Imlek 2023, Meneropong Saham Peluang Cuan pada Tahun Kelinci Air

Tahun Baru Imlek 2023 menghitung hari. Pada 2023 merupakan shio kelinci air. Lalu apa saja sektor saham dan saham pilihan yang dapat dicermati?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Jan 2023, 11:13 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2023, 11:13 WIB
Ilustrasi Tahun Baru Imlek (Foto: Freepik)
Ilustrasi Tahun Baru Imlek (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun Baru Imlek 2023 memasuki tahun kelinci air yang mulai dari 22 Januari 2023 - 9 Februari 2024. Lambang kelinci dalam budaya Tionghoa bermakna umur panjang, kedamaian dan kemakmuran. 

Maka sebab itu, 2023 disebut sebagai tahun harapan. Lantas, sektor saham apa yang jadi pilihan pada tahun kelinci air? 

Chief Executive Officer Arah Investasi Mandiri, Hendra Martono Liem mengatakan, 2023 adalah tahun Yin water rabbit (kelinci air).  

"Dalam analisa Yin Yang lima unsur, secara dasar temanya adalah saham-saham yang bersifat water, yaitu segala saham yang berhubungan dengan air," kata Hendra kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu, (21/1/2023).

Hendra menyebutkan, saham yang bersifat air antara lain, pelayaran, franchise, perdangan ritel.

"Bahkan yang jualan pulsa atau data dalam hal ini telekomunikasi diperkirakan akan jalan," kata dia.

Sedangkan, kelinci memiliki unsur dasar kayu Yin. Yin Wood itu seperti semak, bunga-bunga kecil.

"Jadi saham-saham yang berhubungan dengan air dan kayu (misalnya pendidikan, kecantikan) berpotensi untuk melaju pesat," ujar dia.

Kemudian, dalam analisa Yin Yang terdapat lima unsur, yaknk air menguatkan kayu, kayu menguatkan api, api menguatkan tanah, tanah menguatkan logam dan logam menguatkan air. Jadi yang dikuatkan pada ahun ini adalah air, kayu dan api.

Hendra menjelaskan, unsur api berhubungan dengan hiburan, energi, kuliner. Dengan demikian, saham dari sektor tersebut bisa dipertimbangkan pada tahun kelinci air.

Bagi investor, Hendra merekomendasikan saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Hendra merekomendasikan saham ERAA pada rentang support Rp 322 per saham dengan resistance Rp 530 per saham.

Setali tiga uang, saham TLKM juga direkomendasikan dengan target harga Rp 4.670 - Rp 5.000 per saham.

 


Sektor Emas dan Nikel

Ilustrasi Tahun Baru China, Imlek
Ilustrasi Tahun Baru China, Imlek. (Image by Freepik)

Saham AALI juga direkomendasikan karena mewakili kayu. Hendra menargetkan harga saham AALI Rp 9.675 - Rp 10.500 per saham. Hendra pun merekomendasikan saham MEDC yang mewakili unsur api dengan target harga Rp 1.735 - Rp 1.900.

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, saat ini sektor yang masih menjadi favorit pelaku pasar adalah yang memiliki bisnis mengenai emas dan nikel, terutama ANTM dan MDKA yang terus diakumulasi asing akhir-akhir ini.

"Selain terkait emas dan nikel, untuk tahun kelinci air ini. Kita melihat sektor defensif seperti consumer baik cyclical dan non cyclical akan menjadi sektor yang menarik diperhatikan," kata Jono. 

Jono menjelaskan, sektor tersebut menarik diperhatikan karena turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang dapat menurunkan biaya produksi dan bahan baku, bersamaan dengan daya beli masyarakat yang lebih kuat pasca penghentian PPKM. 

Bagi investor, Jono memilih saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) bisa dipertimbangkan pada tahun kelinci air.

"Saham yang dapat diperhatikan antara lain MAPI, CMRY, dan AMRT," pungkasnya.


Prospek Sektor Saham Bahan Baku

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, sektor saham bahan baku masih dibayangi sejumlah sentimen positif dan negatif pada 2023. Lantas, bagaimana prospek sektor saham bahan baku pada 2023?

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, sektor bahan baku masih yang terkait emas, nikel maupun tembaga masih bisa diperhatikan oleh investor. Jono menyebutkan, faktor utama yang mempengaruhi sektor tersebut utamanya masih terkait ekosistem kendaraan listrik. 

Bagi investor, Jono memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) untuk dipertimbangkan. "Sahamnya yang bisa diperhatikan ANTM dan MDKA," kata Jono.

Sementara itu, Chief Executive Officer Arah Investasi Mandiri, Hendra Martono Liem mengungkapkan, dalam analisis Yin Yang lima unsur, terdapat yang namanya saling mengalahkan air mengalahkan api mengalahkan kayu, kayu mengalahkan tanah dan tanah mengalahkan air. 

"Industri semen lebih banyak dikategorikan tanah, karena air pada 2023 adalah air Yin, air Yang kecil, jadi tanah malah kesulitan menghadapi kebocoran kecil ini," kata Hendra.

Menurut ia, saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) baru saja bullish. Namun, masih jauh dari high sebelumnya di level Rp 9.900. Tekanan air Yin masih membuat ini menciut.


Saham Pilihan

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hendra menargetkan harga saham SMGR di level support Rp 5.225 per saham dan resistance Rp 9.025 per saham. Setali tiga uang, saham INTP masih belum mampu melebihi high di level Rp 12.700 pada November 2021. Apalagi SMBR dalam satu tahun saja sudah minus 31 persen dan jauh di bawah high-nya di level Rp 830 pada 11 Oktober 2021.

"Dari sektor basic, yang masih bisa diperhatikan karena mengandung unsur air adalah TPIA. Dari basic yang mengandung unsur kayu yang bisa mendapat angin segar tahun ini adalah TKIM. INKP juga mengandung unsur kayu," kata Hendra.

Selain itu, yang cukup netral adalah yang mengandung logam, antara lain, MDKA, ANTM, INCO dan NICL. Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi mengatakan, pihaknya menyukai metal mining untuk sektor bahan baku. Hal itu disebabkan prospek China melakulan re-opening atau pembukaan kembali, aktivitas ekonomi akan bergeliat lagi.

"Ini dapat support hagra nikel yang pelan-pelan sudah meningkat, dan juga harga tembaga," kata Michael.

Selain itu, semen juga diminati karena harga batu bara yang diperkirakan akan turun. Hal itu menjadi salah satu komponen biaya terbesar untuk produsen semen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya