Liputan6.com, Jakarta - PT Mora Telematika Indonesia Tbk resmi tercatat di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MORA pada Senin (8/8/2022). PT Mora Telematika Indonesia Tbk tercatat sebagai perusahaan tercatat ke-38 di BEI pada 2022 dan perusahaan tercatat saham ke-804.
Dalam perdagangan perdana, saham MORA dibuka naik Rp 98 di posisi Rp 494 per saham dari harga perdana Rp 396 per saham. Harga saham MORA melesat 24,75 persen ke level Rp 494.
Baca Juga
Saham MORA berada di level tertinggi Rp 494Â dan terendah Rp 494 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.684 kali dengan volume perdagangan 1,35 juta saham dengan nilai transaksi Rp 6,7 miliar.
Advertisement
PT Mora Telematika Indonesia Tbk, penyedia infrastruktur dan jaringan telekomunikasi salah satu yang terbesar di Indonesia, pada hari ini telah resmi mencatatkan sahamnya untuk diperdagangkan di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MORA.Â
Kisaran harga pada penawaran awal antara Rp368 sampai dengan Rp 396 setiap saham, Perseroan kemudian menetapkan harga penawarannya di batas atas yaitu Rp 396 setiap saham.Â
Dari keseluruhan proses penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Perseroan mengumpulkan total dana sebesar Rp1 triliun dengan melepas saham ke masyarakat sebanyak 2.525.464.300 saham biasa atas nama yang merupakan saham baru atau sebanyak 10,68 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham.Â
Â
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Program ESA
Jumlah saham yang dilepas ke masyarakat sudah termasuk saham yang dialokasikan kepada karyawan Perseroan yaitu sebesar 0,247 persen saham dari saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana saham atau sebanyak 6.246.500 saham biasa atas nama untuk program alokasi saham kepada karyawan (Program ESA).Â
Program ESA merupakan bentuk apresiasi Perseroan terhadap kinerja dan pengabdian karyawan kepada Perseroan selama ini.
Perseroan menyampaikan, pada masa penawaran umum, IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 227.35 kali berdasarkan system E-IPO, jauh melampaui sejumlah target yang telah ditetapkan sebelumnya.Â
Hal ini merupakan sebuah momen bersejarah bagi Perseroan dimana sebagai indikator respon positif dari tingkat kepercayaan masyarakat kepada MORA setelah menempuh perjalanan panjang di pasar modal sebelum IPO, Perseroan menerbitkan obligasi pada 2017, sukuk melalui penawaran umum berkelanjutan pada 2019, 2020 dan 2021 dengan pemeringkatan dari PEFINDO pada Maret 2022 yang mengalami peningkatan dari sebelumnya idA dan idA(sy) menjadi idA+ dan idA+(sy).
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Incar Dana Rp 1 Triliun dari IPO, Moratelindo Perkuat Kapasitas Data Center
Sebelumnya, PT Mora Telematika Indonesia Tbk akan melepas 2,61 miliar saham ke publik dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Langkah IPO ini sebagai upaya perseroan memperkuat permodalan.
Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia Tbk atau Moratelindo, Galumbang Menak menuturkan, perseroan selama ini mengandalkan pinjaman, sukuk ijarah, obligasi untuk pendanaan. Seiring ketidakpastian global, perseroan pun menyiapkan strategi untuk perkuat permodalan. Modal ini akan digunakan untuk ekspansi perseroan ke depan.
"Bukan hanya kita, seluruh dunia paling menonjol turbulensi ketidakpastian. Hadapi ketidakpastian tentu kami lakukan imunitas terhadap perubahan, perkuat struktur permodalan tak hanya pinjaman. IPO perkiraan Rp 1 triliun sehingga modal perusahaan naik jadi Rp 1 triliun," ujar dia saat konferensi pers virtual, Selasa (12/7/2022).
Ia menambahkan, perseroan pun tetap menjaga rasio meski akan memiliki modal Rp 1 triliun yang digunakan untuk investasi. Galumbang menuturkan, pihaknya akan investasi untuk perluas coverage yaitu backbone, perluas akses ke rumah dan gedung, ducting, dan meningkatkan kapasitas data center.
"Kami memiliki enam data center, kapasitas 70 persen, segera kami upgrade perbesar kapasitas," kata dia.
Sementara itu, Direktur PT Mora Telematika Indonesia Tbk Jimmy Kadir menuturkan, perseroan siapkan capital expenditure atau capex Rp 1,4 triliun untuk pengembangan backbone, akses, penambahan kapasitas, ducting, data center dan perluas jaringan ke rumah.
"Strategi target dua tahun ini pendanaan dari aksi korporasi equity, punya rasio fasilitas dari bank. Serta strategi bisnis tanpa mengesampingkan backbone perseroan, (sasar-red) ritel," kata dia.
Dana IPO
PT Mora Telematika Indonesia Tbk atau disebut Moratelindo melepas 2.610.486.000 saham ke publik yang merupakan saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan atau sebanyak-banyaknya 11 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan dengan nilai nominal Rp 100.
Perseroan menawarkan harga penawaran antara Rp 368-Rp 396 per saahm. Jumlah nilai penawaran umum saham IPO ini sebesar Rp 1,03 triliun. Galumbang mengatakan, dana hasil IPO sekitar 85 persen untuk investasi, investasi terhadap backbone dan access termasuk dengan perangakt dan infrastruktur pasif dan aktif serta pengembangan data center.
"Termasuk juga akan digunakan untuk pembangunan inland cable, ducting dan perangkat penunjang baik aktif maupun pasif infrastuktur. Backbone merupakan pembangunan jaringan backbone baik untuk submarine cable maupun inland cable," ujar dia dalam keterangan tertulis.
Saat ini Perseroan memiliki jaringan backbone dari Jakarta – Singapura, yang terdiri dari Submarine Cable dan Inland Cable yang melintasi sepanjang pulau Sumatera, yang disebut dengan Sumatera Backbone. Perseroan juga memiliki Backbone (Inland Cable) sepanjang pulau Jawa yang disebut dengan Java Backbone. Selain itu Perseroan juga memiliki Backbone dari Pulau Bali – Nusa Tenggara yang terdiri dari Submarine Cable dan Inland Cable.
Advertisement
Modal Kerja
Dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk investasi pembangunan backbone dan access di luar jaringan yang ada serta ducting, seperti rencana pembangunan Submarine Cable dan Inland Cable beserta perangkat penunjang baik aktif maupun pasif infrastruktur di beberapa di beberapa pulau di Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi.
Sedangkan sisanya sekitar 15 persen untuk kebutuhan modal kerja dan kegiatan umum usaha perseroan yaitu biaya operasional dan perawatan jaringan beserta perangkat pendukungnya.
Selain itu, dana yang diperoleh dari IPO ini juga akan digunakan untuk peningkatan kapasitas jaringan yang sudah ada dan penambahan kapasitas jaringan yang baru.
Perseroan belum dapat mengungkapkan lebih rinci mengenai persentase investasi pada Backbone, Access, Ducting, Data Center dan perangkat penunjang baik aktif maupun pasif infrastruktur karena saat ini masih dalam tahap perencaaan awal, dimana Panjang kabel atau Ducting masih dapat berubah tergantung hasil desktop study, inland, marine survey.
Sedangkan sisanya sekitar 15 persen untuk kebutuhan modal kerja dan kegiatan umum usaha perseroan yaitu biaya operasional dan perawatan jaringan beserta perangkat pendukungnya.
Â