Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke posisi 7.078,76. Pergerakan IHSG dibayangi rilis data inflasi Maret 2022 dan data manufaktur yang tercatat di atas konsensus.
IHSG naik tipis 0,10 persen ke posisi 7.078,76 pada Jumat, 1 April 2022. IHSG berbalik arah saat penutupan perdagangan Jumat pekan ini. IHSG sempat berada di zona merah pada sesi perdagangan, dan berbalik arah menghijau dengan menguat 0,10 persen ke posisi 7.078,76.
Pada Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.099 dan terendah 7.040.Pada sesi perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulanan (mtm) pada Maret 2022 di posisi 0,66 persen. Inflasi itu didorong cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas, perhiasan dan minyak goreng. BPS menyebutkan, inflasi Maret 2022 tersebut merupakan inflasi tertinggi sejak Mei 2019.
Advertisement
Baca Juga
IHSG pun menguat di tengah pengumuman inflasi Maret 2022 yang tinggi itu.Analis Kiwoom Sekuritas Rizky menilai, hal tersebut indikasikan pemulihan daya beli masyarakat. Inflasi saat ini pun masih tergolong rendah dari kebijakan yang telah ditentukan Bank Indonesia.
Dengan inflasi Maret 2022, inflasi tahun kalender Maret 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 1,2 persen. Inflasi tahun ke tahun (yoy) Maret 2022 terhadap Maret 2021 sebesar 2,64 persen. Sementara itu, BI menargetkan inflasi 3 plus minus 1 persen pada 2022.
"Jadi hal tersebut masih dalam batas wajar. Dampaknya pasar saham akan mengalami penguatan karena adanya pemulihan daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi," ujar Rizky.
Selain itu, sejumlah sektor saham menjadi penggerak IHSG. Rizky menyebutkan saham-saham yang mendominasi yakni sektor tambang. Kemudian ada saham PT Astra International Tbk (ASII) dan dari sektor perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didukung Aliran Dana Asing
Hal senada dikatakan Analis PT Indo Premier Sekuritas Mino. Ia menuturkan, IHSG naik saat inflasi lebih tinggi karena masih berada di kisaran target Bank Indonesia (BI).
"Inflasi lebih tinggi dari ekspektasi atau konsensus tapi masih di kisaran target BI," kata Mino.
Mino mengatakan, inflasi jika terlalu tinggi dapat menekan daya beli sehingga berdampak terhadap perlambatan ekonomi. Hal ini akan jadi katalis negatif ke IHSG.
"Ketika inflasi terlalu tinggi maka akan menggerus daya beli masyarakat dan bisa berdampak pada perlambatan ekonomi. Jika terjadi maka ihsg akan tertekan," ujar Mino.
Sedangkan, pengamat pasar modal Wahyu Laksono sebut IHSG naik karena ada arus dana masuk akibat global value relativity. Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp 1,2 triliun pada Jumat, 1 April 2022. Sepanjang tahun berjalan 2022, aksi beli investor asing Rp 33,32 triliun.
Â
Â
Â
Advertisement