Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten berkaitan energi baru terbarukan (EBT) melemah pada peluncuran Bursa Karbon Indonesia pada Selasa, 26 September 2023.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan bursa karbon di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 26 September 2023. Jokowi menuturkan, peluncuran bursa karbon menjadi tanda dimulainya perdagangan karbon di Indonesia. "Bursa karbon saya luncurkan pada hari ini,” tutur Jokowi.
Baca Juga
Saat bursa karbon diluncurkan, saham energi terbarukan justru melemah. Padahal sebelumnya analis menilai peluncuran bursa karbon akan menjadi katalis positif untuk saham energi baru terbarukan (EBT).
Advertisement
Berdasarkan data RTI, pada penutupan perdagangan Selasa, 26 September 2023, saham PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) melemah 12,74 persen ke posisi Rp 925 per saham. Selain itu, saham PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) turun 11,90 persen ke posisi Rp 740 per saham.
Selanjutnya saham PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) anjlok 11 persen ke posisi Rp 740 per saham, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) tergelincir 7,4 persen ke posisi Rp 1.485 per saham. Selanjutnya saham PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) susut 2,4 persen ke posisi Rp 462 per saham.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan, koreksi saham energi baru terbarukan (EBT) melemah usai melonjak tajam. Lonjakan saham energi terbarukan itu sebelumnya seiring sentimen peluncuran bursa karbon.
“Sentimen saham energi terbarukan ketika ada statement peluncuran bursa karbon pada 26 September 2023. Sentimen itu (dorong-red) saham energi terbarukan to the moon,” kata pria yang akrab disapa Nicodemus ini.
Selain itu, Nico menilai, pelaku pasar merealisasikan keuntungan dari saham energi baru terbarukan sehingga menekan saham tersebut.
Potensi Saham Energi Baru Terbarukan Usai Bursa Karbon Meluncur
Namun, Nico optimistis prospek saham energi baru terbarukan masih positif setelah bursa karbon diluncurkan. Hal ini mengingat potensi perdagangan bursa karbon yang besar. Pada peluncuran bursa karbon, Jokowi menuturkan, potensi perdagangan karbon dapat mencapai Rp 3.000 triliun. Ia menilai, ada satu gigaton karbondioksida (CO2) potensi kredit karbon yang menjadi peluang.
“Demandnya akan positif. Indonesia memiliki konservasi hutan terbesar di dunia, ini potensi besar (bursa karbon-red),” kata Nicodemus.
Nicodemus mengatakan, dengan peluncuran bursa karbon tersebut juga akan menguntungkan sejumlah saham antara lain saham PGEO dan WOOD.
Ia menambahkan, penawaran saham perdana PT Barito Renewables Energy Tbk juga akan menambah animo pelaku pasar di saham energi terbarukan.
Sementara itu dalam riset Stockbit Sekuritas, perdagangan karbon akan berdampak positif bagi perusahaan yang memiliki emisi rendah terutama energi baru terbarukan antara lain Pertamina Geothermal Energy, Kencana Energi Lestari, Arkora Hydro dan ke depan Barito Renewable Energy.
“Perusahaan-perusahaan tersebut dapat menjual kredit karbonnya. Meski demikian, perusahaan baru bisa memperdagangkan kredit karbonnya setelah memverifikasi aset yang dimiliki untuk mendapatkan total nilai unit karbon yang dapat dijual,”
Advertisement
OJK Sebut Bursa Karbon Indonesia Lebih Cepat Ketimbang Negara Tetangga
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan, pihaknya mendirikan bursa karbon lebih cepat ketimbang negara tetangga.
"Sebagai pembanding di negara tetangga kita membutuhkan waktu 1,5-2 tahun sejak regulator jasa keuangan dalam hal ini OJK untuk bisa ikut betul-betul menterjemahkan dalam kegiatan konkret bursa karbon,”ujar Mahendra, Selasa (26/9/2023).
Sedangkan OJK telah melaksanakan hal itu dalam waktu delapan bulan. Selain itu, ia menuturkan, jika bursa karbon Malaysia memerlukan waktu 3-4 bulan hingga transaksi perdana dapat dilakukan final, pihaknya berharap transaksi perdana dapat dilakukan pada Selasa, 26 September 2023.
“Juga sebagai pembanding jika bursa karbon negara Jiran kita memerlukan 3-4 bulan sampai transaksi perdana dapat dilakukan secara final, maka kita berharap dari laporan bursa karbon pada hari ini transaksi perdana tersebut dapat kami lakukan pada hari ini juga,” tutur dia.
Dalam mempersiapkan perdagangan karbon di Bursa Karbon, OJK bersama Kementerian/Lembaga terkait, dan dengan dukungan lembaga internasional.
Potensi Sektor Lain untuk Perdagangan Karbon
Untuk mendorong suksesnya penyelenggaraan perdagangan perdana unit karbon di Bursa Karbon, berdasarkan data dari Kementerian ESDM dan PT PLN (Persero) terdapat 99 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara, yang berpotensi ikut perdagangan karbon tahun ini. Jumlah ini setara dengan 86 persen dari total PLTU Batu Bara yang beroperasi di Indonesia.
Selain dari sub sektor pembangkit tenaga listrik, perdagangan karbon di Indonesia ke depan juga akan diramaikan oleh sektor lain yang merupakan sektor prioritas pemenuhan NDC seperti sektor kehutanan, pertanian, limbah, migas, industri umum dan yang akan menyusul dari sektor kelautan.
Di awal perdagangan karbon ini, secara bertahap akan dilaksanakan perdagangan dengan memastikan unit karbon yang berkualitas, dimulai dari emisi (Emission Trading System/ ETS) ketenagalistrikan dan sektor kehutanan.
Advertisement