Indonesia Transport & Infrastructure Resmi Berubah Nama Jadi MNC Energy Investments

Pemegang saham menyetujui pergantian nama PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Mei 2022, 19:18 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2022, 12:52 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah menyelesaikan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis 10 Februari 2022. Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui pergantian nama  PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.

Executive Chairman MNC Grup, Hary Tanoesoedibjo menambahkan, perseroan sekaligus mengubah kegiatan usaha utamanya dari perusahaan pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi bidang investasi dan perusahaan induk, khususnya di sektor pertambangan batu bara.

"Bidang usahanya berubah sebagai investment company, holding company pada saat ini yang memiliki berbagai perusahaan di bawahnya karena ada akuisisi PT Bhakti Coal Resources (PT BCR)," ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (10/2/2022).

Perseroan juga telah mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk mengambil alih 99,33 persen saham PT BCR dari PT MNC Investama Tbk (BHIT). BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

RUPSLB juga menyetujui pengalihan aset transportasi udara kepada salah satu anak usaha IATA yang dimiliki 99,99 persen yakni PT Indonesia Air Transport (IAT), yang juga telah mengantongi Sertifikat Operator Pesawat Udara dari Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Dengan demikian, IAT resmi dapat menyelenggarakan angkutan udara niaga sesuai dengan petunjuk pengoperasian dan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil yang berlaku.

"Jadi di sini ditegaskan bahwa Air Transport nya dipindahkan ke bawah. Tetap dimiliki perseroan tapi dipindahkan ke bawah berikut perizinannya dan menjadi anak perusahaan,” tutur Hary.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rincian BCR

FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 mencapai USD 3,77 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan keterangan tertulis, Bhakti Coal Resources (BCR) merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang meliputi:

• PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), keduanya sudah beroperasi dan aktif menghasilkan batubara dengan kisaran GAR 2.800 – 3.600 kkal/kg. Dengan total area seluas 9.813 ha, BSPC memiliki perkiraan total sumber daya 130,7 juta MT, sementara PMC memiliki 76,9 juta MT, dengan perkiraan total cadangan masing-masing sebesar 83,3 juta MT dan 54,8 juta MT.

• PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE), keduanya ditargetkan untuk memulai produksi batubara dalam tahun ini. Ditambah lagi, PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) yang sedang disiapkan untuk beroperasi dalam satu atau dua tahun dari sekarang. Tujuh IUP dengan luas 64.191 ha ini memiliki estimasi total sumber daya sebesar lebih dari 1,4 miliar MT.

Produksi BSPC dan PMC pada tahun 2021 mencapai 2,5 juta metrik ton, menghasilkan pendapatan sekitar USD 74,8 juta dengan EBITDA USD 33 juta.

Pada periode sembilan bulan hingga September 2021, BCR berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 44,1 juta dengan EBITDA senilai USD 20,4 juta.

Dengan asumsi akuisisi BCR oleh IATA terlaksana pada Januari 2021, laporan IATA untuk September 2021 akan menghasilkan pendapatan USD 51,4 juta dengan EBITDA sebesar USD 20,4 juta, daripada pendapatan sebesar USD 7,2 juta dengan kerugian EBITDA USD 54,8 ribu.

Laporan asumsi laba rugi tersebut akan jauh lebih baik lagi untuk periode tahunan 2021 dan pastinya akuisisi BCR dinilai sangat bermanfaat bagi IATA.

Akuisisi BCR menjadi lebih menarik karena sembilan IUP milik BCR yang telah disebutkan sebelumnya akan diakuisisi dengan nilai USD 140 juta, 23% lebih rendah dari valuasi BSPC dan PMC.

Pada 2022, BCR telah memperoleh ijin untuk meningkatkan produksi hingga 8 juta metrik ton. Dengan estimasi harga batu bara terus menguat dan target produksi tersebut tercapai, kinerja keuangan IATA 2022 diperkirakan sangat baik, dengan ekspektasi peningkatan pendapatan hingga 3x lipat dari tahun 2021, setelah mengalami kerugian sejak 2008.

 

Prospek Batu Bara

Geliat Bongkar Muat Batu Bara di Tengah Larangan Ekspor
Pekerja saat menyelesaikan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan PT KCN Marunda, Jakarta Utara, Rabu (5/1/2022). Kebijakan itu diambil setelah mengetahui bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) mengalami krisis pasokan batubara hingga akhir 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sepanjang 2021 harga batu bara global terus merangkak naik. Bahkan memasuki semester kedua hingga menjelang akhir tahun, harga mineral ini melesat tinggi hingga menyentuh harga tertinggi sepanjang masa.

Lonjakan dipengaruhi berbagai aspek, terutama untuk memenuhi kebutuhan energy yang disebabkan oleh pembukaan kembali ekonomi pasca pandemi.

Berbagai komplikasi tambahan seperti  gangguan pasokan dan konflik antar negara, ditambah dengan permintaan yang untuk menyambut  musim dingin serta banjir di provinsi Shanxi, pusat penambangan batu bara terbesar di China.

Pada 2022, harga batubara diprediksi akan terus melejit dampak permintaan yang tinggi dan pasokan yang terus menyusut. Kenaikan ini turut mendongkrak harga batu bara nasional.

Mengutip data International Energy Agency (IEA), Indonesia mengekspor sebanyak 455 juta ton batubara ke seluruh dunia pada 2019, dan bergerak menjadi 400 juta ton pada 2020 imbas pandemi COVID-19. Posisi tersebut menunjukkan Indonesia sebagai negara eksportir batu bara yang mendominasi di pasar global.

Sedangkan China menempati posisi teratas negara importir batubara di dunia. Hubungan yang memburuk antara China dengan Australia membuat Indonesia kini jadi pemasok batu bara utama, dengan impor batu bara China dari Indonesia naik 60% sejak akhir November 2021, menurut data Bea Cukai China.

Dapat disimpulkan sepanjang batu bara masih menjadi sumber utama pembangkit listrik di berbagai negara, batubara Indonesia akan terus menjadi primadona dunia.

Gerak Saham IATA

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (10/2/2022), saham IATA melonjak 18,47 persen ke posisi Rp 186 per saham. Saham IATA dibuka naik 8 poin ke posisi Rp 165 per saham.

Saham IATA berada di level tertinggi Rp 194 dan terendah Rp 161 per saham. Total frekuensi perdagangan 64.358 kali dengan volume perdagangan 14.450.745. Nilai transaksi Rp 259,1 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya