Multipolar Lepas Saham LPPF Rp 1,19 Triliun

PT Multipolar Tbk melepas saham LPPF kepada tiga anak perusahaan dengan total nilai Rp 1,19 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Sep 2022, 17:34 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 17:34 WIB
PT Multipolar Tbk transformasi perusahaan dengan mengganti nama dan logo (Foto: Multipolar)
PT Multipolar Tbk transformasi perusahaan dengan mengganti nama dan logo (Foto: Multipolar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Multipolar Tbk (MLPL) melepas 300 juta saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) kepada tiga anak perusahaan pada 23 September 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (27/9/2022), PT Multipolar Tbk melepas saham LPPF kepada tiga anak perusahaan dengan total nilai Rp 1,19 triliun. Nilai transaksi tersebut 26,3 persen dari ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan perseroan per 31 Desember 2021.

Perseroan telah melepaskan kepemilikan 300 juta saham LPPF melalui mekanisme perdagangan di BEI. Berikut rinciannya, pertama, PT Cahaya Investama, anak perusahaan perseroan dimiliki secara langsung dan tidak langsung sebesar 100 persen dengan jumlah 100 juta saham. Nilai transaksi Rp 397 miliar.

Kedua, PT Surya Cipta Investama, anak perusahaan perseroan dimiliki secara langsung dan tidak langsung sebesar 100 persen membeli saham LPPF dengan jumlah 100 juta saham. Nilai transaksi Rp 397 miliar. Ketiga, PT Reksa Puspita Karya, anak perusahaan perseroan dimiliki secara langsung dan tidak langsung sebesar 100 persen membeli 100 juta saham LPPF. Nilai transaksi Rp 397 miliar.

"Latar belakang dan tujuan dari transaksi bersifat penataan dan restrukturisasi internal,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Multipolar Tbk, Natalie Lie dalam keterbukaan informasi BEI.

Perseroan menyatakan kejadian, informasi dan fakta material tersebut tidak berdampak secara negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan dan kelangsungan usaha perseroan.

Manajemen Multipolar menyatakan transaksi ini merupakan transaksi material dan transaksi afiliasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf a dan pasal 33 huruf a POJK 17 serta pasal 6 ayat 1.b.1 dan pasal 6 ayat 2 POJK 42. Sesuai dengan pasal 33.a POJK 17, jika transaksi material merupakan transaksi afiliasi, hanya wajib memenuhi ketentuan POJK 17.  Direksi menyatakan, transaksi ini merupakan transaksi afiliasi sebagaimana dimaksud dalam POJK 42.

"Dewan komisaris dan direksi menyatakan transaksi ini tidak mengandung benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK Nomor 42 Tahun 2022,” tulis Natalie.

Saham PT Multipolar Tbk (MLPL) naik 2,19 persen ke posisi Rp 140 per saham. Saham MLPL dibuka stagnan Rp 137 per saham. Saham MLPL berada di level tertinggi Rp 141 dan terendah Rp 136 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.043 kali dengan volume perdagangan 215.713 saham. Nilai transaksi Rp 3 miliar.

Sementara itu, saham LPPF turun 0,76 persen ke posisi Rp 3.920 per saham. Saham LPPF dibuka stagnan Rp 3.950 per saham. Saham LPPF berada di level tertinggi Rp 4.000 dan terendah Rp 3.880 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.356 kali dengan volume perdagangan 13.790 saham. Nilai transaksi Rp 5,5 miliar.

Kinerja 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Multipolar Tbk (MLPL) atau disebut MPC membukukan kinerja positif sepanjang 2021. PT Multipolar Tbk mencatat pertumbuhan penjualan dan mencetak laba bersih.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (3/4/2022), PT Multipolar Tbk mencatat penjualan bersih naik 0,31 persen menjadi Rp 10,31 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 10,27 triliun.

Beban pokok penjualan barang dan jasa naik 2,49 persen menjadi Rp 8,45 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 8,24 triliun. Dengan demikian, laba bruto susut 8,5 persen dari Rp 2,02 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,85 triliun.

Perseroan mencatat kenaikan pendapatan investasi menjadi Rp 921,73 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesr Rp 831,68 miliar. Beban usaha perseroan turun dari Rp 2,11 triliun pada 2020 menjadi Rp 1,89 triliun pada 2021.

Beban keuangan susut dari Rp 742,95 miliar pada 2020 menjadi Rp 612,07 miliar pada 2020. Beban lainnya merosot dari Rp 656,56 miliar pada 2020 menjadi Rp 168,34 miliar pada 2021.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 201,25 miliar pada 2021. Hal ini berbalik dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 793,09 miliar.

Total ekuitas naik 14,25 persen dari Rp 3,96 triliun pada 2020 menjadi Rp 4,52 triliun pada 2021. Total liabilitas turun 12,6 persen menjadi Rp 10,23 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,71 triliun.

Total aset susut 5,8 persen menjadi Rp 14,7 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 15,68 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 2,43 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,69 triliun.

Kontribusi Kinerja

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Mengutip keterangan tertulis perseroan, bisnis teknologi dan digital MPC, di antaranya Multipolar Technology dengan layanan IT system integration dan managed services serta ventura dengan investasi multisectoral regional dlaam bisnis tahap awal menyumbang keuntungan signifikan.

PT Multipolar Technology Tbk melaporkan pendapatan hampir Rp 3 triliun, naik 11,6 persen dari 2020. Sedangkan laba bersih Rp 259 miliar, tumbuh 50,2 persen dari laba bersih 2020.

Multipolar Technology bersama dengan anak-anak perusahaannya, dengan titik-titik layanan pelanggan yang tersebar di banyak pelosok Indonesia, terus mengembangkan bisnisnya dalam bidang cloud computing, big data, artificial intelligence dan layanan berbasis teknologi lainnya.

Bisnis ritel MPC juga mulai menunjukkan perbaikan kinerja, dipimpin oleh Matahari Department Store (LPPF) yang melaporkan penjualan kotor sebesar Rp 10,3 triliun, naik signifikan 19,6 persen dari 2020 dan laba bersih sebesar Rp 913 miliar, berbalik drastis dari kerugian bersih sebesar Rp 873 miliar pada 2020.

MDS juga telah melunasi seluruh pinjamannya per akhir tahun 2021, setelah mencatatkan saldo pinjaman sebesar Rp 1 triliun per akhir 2020.

Matahari Putra Prima (MPPA) telah sukses menyelesaikan rights issue pada Desember 2021 dan berhasil memperoleh dana sebesar Rp720 miliar. Dana itu digunakan untuk memperkuat neraca keuangannya secara substansial serta menyediakan modal yang cukup untuk rencana pertumbuhan bisnisnya.

MPPA dan MDS terus melanjutkan ekspansi jaringan omnichannel-nya melalui platform digital yang dimiliki sendiri serta ratusan toko virtual di berbagai marketplace seperti GoMart, Tokopedia, Grabmart, Shopee, Blibli, dan lainnya.

Di bidang fintech, Bank Nobu (NOBU), tengah berakselerasi dalam evolusinya ke arah digital banking, setelah meluncurkan aplikasi NobuNEO pada 2021 serta terus menambah fitur-fitur dan meningkatkan kapabilitas perbankannya dalam menyediakan layanan digital lengkap kepada para nasabahnya.

Penambahan Modal MPC

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Penambahan modal MPC berjalan sesuai rencana, dengan target selesai pada April 2022. Hasil penambahan modal ini akan digunakan untuk membiayai strategi pertumbuhan Perseroan melalui investasi dan akuisisi, serta memperkuat neraca keuangan Perseroan.

CEO dan Presiden Direktur MPC  Adrian Suherman menuturkan, dengan tim manajemen yang kompeten, dukungan yang solid dari para pemegang saham, hubungan yang kuat dengan para partner usahanya, serta pengalaman yang kaya di pasar Indonesia, berada dalam posisi yang unik dalam menangkap peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

"Disemangati oleh pencapaian tahun 2021, kami bertekad untuk terus mengeksekusi strategi-strategi bisnis Perseroan dan meningkatkan nilai para pemegang saham kami,” ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya