Saham EBT Naik Daun, PGEO Resmi Masuk Indeks LQ45

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah menyampaikan, masuknya PGEO dalam indeks LQ45 disambut positif oleh pelaku pasar.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 27 Jan 2024, 10:41 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2024, 10:41 WIB
Saham EBT Naik Daun, PGEO Resmi Masuk Indeks LQ45
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE berhasil masuk ke indeks LQ45. (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE berhasil masuk ke dalam indeks 45 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu indeks LQ45. Pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan perusahaan yang stabil dengan didukung oleh fundamental yang kuat.

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah menyampaikan, masuknya PGEO dalam indeks ini disambut positif oleh pelaku pasar. 

"Keberhasilan PGEO masuk dalam indeks LQ45 menandai pencapaian luar biasa. Bahkan, di sesi perdagangan pertama, saham PGEO sempat melonjak dan hampir mencapai 6 persen. LQ45 mempertegas posisi PGEO sebagai entitas yang signifikan di pasar modal,” kata Nelwin dalam keterangan resminya, Sabtu (27/1/2024).

Pada Kamis, 25 Januari 2024, BEI mengumumkan hasil evaluasi mayor terhadap konstituen indeks LQ45. Dalam penyesuaian kali ini, ada empat emiten baru yang masuk ke Indeks LQ45, termasuk  PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Penerapan indeks baru ini akan berlaku pada 1 Februari 2024 hingga 31 Juli 2024.

Indeks LQ45 merupakan salah satu indikator penting dalam dunia investasi saham di Indonesia. Seleksi yang dilakukan oleh Indeks LQ45 didasarkan pada faktor-faktor seperti tingkat likuiditas yang tinggi, kapitalisasi pasar, fundamental perusahaan, serta prospek pertumbuhan.

Dengan nilai pasar saham atau weight PGEO sekitar 0,29 persen dari total nilai indeks LQ45, keberadaan PGEO memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dinamika indeks tersebut.Kehadiran saham PGEO di Indeks LQ45 memperkuat fokus pasar modal terhadap investasi berkelanjutan. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Buka Peluang Baru bagi PGEO

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)
Langkah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dinilai sangat positif bagi perusahaan.

"Hal ini menandakan bahwa ketertarikan investor pada emiten-emiten sektor EBT sangat tinggi dan ini menjadi sinyal positif yang patut disyukuri,” kata Nelwin.

Masuknya saham PGEO dalam Indeks LQ45 menandai dorongan positif terhadap transisi energi di Indonesia sekaligus membuka peluang baru bagi PGEO untuk terus memberikan dampak positif dalam sektor EBT. 

Selain indeks LQ45, PGEO juga terdaftar dalam Indeks IDX30, IDX80, serta KOMPAS100. Dengan pencapaian ini, PGE memandang masa depan dengan optimisme sebagai motor penggerak utama dalam perubahan menuju energi berkelanjutan di Indonesia.

"Ke depan, kami akan terus berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi operasional, demi memastikan keberlanjutan pertumbuhan positif serta memberikan nilai  yang berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan,” ujar dia.


Menengok Prospek Saham Pertamina Geothermal Energy Usai Kantongi Kucuran Dana dari JICA

PLTP Area Kamojang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). (Foto: Pertamina Geothermal Energy)
PLTP Area Kamojang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). (Foto: Pertamina Geothermal Energy)

Sebelumnya diberitakan, sejalan dengan menguatkanya rencana energi hijau, investasi pada sektor tersebut menarik dipertimbangkan. Salah satunya yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Perusahaan tersebut baru saja mendapat pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar USD 155 juta untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 akan menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai sebesar 55 MW, sehingga total panas bumi di wilayah tersebut menjadi 110 MW.

Head of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu menilai membedah proyeksi bisnis dan prospek saham PGEO merupakan hal yang menarik. Menurut dia, ada dua hal yang menarik dari bisnis Pertamina Geothermal Energy. Pertama, secara fundamental kinerja perusahaan. Kedua, dari sudut pandang pelaku pasar atau investor terhadap prospek yang dimiliki oleh saham energi terbarukan tersebut.

"Kalau kita bicara secara fundamental, dalam posisi dia (PGEO) sebagai emiten yang bergerak di sektor energi panas bumi, tentu saja tidak ada masalah. Sama sekali tidak ada masalah. everything is good, and it's going to get even better in the next five to seven years," ujar Chandra dalam risetnya, Jumat (22/12/2023).

Proyeksi kondisi akan semakin membaik tak lepas dari tren yang telah mulai digagas oleh pemerintah agar masyarakat dapat berpindah perilaku untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Dengan adanya campur tangan langsung dari pemerintah terhadap pergerakan tren tersebut, segala hal pendukung untuk mewujudkan tujuan tersebut ke depan dapat dipastikan bakal semakin dipermudah.

 


Potensi Investasi Hijau

WKP Kamojang
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE) (IDX: PGEO) melalui di PGE Area Kamojang menunjukkan kontribusi besar bagi masyarakat dan lingkungan. Dok PGE

"Dengan begitu, kalau kita bicara in fundamental case, of course investasi di (perusahaan) green energy semacam PGEO adalah pilihan yang tepat," tutur Chandra.

Terlebih, dalam konteks perusahaan terbuka, sejauh ini baru ada dua emiten panas bumi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PGEO dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Artinya, seluruh potensi investasi hijau di lantai bursa nasional hanya akan tertuju pada dua saham tersebut.

Chandra tak ragu untuk menyebut secara fundamental PGEO memiliki prospek cerah dalam beberapa tahun ke depan. Proyeksi itu seiring dengan usaha pemerintah dalam mempercepat proses transisi energi bersih di Indonesia.

"Kalau kita bicara ke investor ritel, mereka memiliki horizon investasi pendek sehingga terkadang bisa mengabaikan sisi fundamental. Sebaliknya, investor institusional memiliki orientasi investasi jangka menengah hingga panjang, sehingga perlu membatasi risiko investasinya dengan melihat fundamental,” papar Chandra.

Merujuk pada laporan kuartal III 2023, Chandra melihat kinerja operasional PGEO ini cemerlang dengan total kenaikan produksi listrik dan uap sebesar 3.586 GWh (+4,3 persen yoy). Operasi Perseroan sangat stabil dengan faktor ketersediaan 99,9 persen untuk uap dan 97,6 persen untuk listrik. Sementara itu,faktor kapasitas gabungan mencapai 86,0 persen, dengan uap sebesar 81,0 persen dan listrik sebesar 92,0 persen pada kuartal III 2023. Hal ini mengindikasikan efisiensi yang tinggi dalam operasional.

"Kami melihat momentum yang kuat bagi PGEO karena isu energi hijau yang saat ini sedang gencar disuarakan. Untuk itu, Yuanta telah meningkatkan pertumbuhan jangka panjang menjadi 3 persen (dari sebelumnya 2 persen)," tulis riset dari Yuanta Sekuritas dengan memberikan target price pada saham PGEO sebesar Rp 1.420 per lembar saham.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya