Liputan6.com, Jakarta - Orang terkaya Indonesia sekaligus Komisaris Utama PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Prajogo Pangestu menambah kepemilikan saham BRPT pada Agustus 2023.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (22/8/2023), Prajogo Pangestu membeli 10.527.200 saham BRPT dengan harga Rp 831 per saham. Jumlah saham yang dibeli itu setara 0,011 persen. Dengan demikian, ia merogoh Rp 8,74 miliar untuk beli saham BRPT.
Baca Juga
Pembelian saham BRPT itu dilakukan pada 9,10,11 dan 21 Agustus 2023. “Tujuan dari transaksi investasi dan status kepemilikan langsung,” tulis Direktur PT Barito Pacific Tbk, David Kosasih seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.
Advertisement
Adapun setelah pembelian saham tersebut, Prajogo Pangestu memiliki 66.722.074.573 saham BRPT atau 71,17 persen dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan perseroan. Sebelum pembelian saham BRPT, ia memiliki 66.711.547.373 saham BRPT atau 71,16 persen.
Berdasarkan data Forbes, 22 Agustus 2023, Prajogo Pangestu memiliki kekayaan USD 7,4 miliar berdasarkan real time net worth. Di peringkat dunia, Prajogo Pangestu berada di posisi 309. Dari antara 50 orang terkaya Indonesia pada 2022, ia berada di peringkat ke-7.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa, 22 Agustus 2023, saham BRPT stagnan di posisi Rp 875 per saham. Saham BRPT dibuka naik lima poin ke posisi Rp 880 per saham. Saham BRPT berada di level tertinggi Rp 890 dan terendah Rp 870 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.032 kali dengan volume perdagangan 185.381 lot saham. Nilai transaksi Rp 16,3 miliar.
Kinerja Semester I 2023
Sebelumnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) membukukan laba bersih setelah pajak konsolidasi menjadi USD 82 juta atau sekitar Rp 1,24 triliun (kurs 15.125 per USD) di semester I-2023. Laba bersih tersebut mengalami pertumbuhan 173,3 persen dibanding laba sebesar USD 30 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski laba tumbuh, pendapatan bersih Barito Pacific mengalami penurunan 15,1 persen, dari USD 1.618 juta di semester I-2022 menjadi USD 1.374 di semester I-2023.
Kinerja Keuangan
Direktur Utama Barito Pacific, Agus Pangestu mengaku, hasil kinerja keuangan perusahaan untuk 6 bulan pertama tahun 2023 sebagian mencerminkan moderasi momentum pemulihan ekonomi China, setelah lonjakan dan pemulihan permintaan pasca pembukaan ekonomi awal tahun ini. Hal itu berdampak pada industri petrokimia global.
Namun demikian, strategi perseroan tetap konsisten untuk terus menjaga kewaspadaan tinggi sepanjang tahun 2023, dengan posisi neraca PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang kuat terus mendukung rencana trasnformasi dalam diversifikasi dan membangun profil ketahanan yang lebih kuat.
"Secara keseluruhan, hasil dari transformasi bisnis kami melalui ekspansi pada segmen panas bumi terus berkontribusi positif terhadap kinerja konsolidasi keuangan perusahaan," kata dia dalam keterangan resminya, Senin (31/7/2023).
Dia menyebut, pendapatan perusahaan yang turun akibat penjualan yang lebih rendah, seiring dengan dinamika supply dan demand yang masih berlanjut di segmen petrokimia.
Pendapatan Turun
Meskipun pendapatan menurun, sebut dia, pemulihan operasional petrokimia dan segmen panas bumi yang stabil mendorong pertumbuhan EBITDA yang lebih kuat sebesar 35 persen menjadi USD 349 juta di semester I-2023, dari posisi USD 258 juta.
Itu mencerminkan margin EBITDA yang lebih tinggi sebesar 25.43 persen dibandingkan dengan 15.94 persen pada enam bulan pertama 2022.
"Barito Reneweables (BREN) terus membukuan kinerja stabil dengan pendapatan sebesar USD 297 juta dan peningkatan EBITDA 8 persen menjadi USD 249 juta. Rata-rata faktor kapasitas ketiga aset tetap di atas 90 persen menegaskan kinerja yang kuat dalam memberikan keunggulan operasional," tegas dia.
Advertisement
Barito Pacific Jaga Likuiditas
Selain pemulihan laba, kata Agus Pangestu, perusahaan terus menjaga dengan baik profil likuiditas yang kuat di enam bulan pertama tahun 2023, dengan rasio utang terhadap modal 53 persen dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0.75x.
Sebagai bagian dari kelanjutan strategi Programmatic M&A yang dijalankan Chandra Asri lewat anak usahanya, Krakatau Daya Listrik (KDL) telah sepakat untuk melakukan investasi hingga USD 200 juta untuk meningkatkan kepemilikan di Krakatau Posco Energy (KPE), dari 10 persen menjadi 45 persen.
Lalu untuk berinvestasi dengan Posco dalam membangun pembangkit listrik berkapasitas 200 Megawatt (MW) setelah FID.
"Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi kami sebagai investor kunci di sektor energi dan sejalan dengan strategi perusahaan untuk menjadi pemain energi terkemuka dan terintegrasi di Indonesia," tukas dia.