Perketat Pembatasan Aktivitas, Saham Maskapai hingga Bank Merosot di Bursa Singapura

Indeks saham acuan Singapura ditutup melemah 2,2 persen ke posisi 3.055,02 pada Jumat, 14 Mei 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mei 2021, 14:24 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2021, 14:24 WIB
Merlion Park, Singapura.
Merlion Park, Singapura. (dok. Graham-H/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Singapura jatuh ke level terendah lebih dari dua bulan pada Jumat, 14 Mei 2021. Hal ini seiring investor bereaksi terhadap pengetatan lebih lanjut pembatasan COVID-19 di Singapura.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19, makan malam di restoran akan dilarang dan maksimal dua orang untuk pertemuan sosial akan diberlakukan mulai Minggu, 15 Mei 2021 selama empat minggu.Satgas COVID-19 Singapura juga mengumumkan kembali untuk bekerja dari rumah.

Indeks saham acuan Singapura turun lebih dari tiga persen setelah pengumuman tersebut. Indeks saham acuan Singapura ditutup melemah 2,2 persen ke posisi 3.055,02. Hal ini menandai level terendah indeks saham Singapura atau STI sejak 8 Maret 2021.

"Pasar tidak siap untuk pengetatan drastis untuk hadapi COVID-19 yang terjadi begitu cepat setelah pengurangan sebelumnya,” ujar DailyFX’s Strategist Margaret Yang dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (15/5/2021).

Ia menambahkan, hal tersebut mencerminkan situasi mungkin lebih buruk dari yang diperkirakan. "Di tingkat ekonomi, pasti juga akan ada dampak buruk pada sektor jasa dan perjalanan,” kata dia.

Sementara itu, IG Market Strategist Yeap Jun Rong menuturkan, pasar saham lokal telah mencatat kenaikan kuat sejak awal tahun. Hal ini seiring pemulihan ekonomi yang kuat karena pandemi COVID-19 yang relatif terkendali di Singapura.

"Kebangkitan baru-baru ini tampaknya menimbulkan keraguan pada kecepatan pemulihan ekonomi ke depan yang mengarah pada kelemahan jangka pendek di STI, mengingat proporsi signifikan dari konstituen berada dalam siklus,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sejumlah Sektor Saham Tertekan

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Saham maskapai terkena dampak dari rencana pembatasan tersebut. Saham Singapore Airlines melemah 5,7 persen ke posisi terendah dalam 11 minggu ke posisi S$ 4,5, sementara saham SATS turun 3,9 persen menjadi S$ 3,69.

Selain pembatasan yang meningkat, gelembung perjalanan udara antara Singapura dan Hong Kong yang dimulai pada 26 Mei 2021 akan ditunda.

"Investor telah berharap peluncuran vaksin untuk memacu pemulihan ekonomi dan pembukaan kembali perbatasan yang lebih luas, tetapi kami sekarang bergerak mundur dan mungkin butuh waktu lebih lama dari yang kami perkirakan untuk pemulihan industri penerbangan,” ujar Yang.

Saham operator resor Genting Singapura turun 3,1 persen. Saham bank OCBC dan UOB masing-masing turun lebih dari dua persen. Saham DBS susut 0,7 persen. Selain itu, saham jaringan supermarket Sheng Siong melonjak hampir 11 persen menjadi S$ 1,66.

"Jika Anda melihat, tidak banyak tempat berlindung yang tersisa. Sebagian besar sektor tertekan, dan supermarket adalah satu-satunya yang diuntungkan dari pembatasan ketat,” kata Yang.

Di sisi lain, saham Singtel turun 3,7 persen menjadi S$ 2,32 setelah diperingatkan akan mencatat rugi bersih S$ 1,21 miliar, sebagian besar karena penurunan nilai aset.

Analis CMC Market Kelvin Wong menuturkan, jumlah kasus dalam komunitas akan berperan menentukan bagaimana pasar saham bergerak selama dua minggu ke depan.

"Jika jumlah kasus komunitas yang tidak terkait terus meningkat dalam dua minggu ke depan, itu menyiratkan tindakan lebih ketat kemungkinan akan diterapkan seperti circuit breaker 2.0,” kata dia.

Jadi saham hotel, perjalanan seperti Genting, SIA, Capitaland Integrated Commercial Trust akan tertekan. Yeap menambakan, sektor ritel, hotel dan hiburan berada di bawah tekanan mengingat ketidakpastian tentang bagaimana situasi COVID-19 akan berkembang.

"Meski pun demikian, dampak negatif secara keseluruhan mungkin terbatas mengingat tindakan lebih cepat telah diambil untuk membatasi penyebaran COVID-19, 20 persen populasi Singapura telah divaksinasi penuh,” ujar analis IG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya