Hore, BRI Tebar Dividen Final Rp 235 per Saham

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) baru saja menyelesaikan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Jumat 1 Maret 2024. Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui pembagian dividen final Rp 235 per saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Mar 2024, 19:21 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2024, 19:21 WIB
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) baru saja menyelesaikan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Jumat 1 Maret 2024
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) baru saja menyelesaikan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Jumat 1 Maret 2024. Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui pembagian dividen final Rp 235 per saham.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) baru saja menyelesaikan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Jumat 1 Maret 2024. Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui pembagian dividen final Rp 235 per saham.

"RUPS hari ini menyetujui penggunaan laba bersih konsolidasian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun 2023 sebesar 80 persen, atau sekurang kurangnya sebesar Rp 48,1 triliun atau Rp 319 per lembar saham untuk dividen," kata DIrektur Utama BRI, Sunarso dalam konferensi pers usai RUPS, Jumat (1/3/2024).

Jumlah tersebut sudah termasuk dividen interim yang telah dibagikan kepada pemegang saham pada 18 januari 2024 sejumlah Rp 12,66 triliun atau Rp 84 per lembar saham. Dengan demikian sisa jumlah dividen tunai yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sekurang-kurangnya sebesar Rp 35,43 triliun atau sebesar Rp 235 per lembar saham.

Adapun pembayaran dividen akan dilaksanakan dengan ketentuan, pertama, dividen bagian Negara Republik Indonesia sebesar Rp 25,71 triliun. Sudah termasuk dividen interim yang telah dibagikan kepada Negara Republik Indonesia pada 18 Januari 2024 lalu sebesar Rp 6,7 triliun. Dengan demikian, sisa jumlah dividen tunai yang akan dibayarkan kepada Negara adalah sebesar Rp 18,94 triliun yang disetorkan ke rekening kas negara.

Dividen bagian publik sekurang-kurangnya sebesar Rp 22,38 triliun, sudah termasuk dividen interim yang telah dibagikan kepada publik pada 18 Januari 2024 sebesar Rp 5,89 triliun. Dengan demikian, sisa jumlah dividen tunai yang akan dibayarkan kepada publik sekurang-kurangnya sebesar Rp 16,49 triliun yang akan dibayarkan kepada pemegang saham publik sesuai dengan porsi kepemilikannya masing-masing.

"Atas sisa laba sebesar Rp 11,99 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan," imbuh Sunarso.

Adapun dasar usulan penggunaan laba bersih konsolidasian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2023 merujuk beberapa hal. Pertama, perseroan telah memiliki struktur modal yang kuat dan likuiditas yang cukup dalam rangka ekspansi bisnis dan antisipasi risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan bank.

"Dengan pembayaran dividen untuk laba tahun buku 2023, capital adequacy ratio (CAR) BRI tetap terjaga pada kisaran dua puluh persen untuk jangka yang panjang," kata Sunarso.

Kedua, sesuai UUPT dan anggaran dasar perseroan, penyisihan laba bersih untuk cadangan wajib paling sedikit mencapai 20 persen dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Adapun pada posisi 31 Desember 2023, nilai cadangan wajib mencapai 39,89 persen dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Sehingga perseroan tidak menyisihkan laba untuk cadangan wajib.

Cerita Klaster Usaha Binaan BRI yang Sukses Sulap Batok Kelapa Jadi Kerajinan Bernilai Jual

Klaster Usaha Binaan BRI ini Sukses Sulap Batok Kelapa Jadi Kerajinan Tangan
Klaster Usaha Binaan BRI.

 Klaster usaha binaan BRI, Sinar Mulia Abadi berkomitmen terus memberdayakan para perempuan agar lebih memiliki peran dalam berbagai aspek kehidupan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Sebagai kelompok usaha perempuan yang dibentuk sejak tahun 2008 silam,  Sinar Mulai Abadi telah berhasil memberdayakan 26 perempuan di Banjar Dinas Waliang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Ketua Sinar Mulia Abadi, A.A Ayu Mahesarani Karang mengatakan bahwa kelompok usahanya dibentuk karena kondisi ekonomi warga di sekitar kampungnya yang memprihatinkan. Tak ingin melihat mereka semakin terpuruk, Rani pun mengumpulkan para perempuan di kampungnya dan memberdayakan mereka untuk ikut serta dalam berkarya dan berdikari.

Kelompok usaha perempuan yang dibangun oleh Rani ini memanfaatkan limbah batok kelapa sebagai produk utamanya. Limbah batok kelapa menjadi pemandangan yang umum di sekitar tempat tinggalnya. Hanya saja, limbah tersebut tidak diolah kembali dan hanya dijual mentah-mentah ke Pulau Jawa dengan harga yang sangat murah. Sehingga, keuntungan yang didapatkan para warga pun juga terbilang sangat sedikit. Menyadari keadaan ini, Rani kemudian mencari cara bagaimana agar nilai jual batok kelapa tersebut bisa meningkat dan memberikan keuntungan.

“Untuk meningkatkan nilai jual dari limbah batok kelapa, kami berinisiatif untuk mengolahnya kembali menjadi sebuah kerajinan tangan. Misalnya saja seperti tempat tisu, tempat permen, keranjang buah atau tempat sesajen upacara. Selain itu, produk-produk yang dihasilkan tersebut juga dapat menyesuaikan permintaan dari para konsumen. Jadi, apa yang para pembeli mau, nanti kami buatkan,” ujarnya.

Di sisi lain, ragam produk yang dibuat oleh kelompok usaha perempuan Sinar Mulia Abadi ini kebanyakan dijual dengan sistem by reseller. Namun, tak sedikit pula dari para anggotanya yang menjajakan secara langsung dari satu tempat ke yang lainnya.

“Untuk pemasaran, sampai saat ini masih berpusat di Pulau Bali saja. Tapi, kami juga pernah mendapatkan pesanan hingga ke Pulau Jawa dan Sulawesi,” tambahnya.

Bentuk Kepedulian dan Dukungan BRI kepada Kaum Perempuan

Klaster usaha binaan BRI
Produk Sinar Mulia Abadi, klaster usaha binaan BRI.

Di balik kesuksesan memasarkan produknya ke berbagai tempat, tapi siapa sangka jika awalnya Rani dan kelompok usaha perempuan Sinar Mulia Abadi sempat mengalami kendala di proses pemasaran dan juga dana. Untungnya, kendala yang sempat dirasakan oleh Rani dan kelompok usahanya itu berhasil diselesaikan berkat bantuan yang diberikan oleh BRI Peduli.

“Kami mendapatkan bantuan dana senilai Rp70 juta dan beberapa alat penyokong, seperti 8 etalase, gunting rotan, jarum, benang, gerinda, serta pelatihan dari BRI Peduli. Untuk pelatihannya sendiri, kami diajarkan mengenai cara mengkreasikan batok kelapa agar hasilnya bisa lebih beragam dan diterima di pasar yang luas,” ucapnya.

Menurut Rani, bantuan dari BRI Peduli sangat menguntungkan bagi kelompok usaha dan anggotanya. Terlebih lagi karena awalnya mereka tidak memiliki etalase untuk memajang produk-produk yang dihasilkan. Sehingga, ada sedikit kesulitan untuk memperkenalkan berbagai kerajinan yang dibuat kepada calon konsumen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya