Liputan6.com, Jakarta - Regulator pasar China mengumumkan akan memblokir rencana Tencent Holdings untuk menggabungkan (merger) dua situs streaming video game teratas negara itu, Huya dan DouYu dengan alasan antimonopoli.
Tencent pertama kali mengumumkan rencana merger itu tahun lalu untuk merampingkan sahamnya di perusahaan. MobTech memperkirakan perusahaan memiliki 80 persen pangsa pasar senilai lebih dari USD 3 miliar atau sekitar Rp 43,47 triliun (asumsi kurs Rp 14.492 per dolar AS) dan terus berkembang dengan cepat.
Tencent adalah pemegang saham terbesar Huya dengan 36,9 persen dan juga memiliki lebih dari sepertiga saham di DouYu. Dengan kedua perusahaan terdaftar di Amerika Serikat, valuasi keduanya mencapai USD 5,3 miliar atau sekitar Rp 76,80 triliun.
Advertisement
Dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (10/7/2021), otoritas bursa setempat atau State Administration of Market Regulation (SAMR) mengatakan keputusan itu dibuat setelah meninjau konsesi tambahan yang diusulkan oleh Tencent untuk merger. Menurut pengumuman SAMR, Tencent mengajukan tinjauan antimonopoli merger pada Januari.
SAMR mengatakan, gabungan pangsa pasar Huya dan DouYu dalam industri streaming langsung video game akan lebih dari 70 persen. Penggabungan keduanya akan memperkuat dominasi Tencent di pasar ini. Mengingat Tencent telah memiliki lebih dari 40 persen pangsa pasar di segmen operasi game online.
Adapun Huya dan DouYu masing-masing berada di peringkat pertama dan kedua sebagai situs streaming video game paling populer di China. Situs tersebut menjadi rujukan untuk menonton turnamen e-sports dan mengikuti gamer profesional.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
China Panggil 11 Perusahaan Teknologi
Sebelumnya, Otoritas China menyatakan telah memanggil 11 perusahaan teknologi termasuk Tencent, Alibaba, dan pemilik TikTok ByteDance untuk membicarakan "deep fakes" dan keamanan internet. Hal ini terjadi saat regulator sedang mencoba menarik perhatian sektor digital yang tak terkendali.
The Cyberspace Administration of China (CAC) mengatakan, pembicaraan ini terkait perangkat lunak suara yang belum menjalani prosedur keamanan serta penerapan teknologi "deep fake".
Mengutip laman channel news asia, ditulis Sabtu, 20 Maret 2021, perusahaan harus melaporkan kepada pemerintah rencana untuk menambah fungsi baru yang memiliki kemampuan untuk memobilisasi masyarakat.
Produsen ponsel pintar Xiaomi, Kuaishou saingan TikTok dan layanan streaming musik NetEase Cloud Music juga hadir dalam pertemuan tersebut. Hal itu seperti disampaikan the Cyberspace Administration of China.
Tujuannya adalah untuk memastikan mereka mematuhi peraturan, melaksanakan penilaian keselamatan dan mengambil tindakan perbaikan yang efektif jika potensi bahaya ditemukan. Semua perusahaan tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pertemuan tersebut.
Advertisement
Selanjutnya
Deep fake menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video dan audio hiper-realistis tetapi palsu. Seseorang tampak mengatakan dan melakukan sesuatu yang tidak mereka katakan.
China telah meningkatkan pengawasan terhadap raksasa internetnya dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini juga seiring kekhawatiran tindakan monopoli dan potensi pelanggaran hak konsumen.
Pada pekan lalu 12 perusahaan terkena denda karena diduga melanggar aturan monopoli.Sebelumnya otoritas menghentikan penawaran umum perdana atau inital public offering (IPO) anak perusahaan Alibaba, grup Ant.
Otoritas memanggil pendirinya Jack Ma kemudian membuka penyelidikan terhadap praktik bisnis Alibaba yang dianggap monopoli.Adapun pemberitahuan CAC muncul tak lama setelah China memblokir aplikasi audio khusus clubhouse.