Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) evaluasi atas penghuni Jakarta Islamic Index (JII) pada 29 November 2022. Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel resmi masuk sebagai jajaran penghuni indeks yang juga biasa disebut sebagai JII30.
Indeks itu berisikan top 30 emiten yang memenuhi kriteria sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip syariah, serta memiliki kinerja fundamental bisnis baik, tata kelola dan likuiditas terbaik.
Baca Juga
Selain di JII, dalam pengumuman BEI No. Peng-00302/BEI.POP/11-2022, saham MTEL juga tercatat sebagai penghuni baru Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index 70 (JII 70). BEI menyatakan periode efektif konstituen saham penghuni JII, ISSI dan JII 70 berlaku mulai Desember 2022 hingga Mei 2023.
Advertisement
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau yang biasa disapa Teddy mengapresiasi sangat baik masuknya saham MTEL jadi penghuni indeks saham syariah sekaligus. Dia menilai, hal itu menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengedepankan tata kelolaan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
“Kami mengucapkan terimakasih atas kepercayaan BEI dalam memasukkan MTEL jadi penghuni baru JII30. Harapan kami hal ini dapat mendorong kinerja saham MTEL lebih baik lagi di masa mendatang dan memberikan value terbaik bagi pemegang saham,” tutur dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Jumat (2/12/2022).
Sebelumnya pada 21 September 2022, BEI juga memasukkan saham MTEL sebagai anggota baru indeks IDX ESG Leaders. Selain itu, saham MTEL sebelumnya juga masuk dalam FTSE Global Indeks untuk series Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap, dan FTSE Total Cap. MTEL jadi satu-satunya saham dari bursa Indonesia yang masuk ke dalam 4 kategori ini pada 20 Juni 2022.
Kinerja Kuartal III 2022
Teddy mengungkapkan, JII yang beranggota 30 saham yang dinilai sesuai prinsip syariah, merupakan acuan bagi seluruh reksa dana syariah di Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Oktober 2022 nilai dana kelolaan reksa dana syariah di Tanah Air mencapai Rp40,33 triliun dengan 271 produk reksadana syariah.
Pangsa pasar reksadana syariah mencapai 7,78 persen dibandingkan reksa dana konvensional. Seiring positifnya prospek produk investasi syariah mempertimbangkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, prospek reksadana syariah akan semakin positif ke depannya. Dengan begitu, saham-saham yang jadi underlying produk reksadana syariah, seperti MTEL juga memiliki prospek cerah.
Pada penutupan perdagangan, Rabu, 30 November 2022, saham MTEL tercatat menguat 2,07 persen di level Rp740 per saham.
Advertisement
Gerak Saham MTEL
Sepekan terakhir, saham MTEL juga tercatat melonjak 4,23 persen. Tercatat baru setahun Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi ini mencatatkan sahamnya di BEI pada 22 November 2021.
Namun, MTEL telah berkembang menjadi perusahaan tower (towerco) terbesar di Asia Tenggara yang tercatat memiliki 35.051 tower telekomunikasi.
Hingga kuartal III 2022, Mitratel berhasil membukukan pendapatan yang melesat 11,5 persen menjadi Rp5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,02 triliun. Pertumbuhan bisnis perusahaan tercatat terus konsisten lebih tinggi dari pertumbuhan industri.
Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik signifikan dengan laba bersih tumbuh 18,1 persen dibandingkan tahun lalu.
“Mitratel terus menyiapkan roadmap menuju Digital Infraco untuk pengembangan portofolio yang berfokus pada penyediaan infrastruktur berbasis fiber optic/tower fiberisation untuk memenuhi kebutuhan para operator telekomunikasi,” ujar dia.
Alasan Mitratel Mulai Jajakan Skema Bisnis ke Operator Telekomunikasi
Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menawarkan skema bisnis yang atraktif untuk seluruh operator telekomunikasi.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy mengatakan skema bisnis tersebut berupa tower leasing, connectivity dan power yang bisa ditawarkan kepada operator telekomunikasi dengan skema bundling dan total solution.
"Dengan begitu operator telekomunikasi hanya perlu menentukan tower yang diinginkan dan kami akan menyiapkan semua sarana penunjangnya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan operator untuk meningkatkan layanannya kepada masyarakat di seluruh Indonesia," kata Teddy dalam keterangan resmi, ditulis Kamis (11/8/2022).
Mitratel saat ini memiliki menara Mitratel sampai 31 Juli 2022 menjadi lebih dari 34.800, usai akuisisi 6.000 menara Telkomsel beberapa waktu lalu. Jumlah itu desebut menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Pengalihan kepemilikan menara itu memberikan dampak potensi yang sangat besar kepada operator telekomunikasi untuk memperkuat dan memperluas layanannya.
"Tower-tower tersebut sebelumnya eksklusif hanya untuk Telkomsel dan sekarang dapat dimanfaatkan oleh semua operator dan skema bisnis yang sangat menarik" ujar Teddy.
Setelah akuisisi menara, Teddy mengatakan, Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio secara agresif dan perluasan layanan termasuk portfolio bisnis pendukung (tower ecosystem) agar dapat menciptakan nilai yang lebih besar bagi pelanggan.
Mitratel berinisiatif untuk mengimplementasikan marketing analytics dalam aktivitas pemasaran dan penjualan, memanfaatkan solusi small cell untuk 5G, serta memperkuat kemitraan dengan pemilik lahan. Pada akhirnya hal ini akan mendorong Mitratel sebagai tower provider pilihan utama pelanggan.
Bukan hanya karena ketersediaan tower di setiap titik kebutuhan pelanggan tetapi juga karena memberikan nilai lebih dalam mendukung bisnis pelanggan dan juga lingkungan sekitar menara.
"Dengan semakin luas jangkauan dari layanan operator yang memanfaatkan tower Mitratel, maka akan memacu pemanfaatannya untuk menggerakkan perekonomian nasional, termasuk pengembangan start up dan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia," pungkas Teddy.
Advertisement