Ekonomi Global Dinamis, Rombak Portofolio dan Pertimbangkan Sektor Ini

Di tengah kondisi global yang dinamis, Senior Portfolio Manager Equity MAMI, Samuel Kesuma CFA menilai investor disarankan mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Mar 2024, 13:10 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2024, 13:10 WIB
Ekonomi Global Dinamis, Rombak Portofolio dan Pertimbangkan Sektor Ini
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengungkapkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi pada awal 2024.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengungkapkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi pada awal 2024. Data ketenagakerjaan dan inflasi yang lebih kuat dari ekspektasi, memberikan validasi bagi pandangan The Fed untuk tidak terburu-buru memangkas suku bunga.

Di tengah kondisi global yang dinamis, Senior Portfolio Manager Equity MAMI, Samuel Kesuma CFA menilai investor disarankan mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio, mengkombinasikan elemen potensi katalis jangka pendek, defensif, dan potensi struktural jangka panjang.

Dalam catatannya, data ekonomi AS yang lebih kuat dari ekspektasi menyebabkan terjadinya perubahan ekspektasi di pasar. Ekspektasi pasar untuk pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) di tahun 2024 telah berkurang menjadi 85 bps dari 150 bps di awal tahun, sehingga akan lebih selaras dengan proyeksi dot plot The Fed.

Namun, perubahan ekspektasi ini juga menyebabkan volatilitas di pasar global, dimana imbal hasil US Treasury cenderung meningkat dan nilai tukar USD kembali menguat.

"Walau demikian, kondisi ini tidak merubah pandangan The Fed, di mana Ketua The Fed Jerome Powell dalam testimoninya di Kongres AS masih optimis bahwa suku bunga dapat diturunkan tahun ini,” kata Samuel dalam keterangan resmi, Sabtu (16/3/2024).

Samuel menambahkan, selama tiga siklus penurunan suku bunga The Fed sebelumnya, indikator makro dan pasar finansial Indonesia menunjukkan hasil yang positif. Siklus pemangkasan suku bunga The Fed pada tahun ini diharapkan dapat memberikan hasil serupa bagi Indonesia.

Jika dilihat, kondisi inflasi domestik yang terjaga membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga. Memang dalam jangka pendek, BI diperkirakan masih akan mempertahankan postur pro-stabilitas, menahan suku acuan di 6%, untuk menjaga selisih suku bunga agar tetap menarik, sebagai dampak dari nilai tukar rupiah yang masih relatif rentan terhadap sentimen global.

 

 

 

Langkah Bank Indonesia

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Peluang untuk mengalihkan kebijakan moneter ke arah pro pertumbuhan lebih terbuka ketika terdapat indikasi yang lebih jelas terkait potensi pemangkasan suku Bunga The Fed dan fluktuasi nilai tukar mereda. Pelonggaran moneter akan mendorong normalisasi likuiditas domestik, setelah sebelumnya demi menjaga stabilitas eksternal, BI melakukan pengetatan likuiditas.

Peluang pergeseran ini diperkirakan akan terjadi bersamaan dengan pelonggaran suku bunga The Fed. Likuiditas yang membaik dapat memberikan dukungan yang lebih baik terhadap aktivitas perekonomian dan sentimen di pasar finansial.

Selain kebijakan suku bunga, diperkirakan BI dapat melonggarkan kebijakan moneternya dengan menggunakan alat kebijakan non-suku bunga, seperti menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebelum mulai menurunkan suku bunga BI. Secara historis penurunan GWM terjadi sebelum siklus penurunan suku bunga BI seperti pada tahun 2015 dan 2019.

Kondisi likuiditas yang diharapkan lebih baik dan pemilu yang berjalan aman diharapkan dapat mendukung penguatan pasar saham Indonesia secara lebih berkelanjutan.

"Optimisme terhadap peningkatan aktivitas perekonomian dan kondisi moneter yang lebih akomodatif diharapkan dapat meningkatkan minat investasi investor domestik dan aliran likuiditas ke pasar saham Indonesia,” terang Samuel.

Sektor-Sektor yang Patut Dipertimbangkan

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk jangka pendek, sektor-sektor yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga (interest rate sensitive) antara lain di perbankan, properti, tower telekomunikasi, dan konsumer non-primer.

"Untuk strategi defensif, sektor telekomunikasi menjadi pilihan karena karakteristik industri cenderung resilien mengingat data merupakan kebutuhan pokok dan potensi kinerja emiten yang baik," beber Samuel.

Adapun untuk potensi pertumbuhan struktural, sektor yang berhubungan dengan bahan baku untuk industri energi baru terbarukan. Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan.

Kinerja IHSG Sepekan

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 13-15 Maret 2024. Koreksi IHSG terjadi di tengah aksi beli saham investor asing mencapai Rp 7,39 triliun.

Dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (16/3/2024), IHSG anjlok 0,73 persen menjadi 7.328,05 dari pekan lalu di posisi 7.381,90. IHSG yang lesu tersebut diikuti kapitalisasi pasar saham bursa terpangkas 1,19 persen menjadi Rp 11.690 triliun dari Rp 11.820 triliun pada pekan lalu.

Selain itu, rata-rata volume transaksi harian merosot 4,94 persen menjadi 18,68 miliar saham dari 19,65 miliar saham. Investor asing menjual saham Rp 1,5 triliun pada Jumat, 15 Maret 2024. Namun, selama sepekan, investor asing beli saham Rp 7,39 triliun.

Adapun pada pekan ini, rata-rata nilai transaksi harian melesat 63,45 persen menjadi Rp 17,12 triliun dari Rp 10,47 triliun pada penutupan pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan naik 2,07 persen menjadi 1.233 ribu kali transaksi dari 1.208 ribu kali transaksi pada pekan lalu.

Selain itu BEI menyampaikan, dalam rangka meningkatkan aktivitas investor dalam bertransaksi produk Exchange-Traded Fund (ETF) dan Waran Terstruktur di pasar modal Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) menyelenggarakan IDX Investor Reward Program 2024.

Melalui program ini, reward akan diberikan bagi investor yang aktif bertransaksi ETF dan Waran Terstruktur selama periode 15 Maret-15 September 2024. Semakin aktif investor bertransaksi, maka semakin besar kesempatan memenangkan reward dengan total Rp250 juta serta berbagai hadiah menarik lainnya.

Untuk mengikuti program ini, investor harus bertransaksi ETF dan Waran Terstruktur melalui 19 perusahan sekuritas yang menjadi peserta program ini. Informasi lebih lanjut mengenai program ini bisa didapatkan dengan mengikuti media sosial resmi BEI dan mengunjungi website BEI http://bit.ly/IRP2024 .

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya