Liputan6.com, Jakarta - Analis prediksi saham batu bara masih berpotensi naik tetapi terbatas pada kuartal IV 2021 di tengah kenaikan harga batu bara. Hal ini seiring saham batu bara sudah alami kenaikan tinggi.
Hal itu disampaikan Analis PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (6/10/2021).
“Prospek kinerja batu bara berpotensi melanjutkan pertumbuhan year on year (yoy) di tengah kenaikan harga batu bara yang signifikan. Namun, untuk prospek harga cenderung konsolidasi mengingat kenaikan harganya sudah signifikan dan rentan aksi profit taking,” ujar dia.
Advertisement
Pada perdagangan Selasa, 5 Oktober 2021, sejumlah saham batu bara alami koreksi. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melemah 1,61 persen ke posisi Rp 1.830 per saham.
Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tergelincir 1,73 persen ke posisi Rp 2.840 per saham, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) susut 1,5 persen ke posisi Rp 8.200 per saham. Selanjutnya saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) turun 1,7 persen ke posisi Rp 111 per saham.
“Mayoritas sahamnya turun sebelumnya sempat menguat, ini ada indikasi sinyal jual dalam jangka pendek akan terbentuk,” kata dia.
Baca Juga
Sementara itu, sejumlah saham batu bara menguat. Saham PT indika Energy Tbk (INDY) naik 0,47 persen ke posisi Rp 2.160. Di sisi lain, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) naik 2,29 persen ke posisi Rp 27.950 per saham, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melonjak 8,3 persen ke posisi Rp 91 per saham, saham PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) menanjak 2,3 persen ke posisi Rp 4.290 per saham.
Sukarno pun mengingatkan untuk melihat sisi teknikal harga saham batu bara. Apalagi kenaikan saham batu bara sudha tinggi. “Kalau kenaikannya sudah tinggi dan ada pola reversal harus hati-hati,” ujar dia.
Ia mengatakan, untuk rekomendasi harian atau jangka pendek lebih ke trading sell dan wait and see. “Tunggu harga turun dulu dari level saat ini,” ujar dia.
Untuk saham batu bara yang dapat dicermati, Sukarno memilih saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Batu Bara
Terkait harga batu bara yang naik signifikan, Sukarno menuturkan, hal itu didorong karena pasokan yang ketat di China. Negeri tirai bambu itu berjanji untuk mencapai standar emisi dan mencapai netralitas karbon pada 2060, kurangnya investasi tambang yang mencerminkan tekanan dari investor yang sadar sosial.
Selain itu, kendala impor akibat pembatasan COVID-19 dan lonjakan harga gas alam di tengah prospek kekurangan persediaan, khususnya di Eropa.
“Sementara itu, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China secara resmi mendesak perencana ekonomi lokal, administrasi energi dan perusahaan kereta api untuk meningkatkan transportasi batu bara untuk memenuhi permintaan pemanas warga selama musim dingin. Batu bara adalah sumber listrik terbesar China,” kata dia.
Sukarno mengatakan, kenaikan harga batu bara ini akan berdampak terhadap kinerja emiten batu bara. “Mayoritas emiten batu bara diuntungkan,” ujar dia.
Advertisement