Harga Minyak Menguat, Laba Bersih Saudi Aramco Naik 124 Persen

Saudi Aramco diuntungkan dari melonjaknya harga minyak selama 2021

oleh Elga Nurmutia diperbarui 20 Mar 2022, 19:42 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2022, 19:42 WIB
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan raksasa minyak Arab Saudi Aramco melaporkan lonjakan pendapatan setahun penuh pada Minggu (20/3/2022). Saudi Aramco membukukan laba bersih year-on-year lebih dari dua kali lipat menjadi USD 110 miliar atau sekitar Rp 1.577 triliun (asumsi kurs Rp 14.340 per dolar AS).

Laba bersih Saudi Aramco 2021 meningkat 124 persen menjadi USD110 miliar pada 2021, dibandingkan 2020 sebesar USD 49 miliar atau sekitar Rp 702,68 triliun, Kenaikan laba bersih itu seiring harga minyak mentah yang lebih tinggi, margin penyulingan dan refinery yang lebih kuat, serta konsolidasi bisnis bahan kimianya, hasil setahun penuh SABIC.

Realisasi laba bersih tersebut sesuai dengan ekspektasi, serta dengan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan laba bersih sebesar USD 109,7 miliar untuk setahun penuh. Saham naik 4 persen pada Minggu di tengah berita, hal itu berdasarkan data Reuters.

"Hasil kuat kami adalah bukti disiplin keuangan kami, fleksibilitas melalui kondisi pasar yang berkembang dan fokus teguh pada strategi pertumbuhan jangka panjang kami, yang menargetkan pertumbuhan nilai bagi pemegang saham kami,” ujar CEO Aramco Amin Nasser, dikutip dari CNBC, Minggu (20/3/2022).

Sementara itu, Saudi Aramco diuntungkan dari melonjaknya harga minyak selama 2021, dengan harga patokan internasional minyak mentah Brent naik di atas USD 80 per barel pada akhir tahun, naik sekitar 50 persen untuk periode 12 bulan.

Lalu, kekurangan pasokan menambah banyak faktor kompleks yang mendorong ketidakpastian besar di seluruh kompleks energi dan komoditas, bahkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina.

"Meskipun kondisi ekonomi telah membaik secara signifikan, namun prospeknya tetap tidak pasti karena berbagai faktor makro ekonomi dan geopolitik,” ia menambahkan.

Saudi Aramco juga mengumumkan dividen kuartal keempat sebesar USD 18,8 miliar, yang akan dibayarkan pada kuartal pertama 2022. Dividen tersebut ditutupi oleh kenaikan arus kas bebas menjadi USD 107,5 miliar pada 2021, dibandingkan dengan USD 49,1 miliar pada 2020.

Tak hanya itu, Saudi Aramco sebut akan merekomendasikan laba ditahan USD 4 miliar untuk membayar saham bonus kepada investor, dengan persetujuan.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, pemegang saham akan menerima satu saham bonus untuk setiap 10 saham yang dimiliki. Akibatnya, total dividen untuk 2021 adalah USD 75 miliar tunai, selain saham bonus.

Perusahaan juga mengatakan akan berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah menjadi 13 juta barel per hari pada 2027, memperluas produksi cair ke kimia, dan berupaya meningkatkan produksi gas lebih dari 50 persen pada 2030.

Selain itu, Saudi Aramco juga mengatakan ingin mencapai emisi gas rumah kaca Lingkup 1 dan Cakupan 2 bersih-nol di seluruh aset yang dioperasikan sepenuhnya dimiliki olehnya pada 2050.

Cakupan 1 mengacu pada emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan, sementara Cakupan 2 mencakup emisi tidak langsung dari pembangkitan daya beli yang dikonsumsi oleh perusahaan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Belanja Modal

Saudi Aramco
Saudi Aramco

Saudi Aramco anggarkan belanja modal pada 2021 USD 31,9 miliar atau setara Rp 457,46 triliun, meningkat 18 persen dari 2020.

Kenaikan belanja modal terutama didorong oleh peningkatan aktivitas sehubungan dengan peningkatan minyak mentah, Pabrik Gas Tanajib dan program pengeboran pengembangan.

Aramco mengharapkan belanja modal 2022 menjadi sekitar USD 40-50 miliar atau sekitar Rp 573,62 triliun-Rp 717,03 triliun, dengan pertumbuhan lebih lanjut diharapkan hingga sekitar pertengahan dekade ini. Angka-angka tersebut sangat kontras dari pendapatan perusahaan pada 2020, yang mengalami penurunan 44 persen pada tahun sebelumnya karena jatuhnya permintaan yang disebabkan oleh pandemi virus COVID-19.

Nasser pada saat itu menggambarkan tahun keuangan Aramco 2020 sebagai salah satu tahun yang paling menantangdalam sejarah baru-baru ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya