 24,9 juta metrik ton.

"Pendapatan sewa berjangka meningkat signifikan sebesar 35 persen menjadi USD13,3 juta dari USS 9,9 juta pada 2019, mengalami peningkatan di semua segmen bisnis, Floating Loading Facility (FLF), Kapal Tunda dan Tongkang (TNB) dan Kapal Curah Besar (MV),” ujar Direktur Utama PT Pelinta Samudera Shipping Tbk, Iriawan, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (26/4/2021).

Beban pokok pendapatan turun 0,65 persen menjadi USD 55,9 juta pada 2020 dari USD 56,2 juta pada 2019.  Kontribusi terbesar dari peningkatan biaya depresiasi kapal tetapi diimbangi dengan penurunan biaya bahan bakar.

"Di tengah turunnya pasar batu bara, Perseroan banyak melakukan perbaikan dan pemeliharaan kapal (docking) di semester pertama sehingga dapat mengejar kebutuhan volume pengangkutan di semester kedua, terbukti dengan mulai menguatnya harga batu bara menjelang awal kuartal IV/2020,” ujar dia.

Perseroan mencatat marjin laba kotor sebesar 18 persen atau USD 12,5 juta. Marjin EBITDA mencapai 35 persen atau sebesar USD 24,3 juta, menunjukkan biaya kas yang cukup stabil dari 2019 marjin di 40 persen atau EBITDA sebesar USD 29,9 juta. 

Laba kotor merosot 34,60 persen dari USD 19,08 juta pada 2019 menjadi USD 12,47 juta pada 2020. Perseroan menekan sejumlah beban. Beban operasi tercatat USD 5,59 juta pada 2020.

Beban operasi itu turun 7,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 6,05 juta. Beban keuangan susut 15,66 persen dari USD 1,87 juta pada 2019 menjadi USD 1,58 juta pada 2020. Pendapatan keuangan perseroan naik menjadi USD 61.666 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 59.747.

Dengan demikian, laba bersih tahun berjalan turun 36,56 persen secara year on year (YoY). Laba bersih tahun berjalan tercatat USD 8,43 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 13,28 juta.

Total liabilitas perseroan turun 4,26 persen dari USD 54,63 juta pada 2019 menjadi USD 52,30 juta pada 2020. Ekuitas PT Pelita Samudera Shipping Tbk naik 6,74 persen dari USD 88,56 juta pada 2019 menjadi USD 94,53 juta pada 2020.

Total aset naik 2,54 persen dari USD 143,19 juta pada 2019 menjadi USD 146,83 juta pada 2020. Perseroan kantongi kas dan setara kas sebesar USD 12,64 juta pada 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rincian Kinerja dan Target 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Utilisasi penuh dan ekspansi multi kargo armada kapal curah besar (MV) mencapai hampir 25 persen untuk volume pengangkutan freight charter komoditas di luar batu bara seperti nikel, alumina, tembaga konsentrat, semen klinker, pasir silika, billet baja dan produk besi.

Pada pertengahan 2020, kapal tunda dan tongkang (TNB) berekspansi ke segmen nikel terutama di area Sulawesi Tenggara serta membuka kantor perwakilan di Kendari pada akhir kuartal IV/2020.

Rasio utang terhadap aset dan rasio uutang terhadap ekuitas sebesar masing-masing 0,24 kali dan 0,37 kali, lebih rendah dari masing-masing 0,28 kali dan 0,45 kali pada  2019, yang merupakan kontribusi dari pembayaran penuh pinjaman bank jangka panjang UOB serta cicilan pokok pinjaman bank ICICI dan Citibank dengan total pembayaran pinjaman sebesar USD 30,5 juta.

Pembayaran pinjaman bank juga berkontribusi pada posisi rasio gearing yang lebih baik sebesar 0,22 kali vs. 0,37 kali dari 2019.

Posisi keuangan ini menunjukkan Perseroan memiliki struktur modal yang terjaga dengan baik dan kapasitas keuangan yang solid. Rasio Harga Saham terhadap Pendapatan (Price Earning Ratio) juga meningkat lebih tinggi sebesar 7,7 kali dari 5,3 kali pada 2019.

Iriawan menuturkan, perseroan mengamankan kontrak USD 164,6 juta pada 2020. Kontrak itu untuk kontrak baru serta perpanjangan kontrak jangka panjang dalam 1-3 tahun ke depan.

"Kami optimis akan bertumbuh tangguh dengan diversifikasi bisnis, optimalisasi aset dan ekspansi armada sebagai strategi berkelanjutan," ujar dia.

Adapun alokasi belanja modal pada 2021 ditargetkan sekitar USD 21 juta untuk rencana strategi ekspansi armada.

"Pertumbuhan Pendapatan pada 2021 ditargetkan meningkat sekitar 15 – 20 persen dari 2020, dengan target lebih tinggi dari 2019 atau pre-pandemi," ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya