Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022 bakal terus menguat bahkan bisa menembus hingga level 7.600. Katalis utama pendorong pergerakan IHSG tersebut adalah terkatrolnya tingkat inflasi yang menerpa perekonomian global akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina, yang memicu dana asing dalam jumlah besar masuk ke emerging markets termasuk pasar modal Indonesia.
Ekonom dari Ciptadana Sekuritas Asia Nicko Yosafat menyatakan total dana asing yang masuk ke bursa saham dalam negeri pada kuartal I 2022 mencapai sekitar Rp32 triliun. Jumlah itu sangat signifikan mengingat sepanjang 2021 hanya Rp38 triliun.
"Dampak langsung konflik Rusia-Ukraina memang kecil terhadap Indonesia. Tapi konflik tersebut membuat peningkatan harga komoditas sehingga Indonesia kebanjiran foreign flow," ujar Nicko dalam Investment Talk bertema Foreign Flow in JCI. Acara daring tersebut diselenggarakan D'ORIGIN Financial& Business Advisory bekerjasama IGICO Advisory, Minggu (3/4/2022).
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan, kenaikan harga komoditas karena pasokan rendah akibat sanksi terhadap Rusia, negara lain banyak menahan komoditas untuk keperluan dalam negerinya.
"Ini berakibat pada kenaikan energy price dan supply chain shock,” tutur dia.
Ia menuturkan, konflik tersebut mendorong peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS) sekitar 7,9 persen secara tahunan pada Februari 2022. Hal ini akan membuat bank sentral di Negeri Paman Sam mengambil kebijakan pengetatan suku bunga acuan. Yaitu penyesuaian sebanyak enam kali lagi hingga akhir 2022.
Adapun tingkat inflasi di dalam negeri naik 2,64 persen secara tahunan per Maret 2022. Rupiah pun melemah 0,86 persen secara year to date menjadi Rp14.329 per dolar AS. Suku bunga Bank Indonesia pun diestimasikan naik ke 4,25 persen.
"Tapi ada dampak positif dari pengetatan monetary di AS yang menjadi momentum bagi emerging markets seperti Indonesia tingkatkan foreign flow. Kami awalnya memperkirakan IHSG menyentuh level 7.300 tahun ini tapi targetnya meningkat jadi 7.600 pada 2022 karena faktor tadi," kata Nicko menekankan.
Hal ini, lanjut dia, akan diiringi pula pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4,9 persen. Dia optimistis tingkat konsumsi rumah tangga akan terjaga, terlebih momentum ini dibarengi dengan bulan Ramadhan di mana daya beli masyarakat selalu meningkat.
"Kalau bisa menjaga tingkat konsumsi rumah tangga terus membaik, sehingga riil GDP bisa bertumbuh,” lanjutnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi IHSG
Dalam kesempatan yang sama, Founder Indonesia Investment Education Rita Efendy mengamini Nicko. Dia menilai, peningkatan inflasi terjadi di seluruh dunia. Namun, peningkatan inflasi lebih tinggi terjadi di negara maju karena tingkat stimulus yang diberikan kekonsumen pasca pandemi.
"Naiknya harga energi dan pangan telah memicu inflasi yang lebih tinggi di banyak negara. Faktor-faktor tersebut dapat terus menambah inflasi pada 2022,” tuturnya.
Rita memperkirakan IHSG berada di level kisaran 7.400-7.500. Karena inflasi tersebut, kata dia, foreign flow akan konsisten membanjiri emerging market. Harga komoditas pun akan tetap tinggi sepanjang tahun karena gangguan supply dan kenaikan demand.
Earnings growth diperkirakan pada kisaran 22 persen pada 2022 dengan pertumbuhan ekonomi hingga 5,4 persen. Adapun tingkat inflasi, di kisaran 3,2 persen Rupiah akan stabil di kisaran Rp14.000. Hal ini pun didukung dengan penanganan COVID-19 yang kemungkinan menjadi endemi.
Advertisement