Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat angka restrukturisasi kredit terkait COVID-19 terus turun. Hingga Maret 2023, outstanding balance dari portofolio restrukturisasi Covid-19 tinggal Rp 31,2 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, angka itu jauh lebih rendah daripada posisi outstanding balance tertinggi di bulan Juni 2021 pada saat itu mencapai Rp 96,5 triliun,
Baca Juga
"Dengan kualitas yang terjaga, dari dari total 96,49 triliun tersebut yang menjadi NPL hanya sekitar 1,7 persen. Kemudian loan at risk yang termasuk restrukturisasi Covid-19 portofolio di bulan maret itu mencapai 11,7 persen dan telah menurun secara signifikan dari posisi Maret tahun lalu di 17,2 persen," beber Ahmad dalam Paparan Kinerja Kuartal I 2023 Bank Mandiri, Selasa (18/4/2023).
Advertisement
Dari portofolio tersebut, lebih dari 91 persen telah melakukan pembayaran kembali. Baik berupa partial payment ataupun full payment ataupun pelunasan. Oleh karena it, Bank Mandiri optimistis sebagian besar portfolios restrukturisasi COVID-19 akan recover dan mampu kembali membayar kewajiban keuangannya. Jika terdapat debitur-debitur yang masih memerlukan restrukturisasi lanjutan, Bank Mandiri akan memberikan program restrukturisasi regular kepada debitur tersebut.
"Kemudian untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit untuk debitur debitur tertentu pasca masa relaksasi, Bank Mandiri juga telah membentuk tambahan CKPN sebesar Rp 2,86 triliun pada posisi Maret 2023. Sedangkan CKPN coverage terhadap NPL secara keseluruhan ada di level 336,6 persen meningkat lebih dari 70 persen yoy," sebut Ahmad.
Bank Mandiri akan terus memantau secara ketat kondisi usaha debitur, memantau indikator early warning signal hingga memantau pembayaran kewajiban kepada bank, khususnya bagi debitur Covid-19. Sehingga perseroan optimis dapat mencatatkan cost of credit secara konsolidasi sesuai panduan Bank Mandiri pada kisaran 1,3-1,5 persen.
Kinerja Keuangan Kuartal I 2023
Sebelumnya, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan kinerja kuartal I 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan laba bersih konsolidasi pada kuartal I 2023 yang mencapai Rp 12,6 triliun, tumbuh menembus 25,2 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan, pertumbuhan laba tersebut merupakan hasil dari strategi Bank Mandiri yang berfokus pada pendekatan ekosistem bisnis baik dari sisi pembiayaan maupun pendanaan. Hasilnya, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi tercatat sampai dengan akhir Maret 2023 berhasil tumbuh 10,04 persen secara year on year (YoY) mencapai Rp 1.908 triliun.
Hal tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit Bank Mandiri sebesar 12,36 persen YoY secara konsolidasi menjadi Rp 1.205 triliun. Darmawan menilai, peningkatan kredit Bank Mandiri tentunya tidak terlepas dari semakin membaiknya fundamental ekonomi Indonesia yang solid.
"Melalui pencapaian fungsi intermediasi ini, Bank Mandiri mempertegas peranan sebagai agen pembangunan yang berupaya untuk berkontribusi maksimal terhadap perekonomian di Indonesia,” ujar Darmawan dalam keterangan resmi Paparan Kinerja Kuartal I 2023 Bank Mandiri, Selasa (18/4/2023).
Fungsi intermediasi yang impresif tersebut merata di seluruh segmen. Salah satunya antara lain kredit wholesale yang berhasil meningkat 9,09 persen secara YoY pada kuartal I 2023 menjadi Rp 599 triliun serta kredit ritel yang meningkat 11,92 persen YoY dengan realisasi mencapai Rp 327 triliun.
Advertisement
Terapkan Prinsip Kehati-hatian
Darmawan menambahkan, dalam mendorong penyaluran kredit Bank Mandiri tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan inovasi layanan bagi seluruh nasabah dan stakeholder untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Hasilnya, rasio non-performing loan (NPL) bank only yang terus terjaga hingga ke level 1,70 persen per Maret 2023, turun dari 2,74 persen di periode yang sama pada tahun sebelumnya. Di samping itu, Bank Mandiri juga telah membentuk pencadangan yang cukup, tercermin dari coverage ratio yang berada di level 337 persen secara bank only.
Perbaikan dari sisi kualitas kredit tersebut juga berhasil menekan biaya kredit atau cost of credit (CoC). Alhasil, posisi CoC Bank Mandiri telah berada di level terendah sepanjang sejarah yakni 1,00 persen per akhir Maret 2023 secara bank only, membaik dari posisi setahun sebelumnya yang sempat menyentuh level 1,45 persen.
"Dalam mendorong penyaluran kredit, kami tetap fokus pada sektor yang prospektif dan merupakan bisnis turunan dari ekosistem segmen wholesale di setiap wilayah. Pencapaian kinerja Bank Mandiri yang solid juga selaras dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih bertumbuh di tengah ketidakpastian global," ujar Darmawan.
Kinerja positif Bank Mandiri juga terlihat dari sisi profitabilitas yang terus meningkat. Return on Equity (ROE) Tier-1 bank only telah menyentuh 24,6 persen atau naik 241 basis poin (bps) secara YoY. Sementara posisi net interest margin (NIM) konsolidasi terjaga solid di level 5,40 persen.
Stock Split, Saham Bank Mandiri Resmi Diperdagangkan dengan Harga Baru
Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) resmi melakukan pemecahan saham yang beredar atau stock split dengan rasio 1:2. Lewat aksi ini, saham BMRI pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa 4 April 2023, sudah memakai harga baru. Harga baru saham BMRI berada di posisi Rp 5.250 per lembar saham.
Sebelumnya, saham BMRI tercatat berada di posisi 10.525 per lembar, naik sebesar 1,94 persen pada Senin, 3 April 2023. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan, langkah stock split ini diambil perseroan guna meningkatkan likuiditas saham BMRI dan memperluas aksesibilitas investor untuk berinvestasi pada perusahaan.
Sebelum melakukan pemecahan, nilai nominal saham BMRI yakni sebesar Rp 250 per saham dengan jumlah saham 46,66 miliar lembar. Setelah pemecahan saham nilai nominal saham bank berlogo pita emas ini adalah Rp 125 per saham dengan jumlah saham sebesar 93,33 miliar lembar.
Sedangkan, jumlah saham BMRI dalam modal dasar juga akan bertambah dari semula 64 miliar lembar menjadi 128 miliar lembar setelah stock split.
"Untuk saham Seri A Dwiwarna akan tetap dipertahankan satu saham dan sisanya diperhitungkan menambah jumlah saham Seri B milik Negara Republik Indonesia dan tetap menjadi pemegang saham pengendali perseroan,” ujar Rudi dalam keterangan resmi, Selasa(4/4/2023).
Rudi menambahkan, keputusan stock split ini merupakan strategi perusahaan dalam menjaga stabilitas harga saham BMRI dan memberikan kesempatan lebih luas bagi investor untuk berpartisipasi di pasar modal. Pihaknya menilai, ke depan Bank Mandiri akan tetap fokus pada pertumbuhan bisnis dan peningkatan kinerja keuangan di tengah tantangan ekonomi.
Advertisement