Liputan6.com, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mencatatkan kinerja positif hingga akhir 2022. Pengelola jalan tol pelat merah ini membukukan pendapatan Rp 16,58 triliun, meningkat 9,36 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,16 triliun.
Mengutip laporan keuangan Jasa Marga, ditulis Jumat (3/3/023), pendapatan tersebut ditopang oleh pendapatan tol senilai Rp 12,44 triliun pada 2022. Beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 9,16 triliun atau meningkat 5,40 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 8,69 triliun.
Baca Juga
Dengan demikian, laba bruto Jasa Marga melesat 14,52 persen menjadi Rp 7,41 triliun pada 2022 dari Rp 6,47 triliun pada 2021. Perseroan juga mencatatkan kenaikan laba usaha 9,98 persen menjadi Rp 7,38 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 6,71 triliun.
Advertisement
Hingga akhir 2022, Jasa Marga mengantongi laba bersih sebesar Rp 2,74 triliun. Laba perseroan melonjak 70,18 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,61 triliun.
Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 91,13 triliun hingga akhir 2022 menurun dari akhir tahun lalu sebesar Rp 101,24 triliun. Kemudian, liabilitas JSMR Rp 65,51 triliun hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 75,74 triliun.
Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 25,62 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 25,50 triliun.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 3 Maret 2023, saham JSMR menguat 2,77 persen ke posisi Rp 3.340 per saham. Saham JSMR dibuka naik 90 poin ke posisi Rp 3.340 per saham. Saham JSMR berada di level tertinggi Rp 3.400 dan terendah Rp 3.310 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.227 kali dengan volume perdagangan 126.039 saham. Nilai transaksi Rp 42,2 miliar.
Jasa Marga Kucurkan Pinjaman Rp 949 Miliar kepada Jasamarga Bali Tol
Sebelumnya, PT Jasa Marga (Tbk (JSMR) memberikan pinjaman berupa shareholder loan (SHL) kepada PT Jasamarga Bali Tol senilai Rp 949,05 miliar. Transaksi tersebut dilakukan melalui penandatanganan perjanjian pinjaman pemegang saham Jasamarga Bali Tol pada 31 Januari 2023.
Sekretaris PT Jasa Marga Tbk, Nixon Sitorus menjelaskan, transaksi berupa pemberian SHL dari perseroan kepada JBT ini termasuk transaksi afiliasi. Di mana perseroan merupakan salah satu pemegang saham eksisting di JBT sehingga terafiliasi dengan perseroan.
"Transaksi ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan cash deficiency support JBT tahun 2023 serta untuk kebutuhan operasi lainnya,” kata Nixon dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (2/2/2023).
Transaksi ini memiliki pengaruh pada besarnya aset lancar berupa pengurangan pada saldo kas dan setara kas serta penambahan saldo pada piutang lain-lain dengan jumlah masing-masing Rp 949,05 miliar.
Jasamarga Bali Tol merupakan perusahaan terkendali baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perseroan yang dengan porsi kepemilikan 64,44 persen.
Kegiatan usaha perusahaan yani perencanaan, pembangunan jalan dan jembatan, bangunan pelengkap jalan dan fasilitas jalan tol, pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol dan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha.
Advertisement
Jasa Marga hingga Wijaya Karya Setor Modal Dasar ke Jasamarga Akses Patimban
Sebelumnya, sejumlah emiten setor modal dasar Rp 25 miliar dalam rangka pembentukan usaha patungan, PT Jasamarga Akses Patimban.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/1/2023), tanggal kejadian berlangsung pada 16 Januari 2023.
Adapun pihak-pihak yang bertransaksi, antara lain, PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Subang Sejahtera.
Pihak-pihak tersebut telah melakukan penyertaan saham dalam suatu perusahaan patungan bernama PT Jasamarga Akses Patimban, sesuai dengan Akta Pendirian Nomor 32 yang dibuat di hadapan Rosida Rajagukguk-Siregar Notaris di Jakarta. Nilai transaksi terdiri dari modal dasar usaha patungan yakni sebesar Rp 100 miliar dan modal yang telah ditempatkan dan disetor sebesar Rp 25 miliar.
Rinciannya, paling banyak berasal dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 55 persen dari modal ditempatkan dan modal disetor atau setara dengan Rp 13,75 miliar. Disusul PT Nusa Raya Cipta Tbk sebesar 22 persen atau setara Rp 5,5 miliar.
Lalu PT PP (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk masing-masing setorkan Rp 1,5 miliar atau setara 6 persen dari modal ditempatkan dan modal disetor. Sisanya 5 persen atau sebesar Rp 1,25 miliar berasal dari PT Subang Sejahtera.
Sesuai dengan Pasal 3 Akta Pendirian PT Jasamarga Akses Patimban, maksud dan tujuan dibentuknya PT Jasamarga Akses Patimban adalah melaksanakan Pengusahaan Jalan Tol Akses Patimban. Meliputi pendanaan, perencanaan teknik, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol, serta menjalankan aktivitas jalan tol atau usaha-usaha lainnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jasa Marga Bakal Bangun Jalan Tol Setelah Kantongi Rp 4,8 Triliun dari Divestasi Tol MBZ
Sebelumnya, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT Margautama Nusantara (MUN), anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) resmi rampungkan transaksi jual beli 40 persen saham PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC), anak usaha PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) yang mengelola Jalan Layang MBZ.
Dari transaksi itu, Jasa Marga selaku penjual menerima Rp 4,38 triliun. Direktur Utama Jasa Marga, Subakti Syukur mengatakan dana tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan tol-tol lain pada masa mendatang.
"Dana hasil transaksi ini untuk memperkuat cashflow kita. Nantinya untuk pembangunan jalan-jalan tol berikutnya,” kata Subakti kepada awak media di Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Pembayaran akuisisi ini dilakukan dalam dua termin. Rinciannya, termin pertama bernilai sekitar Rp 800 miliar, sisanya sekitar Rp 3,5 triliun diselesaikan pada termin dua. Manajemen Jasa Marga sebelumnya mengatakan aksi korporasi ini bagian dari strategi korporasi yang dilakukan perseroan melalui program asset recycling untuk optimalkan portofolio bisnis, dalam rangka menyeimbangkan pertumbuhan dan menjaga kesinambungan bisnis perusahaan.
Ke depan, perseroan masih berniat untuk melakukan pelepasan sejumlah aset, tetapi nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan.
"Nanti berikutnya kita pelajari lagi, tergantung finansial kita. Termasuk kapan kita mulainya tol Probolinggo—Banyuwangi, nanti kita sesuaikan dengan kebutuhan,” imbuh dia.
Perseroan juga tidak menutup kemungkinan untuk kembali melibatkan perusahaan swasta. Namun, sebagai entitas pelat merah, perseroan memiliki banyak pertimbangan untuk memutuskan pihak swasta yang akan digandeng.
Advertisement