Garuda Indonesia Beberkan Penyebab Laporan Keuangan Berstatus Disclaimer

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio menuturkan, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi pemberian status disclaimer.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Jul 2021, 21:24 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2021, 21:24 WIB
Garuda Indonesia
Ilustrasi maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat berhenti di apron Bandara Adi Soemarmo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akhirnya menyampaikan laporan keuangan tahun buku 2020 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis, & Rekan selaku auditor independen memberikan opini tidak menyatakan pendapatan atau disclaimer untuk laporan keuangan perseroan.

Sehubungan dengan hal itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio menuturkan, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi pemberian status tersebut.

Salah satunya mengenai kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini mengalami difisiensi ekuitas sebesar USD 1,9 miliar yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan sehingga menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan dan berdampak pada operasional dan likuiditas Perseroan.

"Dampak buruk terhadap operasi dan likuiditas Garuda secara langsung berpengaruh pada kemampuan Garida dalam memenuhi kewajibannya," tulis Prasetio, seperti dikutip dalam keterbukaan informasi BEI, Jumat (16/7/2021).

Saat ini, Perseroan dalam proses untuk mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan rencana manajemen untuk mengurangi tekanan likuiditas, sekaligus untuk memperbaiki posisi keuangan Perseroan. Namun,tentu efektifitas dari rencana iti tergantung pada pemenuhan hal-hal tertentu yang menjadi kewajiban maskapai penerbangan BUMN ini.

"Meskipun Perseroan telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat menjalankan rencana manajemen,namun hal-hal tertentu tersebut belum semuanya direalisasi,” kata dia.

Akibatnya, auditor tidak dapat memperoleh bukti-bukti audit yang cukup dan tepat untuk mendukung asumsi rencana manajemen Garuda Indonesia dapat dicapai dalam jangka waktu yang diperlukan auditor dalam menyelesaikan auditnya.

"Karena signifikansi dari realisasi hal-hal tertentu tersebut sangat mempengaruhi keterlaksanaan dan efektivitas rencana manajemen, maka Auditor kami memberikan opini Tidak Menyampaikan Pendapat," tulis Prasetio.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penjelasan Dirut Garuda Indonesia

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG
Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menghargai independensi auditor yang mencatatkan keterangan tersebut. Irfan menuturkan, hal tersebut merupakan realitas bisnis yang tidak dapat terhindarkan di tengah tekanan kinerja usaha, imbas kondisi pandemi yang mengantarkan industri penerbangan dunia pada level terendah sepanjang sejarah. 

Lalu lintas penumpang internasional mengalami penurunan drastis lebih dari  60 persen selama 2020. Hal tersebut membawa trafik perjalanan lalu lintas udara internasional kembali ke level trafik pada 2003.

Sebuah kemunduran signifikan dari industri penerbangan yang telah berkembang pesat selama 10 tahun terakhir. Kondisi itu yang turut tergambarkan pada kinerja usaha GIAA yang saat ini terdampak signifikan pada aspek keberlangsungan usaha.

Hal tersebut juga dihadapi oleh berbagai pelaku industri penerbangan lainnya, yang harus melakukan berbagai langkah fundamental guna mengoptimalkan kinerja usahanya. Antara lain dilakukan melalui upaya diversifikasi bisnis, baik dalam skala besar maupun kecil.

"Dalam kondisi yang penuh tantangan ini, Garuda Indonesia memastikan komitmennya untuk senantiasa hadir memenuhi kebutuhan aksesibilitas layanan penerbangan masyarakat Indonesia melalui pengalaman terbang yang aman dan nyaman,” kata Irfan.

Hal itu selaras dengan konsistensi penerapan protokol kesehatan di seluruh lini operasi Garuda Indonesia, mengantarkan maskapai pelat merah itu menjadi salah satu maskapai penerbangan terbaik di Asia Tenggara dengan kualitas penerapan protokol kesehatan di seluruh aspek layanan.

Berbagai langkah strategis pemulihan kinerja terus dilakukan Perseroan hingga kini. Antara lain, melalui konsolidasi operasi guna mendorong efisiensi serta menunjang business continuity Perusahaan di tengah kondisi makro yang penuh tantangan dan pasar yang semakin kompetitif.

Di samping itu Perusahaan juga tengah merampungkan program restrukturisasi secara menyeluruh terhadap kinerja usaha, yang akan dilakukan secara bertahap dan terukur dengan mengedepankan komitmen keberlangsungan usaha.

"Untuk itu, Garuda Indonesia optimistis dapat semakin agile dan adaptif dalam menjawab tantangan industri penerbangan ke depannya,” pungkas Irfan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya