Masih Rugi saat IPO, Kapan Blibli Kantongi Untung?

Disokong ekosistem Grup Djarum, Blibli optimistis dapat mencatatkan kinerja positif dalam waktu singkat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Okt 2022, 18:36 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 18:36 WIB
Paparan publik PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce Blibli, Selasa (18/10/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)
Paparan publik PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce Blibli, Selasa (18/10/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce Blibli tengah dalam proses penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).

Perseroan tengah memasuki periode bookbuilding dan akan berakhir pada 24 Oktober 2022. Disokong ekosistem Grup Djarum, Blibli optimistis dapat mencatatkan kinerja positif dalam waktu singkat.

PT Global Digital Niaga Tbk saat ini memiliki tiga lini bisnis utama, yakni Blibli untuk e-commerce, Tiket.com agen perjalanan daring, dan ritel melalui PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC). Di mana masing-maisng entitas memiliki kinerja yang solid secara historical.

"Jadi sebenarnya dari tiga ini saja digabung, menjalankan omnichannel dengan sinergi yang tinggi kita lihat ini akan jadi perusahaan teknologi besar di Indonesia, yang akan berkelanjutan dan berlaba positif dalam waktu singkat," kata CEO Tiket.com, George Hendrata dalam konferensi pers pencatatan saham Blibli di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Hingga Juni 2022, perseroan mencatat pendapatan bersih naik 123,7 persen menjadi Rp 6,7 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,99 triliun. Perseroan mencatat rugi tahun periode berjalan Rp 2,50 triliun hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,11 triliun. Perseroan mencatat ekuitas Rp 8,16 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 10,08 triliun.

"Dalam 3-4 tahun ke belakang, masing-masing brand masih optimasi secara independen. Ke depannya, dengan sinergi ini kita melihat banyak sekali peluang. Satu dari growth, di mana kita bisa serve customer dengan berbagai cara baik offline maupun online,” ujar dia.

Dari sisi pembiayaan, perseroan juga berupaya optimalkan biaya marketing. Di sisi lain, sinergi entitas antara Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market, maka akan membentuk satu database konsumen. Sehingga juga bisa menekan ongkos akuisisi konsumen.

"Dari tahun ke tahun akan ada perbaikan. satu dari sisi pertumbuhan, dari sisi cost structure dan hopefully lambat laun akan profit,” ujar George.

Alasan IPO

Paparan publik PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce Blibli, Selasa (18/10/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)
Paparan publik PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce Blibli, Selasa (18/10/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli tengah dalam proses penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO). Dalam aksi ini, Blibli menerbitkan sebanyak-banyaknya 17.771.205.900 lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Harga pelaksanaan dipatok pada rentang Rp 410— Rp 460 per saham.

Dengan demikian, entitas Grup Djarum ini berpotensi meraup modal Rp 7,29 triliun hingga Rp 8,17 triliun dari IPO. Saat ini, Blibli tengah memasuki periode bookbuilding dan akan berakhir pada 24 Oktober 2022.

CEO Tiket.com, George Hendrata menjelaskan, pencatatan saham Blibli di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menyusul sejumlah perusahaan B2C di luar negeri yang melakukan aksi serupa dan mencatatkan laba positif.

PT Global Digital Niaga Tbk saat ini memiliki tiga lini bisnis utama, yakni Blibli untuk e-commerce, Tiket.com agen perjalanan daring, dan ritel melalui PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC). George menerangkan, perusahaan memiliki addressable market yang cukup besar mencapai USD 436 miliar. RInciannya, Blibli USD 150 miliar, Tiket.com USD 41 miliar, dan Ranch Market USD 245 miliar.

 

Sinergi

Pemanfaatan forklift pada warehouse Blibli (Dok. Blibli)
Pemanfaatan forklift pada warehouse Blibli (Dok. Blibli)

"Jadi sebenarnya dari tiga ini saja digabung, menjalankan omnichannel dengan sinergi yang tinggi kita lihat ini akan jadi perusahaan teknologi besar di Indonesia, yang akan berkelanjutan dan berlaba positif dalam waktu singkat,” kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Di sisi lain, sinergi  ketiga entitas itu memungkinkan integrasi data konsumen, Sehingga bisa dilakukan personalisasi lebih baik. Hal ini juga dapat menekan biaya untuk akuisisi konsumen.

Kenapa di BEI?

Pada kesempatan yang sama,  CEO dan Co-Founder Blibli,  Kusumo Martanto menilai pasar Indonesia cukup prospek dibandingkan sejumlah pasar negara lain, bahkan saat krisi baru-baru ini. Baik dari sisi pertumbuhan ekonomi, keyakinan konsumen hingga PMI hingga neraca perdagangan yang masih surplus saat banyak negara anjlok.

"Jadi artinya aktivitas ekonomi itu terus berputar. IHSG kita bahkan jadi satu dari 5 negara di dunia yang pertumbuhannya positif. Kita beruntung tinggal di Indonesia,” kata dia.

IPO, Blibli Tawarkan Harga Rp 410-Rp 460 per Saham

Warehouse Blibli dalam rangka persiapan menuju ulang tahun Ke-11 (Dok. Blibli)
Warehouse Blibli dalam rangka persiapan menuju ulang tahun Ke-11 (Dok. Blibli)

Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce blibli akan menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo, ditulis Senin (17/10/2022), PT Global Digital Niaga Tbk menawarkan saham perdana 17,77 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Jumlah saham itu sebanyak-banyaknya setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran saham perdana perseroan di kisaran Rp 410-Rp 460 per saham. Dengan demikian, perseroan membidik dana IPO Rp 8,17 triliun.

Selain itu, perseroan juga akan alokasikan sebanyak-banyaknya 55 juta saham atau sekitar 0,31 persen dari saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan (employee stock allocation/ESA) sebesar 55 juta saham.

Perseroan juga akan alokasikan hak opsi kepada manajemen dan karyawan menjadi sebanyak-banyaknya 3,65 miliar saham atau sekitar 2,99 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, pelaksanaan ESA, MESOP. Pemberikan hak opsi dalam MESOP dapat dilaksanakan oleh perseroan hingga 20 Desember 2024.

 

Pemakaian Dana IPO

Blibli
Ilustrasi Blibli PayLater. (Dok. Blibli)

Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar Rp 5,5 triliun untuk pembayaran utang ke perbankan. Sedangkan sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan.

Adapun hingga Juni 2022, perseroan mencatat pendapatan bersih naik 123,7 persen menjadi Rp 6,7 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,99 triliun. Perseroan mencatat rugi tahun periode berjalan Rp 2,50 triliun hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,11 triliun. Perseroan mencatat ekuitas Rp 8,16 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 10,08 triliun. 

Total liabilitas perseroan naik menjadi Rp 8,7 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 8,3 triliun.  Total aset pengelola e-commerce Blibli ini turun menjadi Rp 16,86 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 18,3 triliun. Perseroan kantongi kas Rp 1,9 triliun.

Jadwal IPO

Blibli Perkuat Ekosistem Omnichannel dengan Membuka Tiga Toko Ritel Offline
Penjual berdiri siap melayani pembeli pada pembukaan Blibli Store di Central Park, Jakarta, Selasa (2/8/2022). Blibli membuka 3 toko fisik, Blibli store secara serentak yang berlokasi di Central Park, Trans Studio Mall Cibubur dan Lippo Mall Puri. (Liputan6.com)

Terkait kebijakan pembagian dividen, setelah IPO, direksi perseroan berencana untuk membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan dalam bentuk tunai sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Besaran dividen tersebut akan dikaitkan dengan keuntungan perseroan pada tahun buku yang bersangkutan.

Penentuan jumlah dan pembagian dividen akan bergantung pada rekomendasi direksi perseroan dengan mempertimbangan laba ditahan, hasil usaha dan keuangan, kondisi keuangan, likuiditas, prospek usaha dan faktor lain yang dianggap relevan oleh direksi.

Adapun hingga saat ini prospektus diterbitkan, perseroan belum melakukan pembagian dividen mengingat perseroan belum membukukan laba bersih.

Setelah IPO dan MESOP, pemegang saham perseroan antara lain PT Global Investama Andalan sebesar 81,18 persen, Kusumo Martanto sebesar 0,034 persen, Honky Harjo sebesar 0,028 persen, Lisa Widodo sebesar 0,002 persen, Andy Untono sebesar 0,001 persen, lain-lain sebesar 1,2 persen, masyarakat sebesar 14,50 persen, ESA sebesar 0,04 persen, dan MESOP sebesar 2,99 persen.

Untuk melaksanakan IPO, PT Global Digital Niaga Tbk telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas.

Untuk jadwal IPO:

-Masa penawaran awal pada 17-24 Oktober 2022

-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Oktober 2022

-Masa penawaran umum pada 1-3 November 2022

-Tanggal penjatahan pada 3 November 2022

-Distribusi saham secara elektronik pada 4 November 2022

-Tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 November 2022

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya