Liputan6.com, Jakarta PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) optimis dapat mencapai target produksi tahun 2024 sebesar 20,2 juta ton. Volume penjualan diproyeksikan mencapai 24-24,5 juta ton, naik sekitar 6% dibandingkan estimasi sebelumnya sebesar 23 juta ton. Kenaikan ini didorong oleh kontribusi batu bara dari pihak ketiga.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan menerangkan, harga jual rata-rata (ASP) pada kuartal IV 2024 diperkirakan turun menjadi sekitar USD 92 per ton, dengan rata-rata ASP sepanjang tahun berada di angka USD 95 per ton.
Pendapatan tahun 2024 diperkirakan sejalan atau sedikit lebih tinggi dari proyeksi sebesar USD 2,169 juta.
Advertisement
"Dengan asumsi tidak ada kejutan dalam laba, ITMG diperkirakan akan membagikan dividen final sebesar Rp 2.150 – Rp 2.300 per saham, lebih tinggi dari dividen interim Rp 1.228 per saham. Hal ini setara dengan imbal hasil dividen sebesar 8,4 – 9,0% pada harga saham Rp 25.450," ulas Rizkia dalam risetnya, Jumat (7/2/2025).
Target Produksi ITMG Naik di 2025
Memasuki tahun 2025, ITMG menargetkan produksi sebesar 22 juta ton, meningkat dibandingkan 20,2 juta ton pada 2024. Sementara itu, volume penjualan ditargetkan mencapai 27 juta ton. Panduan resmi terkait target ini akan diumumkan pada Maret 2025.
Belanja modal (capex) perusahaan diproyeksikan meningkat dengan fokus pada pemeliharaan, peningkatan peralatan, serta pengembangan infrastruktur.
ITMG juga berencana meningkatkan produksi di tambang-tambang baru. Selain itu, strategi efisiensi biaya tetap menjadi prioritas, termasuk negosiasi tarif kontraktor, mekanisme pengalihan biaya bahan bakar, dan strategi pencampuran batu bara yang lebih efisien.
Â
Pasar Batu Bara Global
Pasar batu bara global diperkirakan menghadapi tekanan pada 2025. Permintaan dari China diprediksi menurun karena stok batu bara yang masih tinggi di pembangkit listrik serta musim dingin yang lebih hangat.
Libur Tahun Baru Imlek pada kuartal I 2025 juga berpotensi memperlambat aktivitas perdagangan, yang dapat melemahkan harga spot.
Di Jepang, permintaan batu bara diperkirakan turun seiring peralihan pembangkit listrik ke energi nuklir. Sementara itu, Korea dan Taiwan juga mulai beralih ke tenaga air, yang menyebabkan permintaan tetap stagnan.
Namun, beberapa negara seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan Vietnam diperkirakan masih akan mendorong pertumbuhan permintaan, didorong oleh kebutuhan energi dan peningkatan aktivitas industri di Asia Tenggara.
"Meskipun begitu, pasokan yang lebih besar dibandingkan permintaan dapat menekan harga batu bara termal pada 2025," kata Rizkia.
Â
Advertisement
Faktor Risiko dan Perkiraan Harga Batu Bara
Ketidakpastian politik global, termasuk potensi terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, dapat mempengaruhi kebijakan terkait bahan bakar fosil dan pasar batu bara. Selain itu, produksi batu bara domestik China yang mencapai 3,8 miliar ton dapat semakin menekan harga global.
Di sisi lain, pasar ekspor batu bara global tetap bergejolak, dengan kendala pasokan dari Australia, Kolombia, dan Afrika Selatan akibat masalah logistik serta tenaga kerja. Kondisi ini dapat memberikan sedikit dukungan terhadap harga batu bara.
"Namun, dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, harga batu bara Newcastle diperkirakan turun sekitar USD 10-15 per ton pada 2025," pungkas Rizkia.
Â
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)