Wall Street Tersungkur Imbas Kekhawatiran Krisis Perbankan di Amerika Serikat

Wall street merosot pada perdagangan saham Kamis, 4 Mei 2023 imbas kekhawatiran terhadap bank regional di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones catat koreksi terbesar.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Mei 2023, 06:54 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2023, 06:54 WIB
Wall Street Kompak Memerah Imbas Kekhawatiran Dampak Bank Regional
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak merosot pada perdagangan saham Kamis, 4 Mei 2023 waktu setempat. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 4 Mei 2023 seiring kekhawatiran dampak bank regional kembali hadir.

Dikutip dari laman CNBC, Jumat (5/5/2023),  pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones terpangkas 286,50 poin atau 0,86 persen menjadi 33.127,74. Indeks S&P 500 susut 0,72 persen ke posisi 4.061,22. Indeks Nasdaq tergelincir 0,49 persen ke posisi 11.966,40. Ini adalah koreksi indeks acuan dalam empat hari berturut-turut.

Indeks Dow Jones melemah 0,06 persen sepanjang 2023 pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham Boeing, Dinesy, Goldman Sachs, dan American Express tergelincir sehingga membebani indeks Dow Jones.

Saham PacWest merosot lebih dari 50 persen. Penurunan terjadi setelah berita pada Rabu pekan ini kalau bank California itu telah menilai opsi strategis, termasuk kemungkinan penjualan. Hal itu menurut sumber kepada CNBC.

Adapun saham bank regional laku keras. SDPR S&P Regional Bank ETF (KRE) melemah lebih dari 5 persen. Saham Western Alliance anjlok 38 persen dan perdagangan saham dihentikan beberapa kali karena volatilitas. Sementara itu, saham Zions Bancorporation terpangkas 12 persen.

Investor juga mencerna kenaikan suku bunga 25 basis poin dan komentar dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. Direktur Pelaksana UBS Wealth Management, Keith Apton menuturkan, volatilitas di sektor perbankan akan membantu misi the Fed untuk mendinginkan ekonomi.

“Saya pikir itu akan mengurus pekerjaan the Fed. Pemberi pinjaman daerah harus membatasi modal. Saya tidak berpikir uang akan mengalir melalui sistem dengan mudah di paruh tahun ini dan secara tidak langsung akan mendinginkan ekonomi, yang pada akhirnya akan melakukan tugas the Fed dengan menurunkan inflasi,” tutur Apton.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menanti Rilis Data Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

“Jadi, saya tidak berpikir the Fed harus menaikkan suku bunga lebih jauh pada sisa tahun ini, meskipun data pembacaan pekerjaan besk akan penting untuk diperhatian,” ia menambahkan.

Laporan nonfarm payrolls pada April 2023 akan dirilis Jumat pukul 08.30 ET, serta angka tingkat pengangguran.

Ketua Securities and Exchange Commission (SEC) Gary Gensler memperingatkan investor, kalau lembaga penegak hukum memberikan perhatian ekster terhadap potensi pelanggaran.

“Seperti yang saya katakan, pada saat volatilitas dan ketidakpastian meningkat, SEC secara khusus fokus untuk identifikasi dan menuntut segala bentuk pelanggaran yang mungkin mengancam investor, pembentukan modal dan pasar secara lebih luas,” ujar Gensler.

Ia merilis pernyataan serupa pada 12 Maret, menyusul runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.


Penutupan Wall Street pada 3 Mei 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023. Wall street tertekan setelah the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) seperti yang diprediksi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (4/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 270,29 poin atau 0,80 persen ke posisi 33.414,24. Indeks S&P 500 terpangkas 0,70 persen ke posisi 4.090,75. Indeks Nasdaq tergelincir 0,46 persen ke posisi 12.025,33. Indeks acuan catat penurunan beruntun dalam tiga hari.

Sentimen bullish (menguat) di wall street sebelumnya agak berkurang setelah ketua the Fed Jerome Powell mengesampingkan pemangkasan suku bunga karena dia tidak berharap inflasi turun cukup cepat.

“Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, perlambatan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, ekonomi dan perkembangan keuangan,” tulis Fed.

Namun, pelaku pasar memperhatikan apa yang tidak dikatakan the Fed kali ini dalam pernyataan setelah pertemuan. Mengutip CNBC, bank sentral tampaknya melunakkan bahasanya tentang kenaikan suku bunga ke depan menghilangkan garis dari pernyataan Maret yang mengatakan Komite mengantisipasi beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat.

Powell mengatakan, menghilangkan bahasa itu adalah “perubahan yang berarti” dan keputusan bank sentral pada Juni akan didorong oleh data yang masuk.

 


Indeks Dolar AS Melemah

Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis senior OANDA, Ed Moya menuturkan, kenaikan suku bunga menandai kenaikan ke-10 berturut-turut oleh bank sentral. Kemungkinan akan menjadi yang terakhir dalam siklus ini.

“The Fed khawatir kondisi kredit yang lebih ketat akan membebani aktivitas ekonomi dan perekrutan, sambil membantu mempertahankan tren disinflasi,” ujar Moya.

“Pengetatan kredit akan melumpuhkan ekonomi dan tampaknya selama kita tidak mendapatkan badai sempurna dari data tenaga kerja dan inflasi yang lebih panas dari perkiraan, the Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai akhir tahun ini,” ia menambahkan.

Adapun SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) menurun lebih dari 1 persen. ETF perbankan regional turun lebih dari 6 persen selama sesi perdagangan pada perdagangan Selasa pekan ini. Saham PacWest turun hampir 2 persen setelah susut sekitar 28 persen pada hari sebelumnya. Saham Western Alliance terpangkas 4,4 persen.

Indeks dolar AS yang melacak kinerja greenback terhadap enam mata uang global lainnya turun lebih dari 0,7 persen ke sesi terendah 101,07 pada perdagangan Rabu pekan ini. Level tersebut terendah sejak 16 April.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya