Liputan6.com, Jakarta - PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ) membukukan kinerja keuangan beragam pada kuartal I 2022. PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk mencatat kenaikan penjualan tetapi laba bersih turun selama tiga bulan pertama 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (7/5/2022), PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk membukukan penjualan Rp 1,83 triliun pada kuartal I 2022. Realisasi penjualan itu tumbuh 20,75 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 1,52 triliun.
Penjualan perseroan termasuk PPN untuk pihak ketiga lokal dari segmen minuman alami kenaikan dari Rp 1,64 triliun pada kuartal I 2021 menjadi Rp 1,99 triliun pada kuartal I 2022.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, dari segmen makanan turun menjadi Rp 24,21 miliar pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 24,95 miliar.Untuk ekspor dari segmen minuman turun menjadi Rp 2,42 miliar pada kuartal I 2022 dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 3,70 miliar. Demikian juga dari segmen makanan susut menjadi Rp 349 juta pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 965 juta.
Beban pokok penjualan naik 25,22 persen dari Rp 975,39 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 1,22 triliun pada kuartal I 2022. Perseroan mencatat laba bruto Rp 615,44 miliar pada kuartal I 2022. Laba kotor itu alami kenaikan 12,77 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 545,70 miliar.
Perseroan mencatat beban penjualan naik menjadi Rp 183,59 miliar pada kuartal I 2022 dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 144,04 miliar.
Beban administrasi dan umum susut menjadi Rp 46,23 miliar pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 54,49 miliar. Perseroan alami penurunan laba selisih kurs dari Rp 27,72 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 4,68 miliar pada kuartal I 2022. Pendapatan lain-lain merosot menjadi Rp 8,41 miliar pada kuartal I 2022 dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 157,70 miliar.
Perseroan mencatat laba usaha turun 23,91 persen menjadi Rp 406,12 miliar pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 533,80 miliar.
Dengan demikian, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 291,86 miliar pada kuartal I 2022. Laba tersebut merosot 27,67 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 403,53 miliar.
Laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi Rp 28 pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 39.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Aset dan Gerak Saham ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk mencatat ekuitas Rp 5,43 triliun pada Maret 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 5,13 triliun. Total liabilitas tercatat turun menjadi Rp 2,39 triliun pada Maret 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 2,26 triliun.
Dengan demikian, total aset perseroan naik menjadi Rp 7,83 triliun pada kuartal I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 7,40 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 1,56 triliun pada kuartal I 2022.
Gerak Saham ULTJ
Pada penutupan perdagangan Kamis, 28 April 2022, saham ULTJ naik tipis 0,32 persen ke posisi Rp 1.555 per saham. Saham ULTJ berada di level tertinggi Rp 1.580 dan terendah Rp 1.550 per saham. Total volume perdagangan 534.400 saham dengan nilai transaksi Rp 839,3 juta. Total frekuensi perdagangan 428 kali.
Sepanjang 2022, saham ULTJ melemah terbatas 0,96 persen ke posisi Rp 1.555 per saham. Saham ULTJ berada di level tertinggi Rp 1.635 dan terendah Rp 1.450 per saham.
Total volume perdagangan 119.821.315 saham dengan nilai transaksi Rp 187,3 miliar. Total frekuensi perdagangan 34.552 kali.
Advertisement
Kinerja 2021
Sebelumnya, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mengumumkan laporan keuangan untuk tahun buku 2021. Pada periode itu, penjualan Ultrajaya naik 10,88 persen menjadi Rp 6,62 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 5,97 triliun.
Merujuk laporan keuangan perseroan, Kamis (31/3/2022), produk minuman andil paling besar terhadap penjualan perseroan pada 2021. Yakni senilai Rp 6,94 triliun, dan sisanya Rp 119,6 miliar berasal dari produk makanan.
Sejalan dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 4,24 triliun dari sebelumnya Rp 3,74 triliun. Sehingga perseroan membukukan laba bruto sebesar Rp 2,37 triliun, naik 6,6 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 2,23 triliun.
Sepanjang 2021, perseroan mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp 17,78 miliar, laba penjualan aset tetap Rp 85 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 224,68 miliar.
Pada saat bersamaan, beban penjualan tercatat sebesar Rp 784,82 miliar, beban administrasi dan umum Rp 209,89 miliar, dan rugi selisih nilai wajar hewan ternak Rp 30,81 miliar.
Dari rincian tersebut, perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 1,63 triliun, naik 19,33 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 1,36 triliun. Pendapatan keuangan tercatat sebesar Rp 155,88 miliar, dengan beban keuangan Rp 235,28 miliar. Sementara bagian rugi neto entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat sebesar Rp 6,64 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 1,28 triliun, naik dibanding posisi akhir 2020 sebesar Rp 1,1 triliun.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 15,64 persen menjadi Rp 1,27 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 1 triliun. Laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemegang ekuitas entitas induk menjadi Rp 122 dari sebelumnya Rp 100.
Â
Aset Perseroan
Dari sisi aset perseroan hingga akhir 2021 tercatat sebesar Rp 7,41 triliun, turun dibandingkan posisi akhir 2020 sebesar Rp 8,76 triliun. Rinciannya, terdiri dari aset lancar sebesar Rp 4,84 triliun dan aset tidak lancar Rp 2,56 triliun.
Liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp 2,27 triliun, turun dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 3,97 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 1,56 triliun, dan sisanya Rp 712,19 miliar merupakan liabilitas jangka panjang.
Sementara ekuitas perseroan hingga akhir 2021 tercatat sebesar Rp 5,14 triliun, naik dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 4,78 triliun.
Â
Advertisement