Liputan6.com, Jakarta - Memasuki kuartal kedua, investor pasar modal biasanya akan sering mendengar maupun membaca informasi mengenai fenomena Sell in May and Go Away. Pada Mei, investor pasar modal cenderung melakukan aksi jual guna menghindari terjadinya penurunan kinerja pasar modal pada Mei hingga Oktober.
"Meskipun Anda tidak dapat membantah bahwa bulan-bulan ini secara historis lemah, tapi masih menunjukkan pengembalian yang positif, jadi pilihan ‘go away’ mungkin kurang bijaksana," kata Chief Market Strategist LPL Financial, Ryan Detrick dalam LPL Research, ditulis Minggu (8/5/2022).
Pada saat bersamaan, ia juga mencermati sentimen bearish ekstrim di kalangan investor yang dikombinasikan dengan konsumen yang sehat dan kuat. Dengan begitu, kinerja atau pendapatan perusahaan bisa menjadi amunisi untuk kinerja saham perusahaan selama beberapa bulan ke depan.
Advertisement
"Dengan sentimen yang sangat berhati-hati, konsumsi yang sehat, dan pendapatan perusahaan yang kuat, go away pada Mei ini adalah sesuatu yang tidak akan kami ikuti," imbuh Detrick.
Baca Juga
Ia menguraikan, meskipun secara historis Mei hingga Oktober merupakan periode yang lemah untuk saham, tetapi itu tidak terjadi selama dekade terakhir. Detrick menemukan indeks S&P 500 naik 9 dari 10 tahun terakhir dari Mei hingga Oktober, memberikan pengembalian rata-rata 5,7 persen.
"Meskipun kewaspadaan kami siap untuk beberapa potensi pelemahan selama periode musiman, untuk jangka pendek bisa dipertimbangkan sebagai peluang pembelian," kata Detrick.
Di dalam negeri, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada sebelumnya menilai idiom Sell in May and Go Away kerap menjadi momok bagi banyak pelaku pasar. Hal itu lantaran pasar modal bisasnya sudah minim sentien memasuki kuartal II.
"Sebagai gambaran, laporan keuangan emiten di Maret dan April sudah keluar. Dividen juga sudah disampaikan. Maka di Mei ibaratnya jadi minim sentimen. Jadi banyak pelaku pasar yang keluar pasar menunggu sentimen selanjutnya,” ujar dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sentimen Ini Bayangi IHSG pada Mei 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan fluktuatif dengan kecenderungan menguat terbatas pada Mei 2022. Sentimen pertemuan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) dan laporan keuangan emiten kuartal I 2022 bayangi IHSG.
"Prospek IHSG ke depan akan berfluktuatif kecendrungan menguat terbatas, hal ini dikarenakan pada Mei akan ada kenaikan suku bunga The Fed yang akan diperkirakan agresif, tapi di sisi lain juga bisa di perhatikan bagaimana rilis laporan keuangan kuartal I," kata Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Kamis, 5 Mei 2022.
Dia menambahkan, sektor saham yang dapat dicermati pelaku pasar antara lain dari sektor komoditas, perbankan dan juga industri pada Mei 2022.
"Kami lebih merekomendasikan sektor-sektor komoditas, perbankan, serta industrial," ujar dia.
Abdul menuturkan sektor-sektor tersebut dapat dicermati karena memiliki sentimen positif seperti kenaikan harga komoditas.
"Sektor ini masih memiliki sentimen yang positif terlebih pada sektor komoditas yang terpangaruh kenaiakn harga komoditas, di mana laporan keuangan kuartal 1 diperkirakan akan tumbuh signifikan baik dari top line maupun bottom line," ujar dia.
Sebelumnya, Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di zona hijau menyambut libur panjang Lebaran 2022. Penguatan IHSG didukung aksi beli investor asing yang signifikan.
Pada penutupan perdagangan, Jumat, 28 April 2022, IHSG naik 0,45 persen ke posisi 7.228,91. Indeks LQ45 menguat 1,04 persen ke posisi 1.085,44. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Jelang libur panjang Lebaran, IHSG berada di level tertinggi 7.267,11 dan terendah 7.204,59.
Sebanyak 307 saham menguat sehingga angkat IHSG. 226 saham melemah dan 162 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.492.337 kali dengan volume perdagangan 21,8 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 19,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 2,25 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.455.
Sebagian besar sektor saham menghijau. Sedangkan indeks sektor saham IDXtechno melemah 0,80 persen dan indeks sektor saham IDXinfrastruktur susut 0,26 persen.
Sementara itu, indeks sektor saham IDXindustry menanjak 3,94 persen dan bukukan penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXenergy menanjak 3,29 persen dan indeks sektor saham IDXfinance bertambah 1,09 persen.
Advertisement
IHSG Menguat Terbatas pada 25-28 April 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada periode 25-28 April 2022. Mengutip, data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik 0,05 persen ke posisi 7.228,91 dari pekan sebelumnya 7.225,60. Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa melonjak 1,08 persen pada pekan ini. Kapitalisasi pasar bursa bertambah sekitar Rp 103 triliun menjadi Rp 9.555 triliun dari pekan sebelumnya Rp 9.452,52 triliun.
Selain itu, kenaikan juga terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa 1,24 persen menjadi Rp 23,95 triliun dari pekan sebelumnya sebesar Rp 21,34 triliun.
Namun, rata-rata volume transaksi harian BEI susut 6,91 persen menjadi 24,39 miliar saham dari 26,20 miliar saham pada penutupan pekan sebelumnya.
Rata-rata frekuensi harian bursa selama sepekan susut 5,01 persen menjadi 1.465.440 transaksi dari 1.542.656 transaksi pada pekan sebelumnya. Investor asing mencatat aksi beli Rp 2,3 triliun. Sepanjang 2022, investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 72,16 triliun.
Kinerja IHSG pada April 2022
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan selama April 2022 mencatatkan kinerja positif. Bahkan, IHSG juga mampu mencatatkan kinerja tumbuh 2,49 persen.
"JCI selama bulan april mencatatkan kinerja positif dimana selama bulan april IHSG mampu mencatatkan kinerja 2,47 persen,” kata Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 28 April 2022.
Dia menambahkan, sektor energi yang mencatatkan kinerja positif sebesar 19,8 persen menjadi faktor pendorong kenaikan IHSG tersebut.
“Di mana kenaikan IHSG masih didorong dengan sektor energi yang mencatatkan kinerja positif sebesar 19,84 persen,” ujar dia.
Di sisi lain sektor perbankan juga terus mengalami pertumbuhan positif didorong dengan pemulihan ekonomi serta hasil laporan keuangan yang positif pada kuartal I 2022. "Selama April, asing juga mencatatkan net buy sebesar Rp 40 triliun,” ungkap Abdul.
Advertisement