Hotel Fitra International Targetkan Pendapatan Tumbuh 18% di 2024

Berpegang pada keyakinan prospek bisnis 2024, Hotel Fitra International menetapkan target pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 13 miliar atau meningkat 18% dari target yang ditetapkan di tahun 2023 sebesar Rp 11 miliar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Mar 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2024, 18:20 WIB
PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST-LB) di Convention Fitra Hotel, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (15/3/2024). (Dok FITT)
PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST-LB) di Convention Fitra Hotel, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (15/3/2024). (Dok FITT)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) menargetkan pertumbuhan pendapatan 18% di 2024. Pada Tahun lalu, Hotel Fitra International mampu membukukan pendapatan Rp 11,83 miliar.

Direktur Utama Hotel Fitra International Joni Rizal mengatakan, manajemen optimistis atas fundamental bisnis perusahaan yang semakin pulih dan meningkat seiring dengan tren positif yang diperoleh di 2023, serta didorong prospek pertumbuhan sektor pariwisata nasional pascapandemi Covid-19.

"kami berhasil melewati masa-masa sulit dalam beberapa tahun terakhir dan saat ini sudah memasuki masa pemulihan kinerja. Kami akan terus melangkah dan optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3/2024).

Berpegang pada keyakinan prospek bisnis 2024, Joni pun mengungkapkan Perseroan menetapkan target pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 13 miliar atau meningkat 18% dari target yang ditetapkan di tahun 2023 sebesar Rp 11 miliar.

Sepanjang tahun lalu, Perseroan mampu mencetak pendapatan Rp 11,83 miliar atau tumbuh 12,66% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2022 senilai Rp 10,50 miliar. Pendapatan tahun lalu juga mencapai 7,6% di atas target yang ditetapkan sebesar Rp 11 miliar.

“Pencapaian ini adalah wujud kerja keras manajemen, didukung pertumbuhan ekonomi yang makin baik, sehingga daya beli atas kebutuhan wisata juga ikut tumbuh. Aktivitas rapat, meeting berbagai instansi yang menyewa convention hall juga turut naik,” kata Joni.

 

Pariwisata Jawa Barat

Group Hotel Fitra International bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Majalengka menandatangani perjanjian kerja sama pemanfaatan lahan dengan membangun kawasan religi terpadu bernama Kertajati Umrah Park. (Dok FITT)
Group Hotel Fitra International bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Majalengka menandatangani perjanjian kerja sama pemanfaatan lahan dengan membangun kawasan religi terpadu bernama Kertajati Umrah Park. (Dok FITT)

Tahun 2024, Hotel Fitra International memprediksi sektor pariwisata akan terus bergerak cepat menuju level prapandemi sehingga menopang sektor pendukungnya.

Seiring dengan pertumbuhan industri pariwisata nasional, pertumbuhan kunjungan wisata ke Jawa Barat (Jabar) juga naik, tercermin dari data Disparbud Jawa Barat yang mencatat kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) di 2023 (Januari-September) mencapai 52.672.603 orang, naik dari 2022.

Sementara estimasi Kemenparekraf, wisatawan nusantara bisa mencapai 1,2 miliar-1,4 miliar wisnus pada 2023.

“Kami optimistis pertumbuhan sektor pariwisata 2024 semakin membaik dan mengalami percepatan, sehingga pertumbuhan hunian hotel milik kami di sekitar lokasi wisata Majalengka bisa turut naik cepat. Demikian juga dengan tahun politik 2024, di mana dampaknya sudah terasa sejak kuartal ketiga tahun lalu,” kata Joni.

 

Masih Rugi

Direktur Keuangan Hotel Fitra International Sukino menambahkan, pada 2023, perseroan memang masih membukukan rugi bersih atribusi entitas induk sebesar Rp 7,35 miliar dari tahun sebelumnya juga rugi Rp 5,99 miliar.

"Meski demikian, Perseroan telah mampu membukukan laba kotor yang meningkat 5,6% menjadi Rp 4,18 miliar dari sebelumnya laba kotor Rp 3,96 miliar,” ujar dia.

Aset Perseroan juga mencapai Rp 57,81 miliar, dengan total kewajiban Rp 29,65 miliar dan ekuitas Rp 28,16 miliar sehingga rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) masih di level yang relatif aman yakni 1,05 kali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya