GTS Internasional Siapkan Rp 389,4 Miliar untuk Tambah Kapal FSRU

PT GTS Internasional Tbk (GTSI) menyatakan kapal yang akan dibeli ini merupakan small size LNG berukuran antara 15—20 ribu meter kubik.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Des 2022, 17:50 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 17:50 WIB
Paparan publik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) pada Kamis, (22/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Paparan publik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) pada Kamis, (22/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT GTS Internasional Tbk (GTSI) berencana menambah satu kapal Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Untuk itu, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD 25 juta atau sekitar Rp 389,4 miliar (kurs Rp 15.575,40 per USD).

"Capex tahun depan, kita akan membeli satu kapal small size LNG carrier nilainya sekitar USD 10–15 juta. Kapal itu akan kita konversi menjadi FSRU dengan biaya sekitar USD 8-10 juta. Sehingga totalnya sekitar USD 25 juta,” ujar Direktur PT GTS Internasional Tbk, Dandun Widodo dalam paparan publik perseroan, Kamis (22/12/2022).

Kapal ini diperkirakan rampung dan dapat dioperasikan paling cepat pada kuartal III 2022. Bersamaan dengan itu, dua kapal eksisting perseroan akan melakukan docking pada tahun depan. Sehingga dari sisi pendapatan, kemungkinan tak akan jauh  berbeda dari tahun ini, atau cenderung turun tipis.

"Kapal baru itu baru akan terutilisasi paling cepat pada kuartal III 2023 sehingga proyeksi (kinerja keuangan) tahun depan memang hampir sama dengan tahun ini. Tahun depan memang dua kapal andalan kita akan lakukan docking dan itu sedikit banyak pengaruhi kinerja di 2023 meski mungkin tidak signifikan penurunannya,” imbuh dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT GTS Internasional Tbk, Tammy Meidharma Sumarna menambahkan, kapal yang akan dibeli ini merupakan small size LNG berukuran antara 15—20 ribu meter kubik.

Lebih lanjut, dana untuk pembelian kapal sebagian akan berasal dari pihak rekanan atau partner. Jika dirasa kurang, perseroan kemungkinan bakal memanfaatkan pinjaman bank atau menghimpun dana dari pasar modal lewat rights issue.

"Partner sedang kita cari. Kita terbuka, tidak mungkin sendiri. Kalau masih kurang, kita akan lakukan pinjaman bank atau mungkin rights issue,” kata dia.

Optimis terhadap Kinerja Keuangan 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT GTS Internasional Tbk (GTSI) mengincar laba USD 5,5 juta atau sekitar Rp 85,67 miliar (kurs Rp 15.576,45 per USD) hingga akhir tahun.

Pada 2021,  perseroan mencatatkan rugi USD 11,55 juta. Namun pada semester I tahun ini, perseroan berhasil memperbaiki kinerja dan mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 3,01 juta.

Target laba itu sejalan dengan pendapatan akhir tahun yang diperkirakan mencapai USD 41 juta, lebih tinggi dari pendapatan perseroan pada 2021 sebesar USD 30,76 juta.

"Proyeksi pendapatan tahun ini sekitar 41 juta USD kalau profit 5,5 juta USD. Pendorongnya, seluruh kapal yang dimiliki GTSI tahun ini full utilisasinya,” kata Direktur PT GTS Internasional Tbk, Dandun Widodo dalam paparan publik perseroan, Kami (22/12/2022).

Perseroan memperkirakan capaian kinerja tahun depan tak jauh berbeda dari tahun ini. Maski ada rencana penambahan satu kapal FSRU, namun realisasinya kemungkinan terjadi pada kuartal III 2022.

Sementara ada dua kapal eksisting perseroan, yakni kapal Ekaputra dan kapal Triputra akan melakukan perbaikan atau docking. “Tahun depan memang dua kapal andalan kita akan lakukan docking dan itu sedikit banyak mempengaruhi kinerja kita di 2023 meski mungkin tidak signifikan penurunannya,” imbuh Dandun.

 

Kinerja Semester I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, perusahaan pelayaran terintegrasi PT GTS Internasional Tbk (GTSI) membukukan laba USD 4,18 juta atau setara Rp 62,05 miliar (kurs 14.848 per dolar AS) pada semester I 2022. Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja perseroan pada periode sama tahun lalu yang mencatat rugi USD 724.390.

Direktur GTSI Dandun Widodo mengatakan, perolehan laba tersebut ditopang pendapatan yang mencapai USD 21,14 juta atau setara Rp 313,91 miliar pada semester I 2022, melonjak 117,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 9,76 juta atau setara Rp 144,97 miliar.

"Hingga akhir 2022, perseroan memproyeksikan kinerja keuangan yang tumbuh positif dengan memperoleh total pendapatan mencapai USD 42,19 juta atau setara Rp 626,44 miliar. Target tersebut melonjak 37 persen dibandingkan dengan pendapatan tahunan GTSI pada 2021," ujar Dandun dikutip dari Antara, Kamis (28/7/2022).

Sementara itu, perseroan turut membidik keuntungan USD 8,11 juta atau setara Rp 120,49 miliar sepanjang 2022, atau membalikkan kinerja perseroan yang tercatat rugi USD 16,21 juta pada 2021.

Dandun optimistis target tersebut dapat tercapai sejalan dengan peningkatan kinerja di seluruh lini bisnis perseroan. Dandun memaparkan prospek cerah bisnis perseroan pada segmen transportasi gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) khususnya di wilayah Indonesia Tengah dan Timur.

"Gasifikasi 33 pembangkit listrik di wilayah Indonesia Tengah dan Timur jadi target pangsa pasar GTSI selanjutnya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah terhadap upaya peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025," kata Dandun.

Penutupan IHSG pada 22 Desember 2022

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona hijau setelah bergerak di zona merah pada sesi pertama perdagangan Kamis (22/12/2022). Mayoritas sektor saham menghijau angkat IHSG.

Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,06 persen ke posisi 6.824,43. Indeks LQ45 naik tipis di 941,69. Indeks acuan cenderung bervariasi.

Pada Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.844,12 dan terendah 6.800,61. Sebanyak 285 saham menguat dan 218 saham melemah. 200 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 941.364 kali dengan volume perdagangan 18,9 miliar saham. Nilai transaksi Rp 8,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.574.

Indeks sektor saham menghijau kecuali sektor saham basic melemah 0,59 persen dan sektor saham non siklikal susut 0,25 persen. Sementara itu, sektor saham energi menguat 0,15 persen, sektor saham industri bertambah 1 persen, sektor saham siklikal menanjak 0,38 persen, dan sektor saham kesehatan mendaki 0,64 persen.

Kemudian sektor saham keuangan bertambah 0,64 persen, sektor saham properti melesat 0,62 persen. Sektor saham teknologi melonjak 1,71 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti sektor saham infrastruktur naik 0,83 persen dan sektor saham menguat 0,84 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya