Liputan6.com, Jakarta - Emiten bank kakap mayoritas berada di zona hijau pada perdagangan Kamis, 12 Oktober 2023. Lantas, bagaimana pergerakan harga saham bank kakap tersebut?
Mengutip RTI, harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,40 persen ke level Rp 9.050 per saham pada pukul 10.01 WIB, Kamis (12/10/2023). Namun, harga saham BBCA juga terkoreksi 0,28 persen dalam seminggu terakhir dan turun 0,28 persen dalam sebulan terakhir.
Baca Juga
Akan tetapi, harga saham BBCA menguat 5,85 persen secara YtD atau sejak awal tahun.
Advertisement
Berikutnya, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 1,90 persen ke level Rp 5.350 per saham pada pukul 10.01 WIB.
Namun, dalam sepekan terakhir, harga saham BBRI menguat 3,38 persen. Harga saham emiten ini juga turun 0,93 persen dalam sebulan terakhir.
Terlepas dari itu, sejak awal tahun hingga hari ini (year to date/YtD), harga saham BBRI menguat 8,30 persen.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), harga saham bank pelat merah ini naik 0,41 persen ke level Rp 6.075 per saham pada Kamis (12/10/2023).
Sepekan terakhir, harga saham BMRI bergerak turun 0,41 persen sedangkan dalam sebulan terakhir menguat 4,27 persen. Adapun sejak awal tahun, harga saham BMRI telah melesat 22,92 persen YtD.
Berikutnya, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga menguat 3,38 persen ke level Rp 5.350 per saham pada Kamis (12/10/2023).
Dalam sepekan terakhir, harga saham BBNI menguat 2,88 persen, sedangkan dalam sebulan terakhir saham emiten ini naik 14,44 persen. Secara YtD atau sejak awal tahun, harga saham BBNI meningkat 15,99 persen.
Menelisik Prospek Saham Emiten Bank BUMN Usai Cetak Kinerja Tangguh pada Semester I 2023
Sebelumnya diberitakan, Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara (Mandiri, BRI, BNI, dan BTN) berhasil mencetak kinerja yang tangguh hingga akhir Juni 2023.
Pada periode tersebut, mayoritas emiten bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membukukan kenaikan pendapatan maupun laba. Lantas, bagaimana prospek saham emiten bank BUMN hingga akhir 2023?
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mencermati emiten perbankan BUMN masih memiliki prospek yang cerah. Ini mengingat pencapaian kinerja yang terus tumbuh dan dibayangi sejumlah sentimen positif.
"Sentimen ekonomi Indonesia yang masih tumbuh positif ikut mendongkrak saham-saham bank BUMN,” kata Desmond kepada Liputan6.com, Senin (4/9/2023).
Bagi investor, ia merekomendasikan buy on weakness untuk saham BBNI, BMRI, dan BBRI. "Untuk pilihan saham bisa dicoba BBNI, karena PBV masih 1,25 kali dibanding saham big bank lainnya seperti BMRI 2,4 kali BBRI 2,9 kali,” kata dia.
Sejalan dengan Desmond, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai emiten perbankan BUMN masih memiliki prospek positif. Sebab, Bank BUMN ini dibayangi oleh sentimen positif dari peningkatan government spending (pengeluaran dana pemerintah) maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, saham Himbara juga bakal terdongkrak oleh perekonomian Tanah Air di mana pemerintah berhasil menjaga ekonomi domestik. Sehingga, permintaan kredit pun ikut naik.
Meski demikian, ia menilai emiten perbankan BUMN tetap dibayangi sentimen dari global, yakni kebijakan suku bunga yang diterapkan bank sentral AS atau the Fed.
"Tantangan (emiten bank BUMN) seputar global, yaitu kebijakan suku bunga yang diterapkan bank sentral AS,” kata Nafan.
Untuk para pelaku pasar, Nafan merekomendasikan akumulasi saham BBNI dan BBRI. Sebab, kedua saham tersebut diyakini prospektif.
Advertisement
Melihat Kinerja Keuangan 3 Emiten Bank BUMN pada Semester I 2023
Sebelumnya diberitakan, sejumlah emiten perbankan merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2022. Hingga Rabu, 9 Agustus 2023, termasuk tiga bank pelat merah sudah menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Tiga bank tersebut, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) atau BNI, dan Bank Tabungan Negara (BBTN) atau BTN.
Simak uraian kinerja masing-masing emiten bank berikut ini:
LabaDari sisi raihan laba, Bank Mandiri memimpin dengan raihan laba secara konsolidasi melesat 24,9 persen yoy menjadi Rp 25,2 triliun hingga Juni 2023.
Sedangkan, secara bank only, laba yang diperoleh Bank Mandiri tercatat mencapai Rp 23 triliun, naik 24,08 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 18,53 triliun. Disusul BNI dengan laba bersih Rp 10,3 triliun hingga semester I 2023. Laba tersebut naik 17 persen yoy.
Sementara di posisi ketiga ada BTN yang berhasil mencatat laba bersih Rp 1,5 triliun hingga Juni 2023. Capaian ini naik 2,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,47 triliun.
Penyaluran KreditBank Mandiri secara konsolidasi berhasil menyalurkan kredit secara konsolidasi tumbuh 11,8 persen year on year (yoy) mencapai Rp 1.272,07 triliun.
Pada periode yang sama, penyaluran kredit dan pembiayaan BTN mencapai sekitar Rp 308 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 7,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 286,15 triliun. Sementara penyaluran kredit BNI sampai dengan paruh pertama 2023 meningkat 4,9 persen yoy menjadi Rp 650,8 triliun dari Rp 620,42 triliun pada semester I 2022.
Dana Pihak Ketiga
Total dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi Bank Mandiri tumbuh positif 8,47 persen yoy dari Rp 1.318,42 triliun per Juni 2022 menjadi Rp 1.430,13 triliun di akhir Juni 2023, yang ditopang oleh dana murah atau current account and saving account (CASA).
Tabungan secara konsolidasi tumbuh 5,80 persen yoy menjadi Rp 552,4 triliun dan giro secara konsolidasi melesat 21,2 persen yoy menjadi Rp 497,6 triliun.
DPK BNI menyentuh angka Rp 765 triliun pada semester I 2023 atau naik 10,6 persen yoy. Lalu, dana murah (current accounts savings account/CASA) turut meningkat 11,1 persen yoy menjadi Rp 532,34 triliun hingga Juni 2023. Dengan demikian, aset perseroan meningkat 8,3 persen yoy, yakni sebesar Rp 1.025,09 triliun hingga akhir Juni 2023.
Adapun DPK BTN pada semester I 2023 mencapai Rp 313,26 triliun atau naik 1,94 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 307,31 triliun. Dari jumlah tersebut perolehan dana murah atau CASA mencapai Rp 170,22 triliun naik sekitar 24 persen dibandingkan akhir Juni 2022 sebesar Rp 137,45 triliun.
Advertisement