Bursa Saham Asia Loyo Terseret Wall Street Imbas Kekhawatiran Resesi

Pada perdagangan Jumat, 16 Desember 2022, bursa saham Asia melemah mengikuti wall street tertekan imbas kekhawatiran resesi.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Des 2022, 08:45 WIB
Diterbitkan 16 Des 2022, 08:45 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, (16/12/2022) seiring tumbuhnya kekhawatiran resesi.

Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) pada November 2022 mengecewakan dan meningkatkan kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,52 persen. Indeks Nikkei 225 anjlok 1,44 persen, dan pimpin koreksi di Asia Pasifik. Indeks Topix merosot. Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,69 persen.

Indeks Hang Seng turun 0,27 persen satu jam perdagangan. Di bursa saham China, indeks Shenzhen merosot 0,6 persen dan indeks Shanghai susut 0,25 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Jumat pekan ini.

Departemen Perdagangan AS memberlakukan pembatasan pada perusahaan China atas upaya untuk memakai teknologi canggih untuk membantu memodernisasi militer China. Ini terjadi hanya dua bulan setelah Presiden AS Joe Biden mengekang akses China ke semikonduktor canggih.

Pada hari kedua, konferensi kerja ekonomi pusat tahunan China dilaporkan akan berlangsung secara tertutup. Di sisi lain, Hong Kong akan merilis pembacaan tingkat pengangguran untuk periode September-November pada kemudian hari.

 

Penutupan Bursa Saham Asia pada 15 Desember 2022

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis, 15 Desember 2022 setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan bunga acuan 50 basis poin ke level tertinggi dalam 15 tahun.

Indeks Hang Seng turun 1,4 persen. Di China, indeks Shenzhen menguat 0,3 persen dan indeks Shanghai melemah 0,3 persen setelah data menunjukkan ritel penjualan jauh dari yang diharapkan.China annual Central Economic Work Conference dilaporkan akan diadakan dalam dua hari hingga Jumat pekan ini.

Indeks ASX 200 melemah 0,64 persen menjadi 7.204,8. Indeks Nikkei 225 di Jepang ditransaksikan turun 0,37 persen ke posisi 28.051,7. Indeks Topix tergelincir 0,18 persen ke posisi 1.973,9 seiring investor mencerna data dari Jepang dan Korea Selatan. Indeks Kospi anjlok 1,6 persen ke posisi 2.360,97.

Di Amerika Serikat (AS), indeks S&P 500 menghentikan kenaikan beruntun selama dua hari setelah keputusan tersebut, dengan rata-rata indeks utama mencapai posisi terendah setelah Ketua The Fed Jerome Powell isyaratkan lebih banyak data yang diperlukan sebelum bank sentral mengubah pandangannya tentang inflasi secara signifikan.

Penutupan Wall Street pada 15 Desember 2022

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street turun tajam pada perdagangan Kamis, 15 Desember 2022 setelah data baru menunjukkan penjualan ritel turun lebih dari yang diperkirakan pada November 2022.

Hal ini meningkatkan kekhawatiran kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tanpa henti mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 764,13 poin atau 2,25 persen ke posisi 33.202,22. Koreksi ini terburuk sejak September 2022, dan harapan reli akhir tahun pun berkurang. Indeks S&P 500 turun 2,49 persen ke posisi 3.895,75. Indeks Nasdaq anjlok 3,23 persen ke posisi 10.810,53. Penurunan itu mendorong indeks teknologi terpuruk dan memperpanjang kerugian 2022 menjadi hampir 31 persen.

Aksi jual semakin luas sehingga hanya 14 saham di perdagangan indeks S&P 500 yang berada di wilayah positif. Saham teknologi kapitalisasi besar menurun dengan saham Apple dan Alfabet turun lebih dari 4 persen. Saham Amazon dan Microsoft melemah lebih dari 3 persen. Saham Netflix turun 8,6 persen menyusul laporan Digiday yang mengatakan perusahaan streaming menawarkan untuk mengembalikan dana kepada pengiklan setelah kehilangan target pemirsa.

Laporan penjualan ritel yang mengecewakan menunjukkan inflasi berdampak pada konsumen. Penjualan ritel turun 0,6 persen pada November 2022, menurut Departemen Perdagangan. Ini adalah koreksi terbesar dari perkiraan Dow Jones sebesar 0,3 persen.

 

Aksi Jual

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Aksi jual dimulai pada Rabu pekan ini setelah dorongan terbaru the Fed untuk suku bunga pinjaman. Bank sentral juga mengatakan akan melanjutkan kenaikan suku bunga hingga 2023 dan memproyeksikan suku bunga the Fed akan mencapai puncak 5,1 persen, lebih tinggi dari perkiraan. Dengan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Rabu pekan ini, kisaran yang ditargetkan untuk suku bunga saat ini 4,25 persen-4,5 persen tertinggi dalam 15 tahun.

“Reaksi pasar saham sekarang memperhitungkan resesi, dan menolak kemungkinan pendaratan lunak yang baru-baru ini disebutkan oleh Ketua The Fed Jerome Powell di Brookings Institution,” tulis Chief Global Strategist LPL Financial, Quincy Krosby dikutip dari CNBC, Jumat, (16/12/2022).

Ia menuturkan, tarik menarik antara the Fed dan pasar benar-benar berpihak pada pasar. “Perlambatan tidak bersifat sementara, dan the Fed akan dipaksa untuk bertindak sebelum 2024,” ia menambahkan.

Indeks Dow Jones ditutup di bawah 34.000 pada Rabu, 14 Desember 2022 dan kemudian aksi jual meningkat pada Kamis, 15 Desember 2022 menyusul data penjualan ritel yang buruk. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun di bawah 3,5 persen. Saham bank juga menurun karena kekhawatiran akan resesi meningkat. Saham JPMorgan Chase melemah 2,5 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya